•20

1.4K 195 2
                                    

"Promise i wont let you down."
...


-
-

"Walaupun begitu, aku tidak akan menyerah."-Taehyung

~~~

Sudah dua hari ini aku tidak bertemu dengan Jimin dan juga Taehyung.

Aku menjauhi Taehyung tapi tidak dengan Jimin.

Sungguh.
Aku tidak tahu kemana Jimin pergi. Dua hari ini dia sudah menghilang tanpa satupun kabar yang dia berikan padaku. Aku juga tidak bisa menghubungi ponselnya. Nomornya tidak aktif. Ini bukan Jimin. Sama sekali bukan Park Jimin yang ku kenal.

Dan hari ini juga aku berniat untuk pergi ke kantornya. Aku khawatir. Sangat khawatir.

Aku berpikir selama dua hari ini, apakah aku salah berbicara pada Jimin? Mungkinkah?

Jadi kurasa aku harus datang ke tempat dia bekerja dan meminta maaf.

Sebuah bangunan besar dan tinggi terpampang jelas di depanku. Ah jangan lupakan fakta bahwa perusahaan Ayah Jimin ini sangat mewah dan berkelas.
Aku memasuki lobby dan menuju tempat informasi.

Seorang wanita berpakaian formal tersenyum ramah padaku. "Ada yang bisa saya bantu nona?"tanya wanita itu ramah. Aku mengangguk, "Jimin ada?"tanyaku. Wanita itu mengerutkan dahi, "Maaf.. Jimin siapa yang anda maksud?"

Astaga!

Aku menepuk dahi dan merutuki diriku sendiri. Dasar bodoh.

"Maksudku, tuan Park. Dia ada dikantor tidak?"tanyaku mengulangi. Wanita itu manggut manggut dan menyuruhku untuk menunggu. Dia menelpon seseorang dan menyingkirkan gagang telfonnya untuk melihatku. "Maaf nona, tapi tuan Park sedang sibuk saat ini."

Aku merengut dan meminta wanita itu untuk memberikan telfonnya padaku.

"Halo? Jim, ini aku."


••

Aku berjalan keluar dari lift setelah sampai di lantai sembilan. Kata satpam, ruangan Jimin terletak di sudut koridor. Dan memang benar, hanya ada satu ruangan di sudut koridor ini.

Tapi sayangnya ada dua orang penjaga dengan pakaian serba hitamnya yang berdiri di depan pintu.

"Permisi, saya ingin masuk."seruku apa adanya. Penjaga yang satu maju selangkah dan menghalangiku dengan lengannya yang besar dan berotot.

"Maaf, tapi anda tidak boleh masuk. Tuan Park sedang tidak ingin diganggu. Silahkan pergi dari sini."

Tidak ingin di ganggu?

Aku berdehem dan memajukan tubuhku. Seperti menantang. Mungkin. "Aku dan Jimin sudah ada janji. Dia sendiri yang bilang padaku bahwa aku boleh masuk."

"Jimin?"

Baiklah idiot. Hentikan sifat bodoh dan pelupamu itu.

"M-maksudku, Tuan Park!"seruku setengah menjerit. Pria bertubuh besar itu berbicara dengan seseorang melalui alat di telinganya. Sesekali dia melirikku dan mengangguk pada teman di belakangnya yang bertugas menjaga pintu.

STIGMA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang