25

1.4K 172 2
                                    

"Stay."

...

'Apa kau makan banyak? Kau tidak segendut dulu. Bagaimana dengan kuliah? Ah, kau tidak benar-benar punya pacar kan?'
-

Aku menghela napas untuk jangka yang panjang. Aku dan Seulgi sedang dalam perjalanan pulang ke apartement milikku. Dia belum punya tempat tinggal, jadi ku izinkan dia untuk menginap disana. Tapi selama perjalanan, Seulgi tidak henti-hentinya menghujaniku dengan seribu pertanyaan.

Terutama untuk pertanyaan yang terakhir,

Aku ragu untuk mengatakan yang sejujurnya pada Seulgi.

Ku lirik dia yang sedang bermain dengan salju. Tangan putihnya terulur ke luar jendela mobil dan berusaha meraih salju untuk ia genggam. Ku perhatikan wajahnya. Degup jantungku berjalan tidak normal. Mungkin kah perasaan itu masih ada?

Tapi tidak mungkin. Itu sudah tujuh tahun yang lalu, selama ini aku selalu beranggapan bahwa perasaan itu sudah hilang. Tapi kenapa..?

.. kenapa aku merasa kembali aneh saat di dekatnya?

"Jimin, kau belum menjawab pertanyaanku."tukasnya tegas. Menuntut jawaban dariku yang tak kunjung ku berikan. Aku mendengus. Kedua manik mataku menatap lurus ke depan. Memencet klakson beberapa kali saat melihat orang melintas di jalur tengah.

"Kau mau aku jawab yang mana dulu?"tanyaku akhirnya setelah kembali menyetir dengan normal. Kulihat Seulgi menyunggingkan senyum lebar. Wajah manisnya semakin terlihat manis saat tersenyum. "Jawab pertanyaan terakhir ku saja."

Sial. Aku tahu dia pasti akan mengincar jawabanku untuk pertanyaan yang satu itu.

Aku berdehem kecil. Melirik spion dan menginjak rem saat lampu merah. Kepalaku berdenyut. Otakku bekerja keras seharian ini. Ku tempelkan kepalaku di kaca samping. Membayangkan gadis yang kini tengah berkeliaran di pikiranku.

Apa dia sudah dirumah?
Kenapa dia tidak membalas pesanku?

"Aku sudah punya pacar."jawabku berusaha sesantai mungkin. Senyum yang tadi terlukis indah di bibirnya, pudar sudah dan hilang. Sorot matanya terlampau sendu. Seulgi tertawa getir masih menatapku dari samping.

"Kau bohong."

Aku menggeleng. "Aku tidak bohong. Aku memang sudah punya pacar, Seul."kataku memelankan suara. Seulgi menangis. Menghapus air matanya cepat-cepat. "Kau bohong. Kau bilang kau akan menungguku. Mana janjimu? Kau tidak mungkin melupakannya kan?"

Hatiku meringis sakit. Dadaku sesak mendengar kata janji terngiang di telingaku.

Mungkin aku sudah melupakan janji itu.

Lampu kembali menjadi hijau. Ku injak gas kembali dan menyetir dalam diam. Mendengar isak pilu yang keluar dari bibir mungil Seulgi.

"Mianhae Seul, aku kira kau tidak akan kembali. Karena kau lost contact begitu saja denganku. Kupikir kau juga sudah melupakan janji itu. Jadi aku-"

"Turunkan aku disini."

"Apa?"tanyaku dengan nada sedikit meninggi. Seulgi menatapku lelah. "Ku bilang, turunkan aku disini."katanya mengulangi.

STIGMA  Where stories live. Discover now