Kentjan

1.4K 73 14
                                    

Saat sore hari.
"Cong, kami pulang dulu ya. Besok, pulang kantor, gw kesini lagi" ucap Batz merangkul Aom.
"Iya, mpret. Kalian semua hati-hati ya. Makasi banyak" ucap Aom memeluk satu persatu sahabatnya.

BatzNaeNewty pulang, meninggalkan Aom yang akan menginap menunggu Darin.

Sesampainya di rumah Batz.

"Sayang, tunggu" Batz menggenggam tangan Nae dan mengajaknya ke garasi.
"Ada apa, sayang?" Tanya Nae berjalan sejajar dengan Batz.
"Aku mau mengajakmu ke suatu tempat. Tapi kita naik sepeda ya" ajak Batz mencium kening Nae. Nae mengangguk dan tersenyum.

"Kita ga ganti baju dulu, sayang?" Tanya Nae yang memperhatikan pakaian mereka.
"Kita pake jaket di mobil aja ya" Batz mengusap rambut Nae dan dijawab anggukan oleh Nae.

Batz menaiki sepedanya setelah memakai jaket dan memakaikan Nae jaket. Nae dibonceng di depan dan duduk menyamping.

Batz mengayuh sepedanya menuju tempat yang sangat indah.

Sesampainya di tempat tujuan.
"Sayang.. Ini indah sekali" ucap Nae yang langsung turun dari sepeda dan meninggalkan Batz yang sedang memarkirkan sepedanya.
"Ada yang lebih indah, sayang. Ikut aku" Batz menarik Nae untuk melewati jembatan kecil. Batz mengajak Nae duduk di bawah pohon dengan Batz duduk di belakang Nae dan memeluk Nae erat dari belakang.

"Sayang.. Senja.." Ucap Nae begitu melihat pemandangan di depannya.
"Iya, sayang. Sunset terindah untuk wanita terindah" ucap Batz mengeratkan pelukannya.

"Makasih, sayang" ucap Nae mencium ujung bibir Batz.
"Kita nikmatin dulu ya" Batz mengusap perut Nae.

Nae menyandarkan tubuhnya di tubuh Batz. Menghangatkan hatinya. Mengusap tangan Batz yang melingkar di perutnya. Tersenyum menatap matahari yang sedang terbenam.

Saat matahari benar-benar tenggelam, Nae menatap mata Batz dalam. Nae tersenyum, mengelus bibir bawah Batz dan mulai menciumnya.

Batz membalas ciuman Nae dan mengeratkan pelukannya. Nae melingkarkan tangannya ke leher Batz dan sedikit menekan tengkuk Batz.

Cukup lama mereka berciuman sampai akhirnya Nae yang melepas ciuman mereka dengan nafas yang memburu.

"Kamu tahu, b. Meski kita sudah lama bersama, bahkan kita sudah menikah, debaran jantungku selalu sama seperti awal aku jatuh cinta padamu. Aku menggilaimu di tiap hela napas, b. Tak pernah terpikirkan aku bisa mencintaimu sedalam ini. Aku sangat mencintaimu" ucap Nae mengusap bibir Batz dan mengecupnya singkat.

"Aku lebih teramat sangat mencintaimu, by. Terima kasih telah lahir dan menjadikanku orang yang beruntung memilikimu" Batz mencium kening Nae, mencurahkan segala kasih, sayang dan cintanya melalui kecupan hangat tersebut.

Setelah mencium kening Nae, Batz mencium kilat bibir Nae.

"Kamu tahu danau ini darimana?" Tanya Nae yang sudah menyandarkan kembali tubuhnya ke tubuh Batz.

Ya, mereka saat ini berada di sekitar danau yang indah. Mereka sedang duduk di atas rerumputan yang mengelilingi danau tersebut. Tepatnya di bawah pohon yang cukup rindang. Di belakang mereka terdapat beberapa bunga anggrek putih dan ungu, bunga melati, bunga akasia, bunga sepatu dan juga mawar.
Ada jembatan kecil di tengah danau.
Dimana untuk posisi BatzNae menghadap dapat melihat sunset, sedangkan di sisi lain dapat melihat sunrise.

Batz menemukan tempat ini saat ia sedang bermasalah dengan Nae. Sudah cukup lama. Jauh sebelum mereka menikah namun baru bisa kembali kesini ya hari ini dikarenakan kesibukan Batz dan Nae.

"Saat kita berantem pas kuliah. Aku berkeliling. Eh nemu. Cuma ya baru sempet ngajak kamunya sekarang" ucap Batz menaruh dagunya di pundak Nae.

"Makasih ya, sayang. Eh.. Itu ada jagung bakar ya? Kamu mau ga?" Tanya Nae menatap seorang Bapak yang sedang mengipas jagung di sebrang mereka.

"Yuk kita kesana" Batz berdiri dan mengulurkan tangannya. Nae membalas uluran tangan Batz dan mereka berjalan mendekati tempat jagung tersebut.

Setelah memesan, mereka makan di sekitar tempat jagung tersebut. Banyak orang yang datang saat malam. Tempatnya sangat indah, baik pagi, sore maupun malam. Suara jangkrik beriringan dengan cahaya dari kunang-kunang yang terbang di atas danau. Pemandangan dan suasana langka yang sudah jarang ditemui di ramainya kota tempat tinggal mereka.

"Tenang ya, sayang. Aku seneng" ucap Nae menaruh kepalanya di pundak Batz.
"Iya, sayang. Setidaknya, menyegarkan pikiran kita yang akhir-akhir ini menggila" Batz menghela napas dan Nae langsung mencium bibir Batz.

"Aku mohon. Kita hadapi ini bersama. Jangan dipikir sendiri. Kamu mau kan buat aku bermanfaat juga?" Nae mengelus pipi Batz dan dijawab anggukan oleh Batz. Lalu Batz mencium kening Nae.

"Sayang.. Kita makan disana yuk. Rame. Kayaknya enak" Batz menatap lesehan yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Nae mengangguk menyetujui.

Usai membayar jagung, Batz merangkul pinggang Nae dan mengajaknya makan di lesehan.

"Kita udah lama ya, sayang, ga kencan begini" ucap Nae yang sedang menyuapi ikan ke mulut Batz.
"Iya, sayang. Aku berasa kita masih pacaran" ucap Batz meneguk minumnya.
"Hahaha kita nikah malah makin susah buat mesra-mesraan" Nae tertawa mengingat masa pacaran mereka.
"Iya. Karna tanggung jawab kita makin besar, sayang" Batz mencium pipi Nae.
"Iya, sayang. Tapi ga nyium pipi juga. Astagaaaa.. Berminyak. Ih.. B.. Kamu mah" Nae panik sendiri berusaha mengelap pipinya dengan tisu bahkan jaket Batz. Sementara Batz tertawa melihat ekspresi istri tercintanya.

"Kamu tetep cantik kok, sayang" Batz menggoda Nae namun terus tertawa.
"Aku memang cantik, sayang. Tapi kan ini bau amis, berminyak pula. Hih.. Kamu ini" Nae terus mengelap sambil memegang hp nya untuk berkaca.

"Tetep narsis kamu" Batz terus tertawa dan makin mengeratkan pelukannya di pinggang Nae.

Usai membersihkan pipinya, Nae meneguk minumannya. Batz mengelus pipi Nae.
"Maafkan aku, sayang" ucap Batz tulus.
"Gpp, sayang" ucap Nae yang juga mengelus pipi Batz sambil tersenyum.

Usai makan, Batz mengambil sepedanya dan mengajak Nae pulang.
"Kita pulang ya, sayang. Sudah malam" ucap Batz yang sudah menaiki sepedanya.
"Iya, sayang, makasi ya kencannya" ucap Nae mencium bibir Batz singkat lalu duduk di atas sepeda di depan Batz.

Batz mengayuh sepedanya menuju ke rumah. Di perjalanan, mereka saling berbincang ringan dan bersenandung bersama.

Batz tahu, setelah ini, jalan mereka akan masih sangat berliku. Tapi ia hanya ingin menjalani saat ini untuk menjajaki masa depan. Tentunya bersama Nae, istrinya tercinta.

Locked AwayWhere stories live. Discover now