flashback

2.2K 225 3
                                    

Apa yang kau harapkan saat musim gugur?

Ada satu yang ku harapkan saat ini. Di musim gugur yang indah ini, aku harap aku bisa bersama dengannya selamanya.

Gadis kecil. Gadis ceria dan cantik yang pernah ku kenal. Aku mengenalnya sejak kami belum lahir. Mungkin. Karena kedua orang tua kami sudah bersahabat sejak mereka masih remaja.

Aku mengenal Seulgi sejak TK. Dan sekarang, dengan berat hati aku harus merelakannya pergi ke luar negri.

Kami sudah masuk SMP tapi orang tuanya mendadak mendapat tugas di London, dan mereka mengikutsertakan Seulgi ke sana.

Seulgi adalah cinta pertamaku.

Itu yang ku pikirkan selama ini. Jantungku berdebar kencang hanya dengan melihat senyumnya yang manis. Pipiku merona setiap kali dia mencium pipiku. Seulgi selalu membuatku merasa aneh setiap di dekatnya. Orang-orang bilang itu adalah hal yang wajar, mereka bilang aku mungkin sedang jatuh cinta.

"Jimin-ah!! Ayo kesana! Aku ingin bunga itu!"teriak Seulgi seraya menarik tanganku. Aku dan Seulgi berlari ke arah taman bunga. Dia berhenti tepat di depan sebuah bunga lily yang cantik.

Seulgi tersenyum manis padaku. Dia menunjuk satu tangkai bunga Lily yang dia inginkan. Aku ikut menunjuk bunga itu, "Kau mau aku mengambilkannya untukmu?"tanyaku. Seulgi mengangguk semangat.

Dengan hati-hati, ku petik tangkai bunga Lily yang Seulgi maksud dan memberikannya pada Seulgi yang tersenyum sumringah. Dia memelukku erat. Aku ikut tersenyum dan memeluknya jauh lebih erat. Perasaan egois dan tidak ingin melepasnya muncul lagi di dalam diriku.

Tiba-tiba ku dengar isakan dari bibir mungil Seulgi. Dia menangis masih dengan keadaan memeluk leherku. "Uljimma. Harusnya aku yang nangis tahu?"kataku mencoba menghibur.

Seulgi masih menangis di belakangku. Tangisannya bertambah kencang dan pilu. Ku elus punggungnya lembut. Dia melepaskan diri dan menatapku.

"Aku tidak mau pergi."

Senyumku merekah semakin lebar.

Aku juga tidak mau Seul..

Ku hapus air matanya dan ku cium keningnya lama. Tanpa ku sadari, pipiku sudah basah.

"Berjanjilah kau akan kembali, aku menunggumu."seruku dengan suara sedikit gemetar. Jujur aku takut Seulgi tidak akan kembali. Tapi rasa takut itu segera tersingkirkan saat bibir manisnya kembali mengecup lembut bibirku.

Dia tersenyum. Mata indahnya menyipit dan pipinya membentuk sebuah lesung pipit yang cantik.

"Aku janji."

Kami menyatukan jari kelingking masing masing dan menggesekkan hidung. Kemudian kami tertawa dan saling berpelukan untuk terakhir kalinya.







Btw yang bagian ini makin gaje ih kesel gue-_- otak lagi ngambek soalnya. Waks.
Vote dan komen untuk kelanjutan ff ini :) terima kasih.




-me

STIGMA  Where stories live. Discover now