•10

3.2K 344 1
                                    

"But then you make me feel crazy
You make me feel like it's my fault.
I was in pain."

**

"Tapi kemudian kau membuatku merasa gila.
Membuatku merasa semua ini salahku.
Aku terluka."

Masa-masa indah adalah masa SMA. Kurasa itu benar. Aku merasa masa SMA ku menjadi sangat sempurna karna Kim Taehyung. seseorang yang sudah kukagumi selama kurang lebih setahun belakangan ini menembakku dan menyatakan cintanya di depan semua orang. Bahagia? Sangat. Aku tidak tahu lagi bagaimana bisa seorang pangeran tampan sepertinya menyukai gadis biasa sepertiku.

Hari demi hari kulalui bersama Taehyung dengan mesra. Taehyung memperlakukanku dengan manja dan romantis. Dia selalu menggandengku kemanapun kami pergi. Bahkan disekolah pun, Taehyung seolah enggan melepasku.

Aku pun sama. Aku benci melihat para gadis memuja Taehyung seperti itu. Aku selalu melemparkan tatapan benci pada mereka. Semuanya berjalan mulus, sampai pada tahun kedua hubunganku dengan Taehyung mulai berubah.

Dia tidak lagi menggandeng tanganku. Tidak lagi tersenyum padaku, senyum nya terganti menjadi wajah dingin. Tatapannya tidak sehangat dulu. Dan ciumannya juga berbeda. Semuanya berbeda. Aku ingin menanyakan ada apa, tapi Taehyung tidak pernah menjawab dan mengabaikanku.

Tidak ada lagi Taehyung yang mengajakku makan bersama, tidak ada lagi hadiah dan kejutan serta hal-hal indah yang Taehyung berikan untukku. Taehyung juga tidak pernah menyapaku disekolah, dia tidak lagi menganggapku seperti pacarnya. Aku merasa seperti Taehyung bukan milikku.

Dia seperti orang asing.
Seseorang yang tidak ku kenal.

Waktu yang seharusnya ku habiskan bersama Taehyung, kuhabiskan bersama dengan Park Jimin. Sahabat Taehyung dan juga sahabatku. Jimin dan Taehyung selalu pergi bersama sampai akhirnya mereka juga jarang terlihat seperti itu. Jimin menghindari Taehyung dan Taehyung menghindariku serta Jimin. Aku pikir itu hanya pertengkaran wajar antara sahabat tapi ternyata aku salah, mereka tidak berbaikan sampai detik ini.

Taehyung semakin jauh dariku dan Jimin semakin dekat denganku. Semuanya berbalik seratus delapan puluh derajat. Jimin menyuruhku melupakan Taehyung. Aku menyetujui itu dan mencoba semua saran yang dia berikan, tapi tidak pernah berhasil.

Sekeras apapun aku mencoba, sekencang apapun aku berlari, aku tidak pernah berpindah. Aku selalu berdiri di tempat yang sama dengan kondisi yang sama. Sampai saat ini semua itu masih ku lalui.

"Kau sudah pulang?"tanyaku begitu melihat Jimin masuk dan melempar sepatunya ke sembarang tempat. Jimin menghampiriku dan memelukku dari belakang. "Aku lelah."bisiknya dengan suara teramat pelan. Aku membalikkan badanku dan melihat penampilan Jimin yang berantakan. Matanya sayu dan bibirnya pucat. Ku rentangkan tanganku untuk memeluknya. Jimin terdiam dan balas memelukku. "Istirahat saja, aku akan buatkan teh untukmu."kataku kemudian. Dia mengangguk dan mencium keningku sebelum berlari masuk ke dalam kamarku.

Terkadang aku merasa Jimin lah cerminan Taehyung yang dulu, dan Taehyung yang sekarang adalah cerminan Jimin yang dulu.

Jimin yang dulu sangat-sangat diam. Dibandingkan teman-temannya yang lain, Jimin terlihat sangat enggan untuk berbicara. Dia bahkan selalu mengacuhkanku sebelum aku dan Taehyung berpacaran. Jimin benar-benar anti dengan cewe. Itu yang kudengar dari para penggemarnya disekolah.

Jimin dan aku beda dua tahun. Dia sekarang sudah bekerja di perusahaan kakeknya. Sedangkan aku masih kuliah, jadi tidak aneh bagiku melihat Jimin pulang dengan keadaan kusut seperti tadi.

Setelah menyiapkan makanan di atas meja aku masuk ke dalam kamar dan melihat Jimin tengah tertidur pulas diatas ranjangku.
Ku dekati sisi ranjang dan kuselimuti tubuh Jimin dengan selimut tebal milikku.

Aku ingin membangunkan Jimin, tapi dia terlihat sangat kelelahan jadi kuurungkan niatku.

Kusimpan kembali makanan yang ku buat di dalam kulkas. Aku duduk di sofa ruang tengah dan menyalakan televisi. Acara running man kesukaanku tayang. Sesekali aku tertawa namun tidak lama tawa itu menghilang. Kembali muncul dan kembali diam, terus begitu sampai aku merasa lelah jadi aku matikan televisinya dan mencoba tertidur.

Saat mataku terlelap, aku membayangkan wajah Taehyung. Berusaha ku tampis tapi otakku enggan melakukannya. Semua bayangannya muncul seperti video yang berputar. Tiada henti dan panjang.

Bahkan di bawah alam sadarku pun, aku masih melihat Taehyung.

He is everywhere i go.

"Apa yang kau harapkan di ulang tahunmu hari ini?"aku tersenyum bahagia dan bergelayut manja di lengan Taehyung.

"Tidak banyak. Aku hanya ingin dunia tahu bahwa apa yang kita rasakan selama setahun lebih ini adalah cinta yang tulus."Taehyung mengacak rambutku dan mencubit hidungku gemas. Kemudian dia mencium bibirku.

Aku masih ingat betul pakaian yang ia pakai saat itu. Dia memakai tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu berwarna senada, rambutnya coklat dan tertata rapi. Aku memakai gaun putih panjang dan rambut curly serta sepatu kaca yang pas di kaki jenjangku. Orang bilang kami adalah pasangan yang sempurna malam itu. Waktu itu, Taehyung memberiku hadiah kalung. Sebuah kalung dengan liontin salju berwarna putih terang. Sampai sekarang aku masih menyimpan kalung yang ia berikan. Tapi aku tidak pernah memakainya, karna aku takut itu hanya akan membuatku semakin sulit melupakan Taehyung.

"Sedang apa kau?"aku terlonjak kaget mendengar suara serak basah Jimin. Dengan bodohnya aku menggaruk kepalaku dan Jimin mendengus. Dia duduk di sebelahku dan menaruh kepalanya di pundakku. "Kenapa Jim? Tidur lagi aja gapapa kok."Dia tersenyum simpul dan menghadapkan wajahnya di leherku. Nafas hangat Jimin menerpa kulitku secara halus. Aku bergeliyat geli dan mendorong Jimin, tapi dia menahan tanganku. "Aku suka aromamu. Kau pakai sabun mandi apa?"tanyanya mengundang gelak tawaku. Aku menaikkan kedua alisku dan melihat langit-langit. "Mm, entahlah. Aku pakai sabun mandi tentu saja. Kenapa memangnya?"dia menggeleng dan kini mengubah posisinya. Seperti yang biasa Jimin lakukan, dia akan menaruh kepalanya di atas pahaku dan memejamkan mata. "Bukan apa-apa. Aku tidur disini boleh? Kalau kau lelah, bangunkan aku saja."

"Tapi, Jim.."

"Jimin bangun bodoh! Tidur dikamarku saja sana! Hey!"aku menggoyangkan tubuh Jimin, tapi tidak ada reaksi apapun darinya. Oh ayolah. Tidak mungkin aku berdiam diri disini dengan kedua paha yang Jimin jadikan sebagai bantal. Bisa-bisa pahaku keram nanti.

Tapi aku juga tidak tega kalau harus membangunkan Jimin yang tertidur seperti seorang bayi.

Aku memperhatikan wajah baby face nya yang menggemaskan. Jimin sangat lucu. Dia berbeda dari yang lain. Kenapa? Karna dia punya tangan yang sangat mungil.

Hanya tangan, tapi lengannya berotot. Bukankah itu aneh? Dia juga punya wajah yang lucu, tapi badannya begitu atletis, apa itu masih belum cukup kusebut aneh?

Tanganku bergerak mengelus rambut Jimin. Aku tersenyum seraya memainkan wajahnya. Seperti mencubit pipi chubby Jimin, memencet hidungnya dan berakhir di bibir Jimin. Aku hanya menyentuh permukaan bibirnya. Lembut. Jantungku berdesir jadi aku menjauhkan tanganku dari wajah Jimin. Mataku semakin mengantuk dan mulutku beberapa kali menguap. Aku memejamkan mata dan ikut tertidur di samping Jimin. Seraya berdoa ketika aku terbangun nanti, aku memiliki kesempatan untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku dan bukan Chae Young.







-me

STIGMA  Donde viven las historias. Descúbrelo ahora