Indra Keenam

1.3K 58 23
                                    

Hari itu, tidak ada kegiatan berarti yang dilakukan oleh Batz dan Nae. Mereka sama-sama mengurung diri di dalam kamar.

-sayang.. Aku lebih lama disini. Aku tau kita cuma butuh waktu. Aku ga kemana-mana. Cuma minep di hotel dan daerah sekitar. Kamu jaga kesehatan. Harus makan. Nanti aku kabarin kamu lagi ya. Aku mencintaimu- my baby (Batz)

Hanya dibaca.

Nae menangis. Begitu juga dengan Batz.

***

Malam hari.
Newty datang bersama Air ke rumah sakit untuk menjenguk Darin.

"Cong.. Gimana?" Tanya Newty merangkul pundak Aom yang sedang duduk di sofa.
"Masih sama" ucap Aom lemas.

"Kamu ga telat makan kan? Jangan sampai kamu sakit. Pasti Darin marah kalo pas dia bangun ngeliat kamu malah sakit" Air mengusap pucuk rambut Aom lembut.
"Iya. Aku makan kok" jawab Aom tersenyum menatap Air.
"Besok Mamahku mau kesini katanya" ucap Air dan dijawab anggukan oleh Aom.

"Cong, Rabel mau ketemu lo. Bisanya kapan?" Tanya Newty.
"Besok ada Mamahnya Air. Lusa orang tua gw dateng lagi. Besoknya mungkin ya. Ada apa?" Tanya Aom.

"BatzNae" ucap Newty lemah.
"Oh iya. Kemana anak itu? Dia ga ngabarin gw hari ini. Ngantor ga ya?" Tanya Aom. Newty mengangkat bahunya tidak tahu.

Lalu mereka berbincang ringan hingga AirNewty berpamitan untuk pulang.

***

Keesokan harinya.

Usai mandi dan sarapan, Aom duduk di sofa dan menonton tv di ruangan Darin di rawat.

Tidak lama kemudian, Air dan Mamahnya datang.

"Aom..."
"Bibi...." Aom memeluk Mamah Air dengan erat. Tanpa terasa air matanya jatuj di pundak Bibi yang sudah ia anggap seperti Mamah keduanya.
"Kamu harus kuat, sayang. Biar Darin juga kuat berjuang untuk bangun" ucap Mamah Air mengelus rambut Aom. Aom mengangguk dalam tangisnya.

Setelah tangis Aom reda, Aom mengajak mereka duduk dan menyiapkan minuman.

"Ada perubahan?" Tanya Mamah Air.
"Ga banyak, Bi. Kalau aku sentuh kening atau mengusap kepalanya, ia hanya mengerutkan dahinya. Kata dokter gpp, Bi" ucap Aom.

"Boleh Bibi memegang dahinya?" Tanya Mamah Air dan langsung mendapat tatapan bingung dari Aom.
"Bibi yakin?" Tanya Aom ragu.
"Gatau, sayang. Tapi melihat wajahnya, perasaan Bibi ga enak. Bisa Bibi coba?" Tanya Mamah Air. Aom ragu, ia menatap Air, Air mengangguk, Aom akhirnya mengangguk pasrah.

Perlahan, Mamah Air menatap Darin, ia menghembuskan napas kasar. Aom berdiri di samping Mamah Air dan Air. Aom dan Air saling menggenggam tangan.

"Ku mohon, jangan" batin Mamah Air.

Mamah Air memejamkan matanya, tangannya kirinya terulur memegang tangan Darin yang tidak terinfus sedangkan tangan kanannya memegang dahi Darin.

AomAir saling berpandangan dan mengeratkan genggaman mereka.

"Astaga!" Ucap Mamah Air namun tidak membuka matanya dan tidak mengubah posisinya.

Dahi Mamah Air berkerut sehingga menjadikan kedua alisnya bertautan. Keringat membasahi dahi Mamah Air. Lalu air mata jatuh di pipi Mamah Air.  Mamah Air semakin memejamkan matanya. Bahunya bergetar menahan tangisnya.

Secara perlahan, Mamah Air membuka matanya, melepas kedua pegangan tangannya lalu mencium kening Darin.

AomAir yang masih terkejut hanya bisa bungkam.

Mamah Air menghadap AomAir yang sedang bingung lalu memeluk keduanya.

Air matanya perlahan mereda. Ia terus menyekanya. Hingga akhirnya ia tenang dan melepas pelukannya.

"Ada apa, Bi?" Tanya Aom.
"Darin butuh bantuan kita. Dia tersesat di dunia arwah" ucap Mamah Air menatap tajam AomAir.

AomAir kaget dan langsung saling pandang. Detak jantung mereka berdegup kencang mendengar kenyataan tersebut.

Mamah Air merupakan orang yang memiliki indra keenam dan kemampuan supranatural luar biasa. Hal yang beliau dapatkan dari sang Ayah yang tidak lain adalah Kakek Air. Dan Air beruntung karena tidak memilikinya. Karena itu sangat mengganggu bagi Air.

"Kenapa Bibi menangis?" Tanya Aom.
"Ada arwah yang ingin masuk ke tubuh Darin. Kita harus membantunya. Bibi belum tau arwah tersebut adalah orang yang sudah meninggal atau koma seperti Darin. Tapi dari tatapannya tadi, Bibi rasa orang tersebut sudah meninggal" ucap Mamah Air lemah.

"Terus kita harus gimana, Bi?" Tanya Aom cemas. "Kamu terus ajak dia berbicara. Yakinkan dia untuk bangun. Besok Bibi kesini lagi. Bibi akan melakukan sesuatu dulu di rumah. Kamu ga perlu terlalu cemas. Darin orang yang kuat. Dan kamu harus kuat agar menular ke Darin. Bisa?" Tanya Mamah Air.
"Bisa, Bi. Besok juga Mamah Papah datang" ucap Aom.

"Baguslah. Hubungi Papahmu, katakan yang terjadi. Aku butuh bantuan Papahmu" ucap Mamah Air menggenggam tangan Aom yang dibalas anggukan oleh Aom.

"Kamu harus kuat. Kita saling berpegangan. Bagaimana teman-temanmu?" Tanya Air tanpa melepas genggamannya.
"Kacau. Semua lagi bermasalah" ucap Aom memeluk Air. Air memeluk erat Aom dan mengusap rambutnya.
"Akan kubantu semampuku. Selalu kabari aku" ucap Air yang dibalas anggukan oleh Aom.

Setelah sedikit berbincang, Air dan Mamahnya pamit pulang ketika siang.

Sore harinya, Newty datang dan Aom menceritakan yang tadi terjadi. Newty percaya karena Papah Rabel juga mempunyai indra ke enam.

"Besok aku datang kesini lagi. Lusa, aku temani kamu bertemu Rabel" ucap Newtt dan dibalas anggukan oleh Aom.

Malam hari, Newty pamit pulang dan Air datang untuk menemani Aom menginap di rumah sakit.

Sementara BatzNae masih dengan diam dan tangisnya.

-selamat malam, sayang. Jangan tidur larut ya. Tidur yang nyenyak. Jangan terlalu dipikirin. Aku mencintaimu- my baby (Batz)
Hanya dibaca.

Locked AwayOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz