27

1.2K 175 4
                                    

Warning! Part ini spesial cuplikan-cuplikan kecil kejadian setelah part 26 yaa guys. Jadi pendek-pendek 😊

....

"Sampai kapan kau akan memperhatikan ponselmu? Sebegitu menariknya dia dibanding aku?"aku mencelos. Seulgi datang dan duduk di pangkuanku tiba-tiba. Tangan putihnya menyibak rambutku dan

Cup

Bibir lembutnya mencium keningku. Mata dalamnya menatap mataku lurus. "Terima kasih karena tidak pergi dan memilih aku."

'Jimin,b-bisakah kau menemaniku? Aku membutuhkanmu'

Suaranya terngiang di telingaku. Tanganku saling memainkan satu sama lain. Mencoba mengabaikan suara yang terus menghantuiku.

Apa aku memilih pilihan yang salah? Apa aku salah memilih Seulgi dibandingkan dengannya?

Maksudku, ini tidak seberapa. Lihat berapa tahun waktu yang ku habiskan untuk mencintai dan berada disisinya selama ini. Aku selalu berusaha menjadi orang pertama di sisinya kala tidak ada seorang pun berada disana termasuk Taehyung.

Bolehkah aku bertanya? Dia tidak pernah melakukan apa yang ku lakukan padanya. Tidak sekalipun. Lantas, apa aku salah melakukannya?

Aku hanya melakukan hal yang seharusnya ku lakukan sejak dulu.

Ku sunggingkan senyum di depan Seulgi. Aku menggendong tubuhnya dan melemparnya ke kasur. Ku ciumi kening, kelopak, hidung, dan bibirnya dengan penuh nafsu kerinduan.

"Aku merindukanmu, Seul.."

***

"Kau mau makan apa?"aku menggeleng. Mulutku sedang malas mengunyah makanan. "Aku tidak lapar."Jin mendesah. Dia menenggak segelas air putih dan menghampiriku.

"Kau harus makan. Aku akan buatkan spaghetti spesial untukmu."

Ku tatap punggung Jin yang membelakangiku. Dengan lihai, seperti seorang chef profesional Jin memasak. Aku bahkan kalah dengan kemampuannya itu.

Tiba-tiba, kakiku bergerak dengan sendirinya. Langkahku mendekati Jin tanpa ku minta. Kedua tanganku melingkari perut berototnya. Aku menyenderkan kepalaku menghadap samping di punggung lebarnya. Jin tersentak. Tapi aku berbisik dengan suara teramat pelan. "Biarkan aku memelukmu, sebentar saja."pintaku putus asa.

Jin akhirnya diam dan kembali melanjutkan aktifitasnya. Membiarkanku memeluk tubuhnya dan merasa lebih baik.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi Jin, cuma kau yang ku punya saat ini."gumamku tanpa ku sadari keluar begitu saja. Jin berbalik. Kedua tangan kokohnya menangkup wajahku. "Aku tahu. Karena itu, kau harus bangkit demi dirimu dan demi diriku."

••

"Kau gila?! Aku tidak mau!! B*tch! kau memang diluar dugaan Tae! Kau gila!!"

Aku mendengus. Frustasi karena mendapat penolakan sekaligus hinaan dari mulut Chae Young.

Dia terus berteriak dan mencaci maki diriku. Aku hanya menghela napas dan duduk termenung. Menunggunya sampai puas dan barulah saat itu aku ganti mencela nya.

STIGMA  Where stories live. Discover now