Fans dan Selir

1.3K 64 62
                                    

Keesokan harinya, di apartemen Batz.
"Masak apa, sayang" ucap Batz berbisik di telinga Nae yang sedang memasak. Batz melingkarkan tangannya di pinggang Nae dan mencium pundak Nae.

"Masak udang nih. Kamu ada acara hari ini?" Tanya Nae mencium pipi Batz dan melanjutkan masaknya.

"Ga ada. Kita ga bimbingan kan?" Tanya Batz yang masih betah di posisinya.

"Iya. Kan bapaknya lagi ke luar kota. Minggu depan lagi. Kita santai di rumah aja nih?" Tanya Nae menggeser posisinya untuk mengambil piring.

"Kamu mau kemana?" Tanya Batz mengikuti pergerakan Nae dengan terus memeluknya.

"Yang pasti aku mau makan dulu. Hehehe tunggu di meja ya. Udah selesai nih" ucap Nae mencium pipi Batz dan dibalas anggukan oleh Batz. Batz melepas pelukannya dan berjalan ke arah meja makan. Batz menuangkan minum dan memainkan hp nya.

"Chat sama siapa?" Tanya Nae menaruh makanannya di meja makan.

"Sama Davikah" ucap Batz menarik kursi disebelahnya untuk Nae duduk.

"Huh.. Fans mu yang satu itu luar biasa menguji kesabaranku" ucap Nae mendengus kesal dan duduk di samping Batz. Nae menyendokkan nasi dan lauk ke atas piring Batz dan dirinya. Batz menatap Nae dan dibalas senyum oleh Nae lalu Nae mengelus pipi Batz.

"Selamat makan, sayang" ucap Nae setelah mereka selesai berdoa. "Selamat makan juga, sayang" jawab Batz dan tersenyum ke arah Nae.

Usai makan, Batz merapihkan piring dan mencucinya. Mereka memang membagi tugas. Karena Batz tidak bisa memasak, Batz mendapat tugas untuk mencuci piring sementara Nae sudah duduk menunggunya di sofa di depan tv.

"Bagaimana usahamu?" Tanya Batz yang sudah duduk di samping Nae dan merangkul pundak Nae lalu mencium pelipisnya.

"Kayaknya aku ambil deh ruko kemaren. Soal pegawai, aku udah dapet nama tapi belum seleksi lagi. Dan Aom katanya mau cuti setahun abis film seriesnya ini. Jadi mungkin dia bisa bantu aku. Gimana, sayang?" Tanya Nae menyandarkan kepalanya di dada Batz.

"Aku mendukungmu. Maafkan aku yang tidak bisa membantumu. Papah sangat membutuhkanku. Demi masa depan kita juga" ucap Batz dengan nada menyesal.

"Gpp, sayang. Aku paham. Wajar Papah berharap padamu. Kamu kan anak tunggal, pewaris satu-satunya. Kalau aku kan masih ada kakak. Iya, demi masa depan kita" ucap Nae mencium bibir Batz sekilas.

*song miss independent*
"Siapa?" Tanya Nae mendengar bunyi hp Batz. "Lah.. Kan aku belum liat, by" jawab Batz memdelikkan mata ke arah Nae yang dibalas ciuman di rahang Batz.

Batz mengambil hp nya dan Nae melihatnya. "Huh.. Fans itu lagi. Angkatlah" ucap Nae ketus dan dihadiahi ciuman di bibir oleh Batz.

"Hallo.." Batz menjawab panggilan dari Davikah namun tangannya bermain di dada Nae. "Oke.." Jawab Batz dan mengakhiri panggilannya.

"Davikah mengajakku bertemu membahas kerjasama hotel" Batz menjelaskan tanpa menunggu Nae bertanya. "Yah.. Berarti kamu ga bisa nemenin aku menyewa ruko itu dong" ucap Nae menghela napas. "Tunggu sebentar" jawab Batz mengambil hp nya. Batz kembali menelpon Davikah.

"Halo, Dav. Iya, bisa. Tapi nanti ya. Nti gw kabarin lagi. Mau nganter ibu negara dulu. Oke. Thanks, Dav" ucap Batz dan mengakhiri telponnya.

"Jam berapa kita pergi?" Tanya Batz mencium pipi Nae. "Davikah?" Tanya Nae mengerutkan dahinya.

"Aku kan memprioritaskan kekasihku dulu" jawab Batz dan mendapat ciuman bibir dari Nae. "Kamu yang terbaik, sayang" ucap Nae mencium rahang Batz.

BatzNae mengganti pakaian dan pergi ke ruko yang akan di sewa oleh Nae untuk dijadikan tempatnya berwirausaha.

Setelah terjalin kesepakatan, Nae sudah bisa menempatkannya saat itu juga.

Sore hari, Batz ditemani oleh Nae menemui Davikah di cafe yang tidak jauh dari apartemen Batz.

"Hai Batz.. Nae.. Sudah lama?" Tanya Davikah saat sudah sampai dan menyalami keduanya.

"Ga kok. Duduk, Dav" jawab Nae mempersilahkan Davikah dan memberinya buku menu.

Setelah memesan makanan, Davikah memulai pembicaraan.
"Jadi, Batz, seperti yang kamu tahu, aku juga diwariskan untuk memimpin perusahaan. Dan seperti yang kamu ketahui juga, Papahku menginginkan perusahaan kita bekerja sama. Aku akan menaruh sahamku sebesar 10% di hotel terbarumu dan ini berkas lengkapnya" ucap Davikah memberikan kertas berkas ke Batz. Batz mengambilnya dan membacanya.

"Aku sudah baca sekilas dan sepertinya menarik. Tapi aku belum bisa memutuskan. Aku akan membawanya dulu. Akan aku baca tuntas sebelum aku memberikan keputusan akhirnya. Bagaimana?" Tanya Batz menutup berkas dan menatap Davikah.

"Oke. Tapi ku harap tidak lama-lama" jawab Davikah menyesap minumannya yang sudah datang. "Besok juga akan langsung kamu dapatkan keputusanku" jawab Batz mantap. Davikah tersenyum menatap Batz. "Kamu luar biasa, Batz" batin Davikah memuji Batz.

Sementara itu Nae masih asik memainkan hp nya dengan lengannya mengapit lengan kiri Batz dan kepalanya bersandar di pundak Batz.

"Sayang, makan dulu yuk" ajak Batz menyadarkan Nae yang masih asik dengan sosial medianya. Nae melihat le arah Batz dan mengangguk.

BatzNaeDavikah berbincang ringan sambil memakan makanan dan minuman yang sudah mereka pesan.
"Nae.. Nae.. Betapa beruntungnya dirimu mendapatkan Batz" batin Davikah melihat kemesraan keduanya.

Selesai pertemuan itu, BatzNae kembali pulang ke apartemen Batz. Batz mandi terlebih dahulu dan bergantian dengan Nae lalu mereka duduk bersama di depan tv.

"Sepertinya Davikah masih menyukaimu" ucap Nae memulai pembicaraan. Nae melingkarkan tangannya ke pinggang Batz dan menaruh kepalanya di dada Batz. "Aku cinta kamu" jawab Batz santai.

"Bagaimana dengan Fern?" Tanya Nae tanpa melihat Batz. "Fans ku tidak sebanyak selirmu" jawab Batz enteng.

"Tapi kamu ramah banget" ucap Nae mencium dada Batz. "Percayalah padaku seperti aku percaya padamu. Aku hanya mencintaimu" jawab Batz mencium pelipis Nae. Nae tersenyum dan mencium bibir Batz.

Batz menahannya dan mereka berciuman. Batz melepas ciumannya dan mencium singkat bibir Nae. Lalu mereka menghabiskan malam dengan menonton tv sambil berbincang dan bermesraan.

Locked AwayWhere stories live. Discover now