Perpanjangan Akal

1.2K 63 20
                                    

Satu minggu berlalu.
Di pagi hari, Nae mulai mengaktifkan hpnya. Banyak notif yang bermunculan. Hampir semua dari para sahabatnya. Nae membacanya satu-persatu.
"Astaga..." Nae menutup mulutnya terkejut.

Nae bergegas ke kamar mandi, memakai pakaian santai, mengambil tas, hp dan kunci mobilnya lalu berjalan ke garasi.

Nae mengemudikan mobilnya dengab kecepatan sedang. Ia mencoba menghubungi Batz namun nomornya masih tidak aktif.

Sesampainya di rumah sakit, Nae disambut oleh Aom.
"Hai, cong" ucap Nae begitu membuka pintu ruangan Darin.
"Nyet... Astagaaaa.. Lo darimana aja? Gimana kabar lo? Apa yang terjadi? Kenapa nomor lo ga aktif? Kenapa ga ngantor? Batz mana?" Aom melihat le belakang Nae. Kosong.
"Satu-satu dong. Gw bingung mau jawab yang mana. Oh iya, Darin udah sadar?" tanya Nae mengingat chat Aom dan Newty yang mengabarinya bahwa Darin sudah sadar.

"Iya. Udah. Lo ga bisa dihubungin. Kenapa?" Aom menatap Nae penuh selidik.
"Gw minta pisah sama Batz. Tapi dia minta waktu. Bisa dibilang, kami break. Ya lo tau kenapa gw ngilang" Nae menunduk tidak berani menatap mata Aom.

Aom menghela napas kasar.
"Kita sarapan di bawah. Darin tadi udah bangun, abis minum obat, dia tidur lagi" ucap Aom menggenggam tangan Nae dan menariknya keluar. Nae hanya pasrah mengikuti langkah Aom.

Mereka duduk di kantin bawah. Memesan makanan untuk sarapan. Hening. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Kemudian Nae memecah keheningan.
"Jadi Darin kenapa? Maksudnya perjalanan spiritual?" Nae meminta penjelasan atas chat sahabatnya.
"Iya. Dunia lain. Ceritanya panjang" Aom menunduk sambil meminum tehnya.

"Gw punya banyak waktu" Nae menggenggam tangan Aom. Aom bercerita dari awal kedatangan Mamah Air hingga akhirnya mereka berhasil membawa Darin kembali dan juga tentang Nam.

"Nam?? Kok bisa?" tanya Nae kaget.
"Lo masih inget Nam?" tanya Aom bingung.
"Inget lah. Sahabat yang ngarep jadi cintanya lo kan? Dia kan udah ga ada, kok bisa?" Nae masih bingung.
"Inget kakaknya?" tanya Aom.
"Astagaaaa..." Nae menutup mulutnya sambil menatap Aom. Aom mengangguk dan menghela napas.
"Jadi gimana?" tanya Nae lagi.
"Belum tau. Gw masih fokus sama sembuhnya Darin dan sekarang.... Sama breaknya lo. Kenapa?" Aom menatap Nae dengan tatapan mengintimidasi.

Nae mengotak-atik hp nya lalu menunjukan pada Aom.
"Dia bahagia tanpa gw" ucap Nae menghela napas.
"Dia minta waktu kan? Itu ga buat lo sadar juga? Dia gamau pisah sama lo. Gw ga ngerti ya sama pikiran lo. Kalian udah menikah loh, bukan cuma pacaran. Kalian pernah lebih susah dan kalian udah sangat lama. Kenapa hanya karna hal ini lo jadi mikir gini?" tanya Aom mengembalikan hp Nae.

Nae bungkam.

"Jangan gegabah, Nyet. Lo yakin bisa tanpa dia? Dengan Batz yang ga minta waktu dan ga bisa dihubungin, gw yakin dia ga bisa tanpa lo" Aom menggenggam tangan Nae.

"Gw gatau, cong. Apa karena kami udah terlalu lama, makanya dia bosen. Dia udah ga bahagia lagi sama gw" Nae menunduk dengan suara bergetar.
"Ngawur! Gila! Mending lo pikirin apa yang udah kalian lalui selama ini. Kenapa kalian bisa bertahan sampe saat ini dan memutuskan ke jenjang ini, lo pikir apa jadinya lo tanpa dia dan gimana seandainya dia diambil sama orang laen. Lo yakin rela?" Aom berbicara dengan nada sedikit meninggi.

"Gak! Gw ga rela! Terus gw harus gimana?" Nae masih menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sungguh tidak rela bila Batz bersama orang lain.
"Ngomong baik-baik dari hati ke hati. Yakin aja cinta kalian lebih besar. Gw tau Batz sangat mencintai lo, begitu juga dengan lo. Temui dia. Kalian hanya perlu bicara. Meminta maaf ga buat lo ngerasa kalah atau rendah. Hubungan kalian lebih berharga" Aom berjelan ke samping Nae dan memeluknya.

Nae memeluk Aom sangat erat sambil mengucap terima kasih tanpa henti.

Sahabat. Perpanjangan akal saat hati tak sesuai logika. Mereka mengamalkannya. Dan mereka bahagia karenanya.

Locked AwayWhere stories live. Discover now