Cerita Baru

1.3K 59 14
                                    

Keesokan harinya, Batz menjemput Nae di hotelnya menggunakan taksi lalu mereka ke bandara untuk kembali ke Thailand.

"Kamu udah sarapan?" Tanya Nae kepada Batz begitu mereka sudah duduk di kursi pesawat.
"Hmm" jawab Batz dan menutup matanya hendak tidur.
"Kamu begadang?" Tanya Nae heran melihat Batz akan tertidur padahal masih pagi.
"Sibukkan dirimu. Aku mau tidur" ucap Batz memakai topinya untuk menutup separuh wajahnya.
Nae menghela napas melihat sikap Batz.

Batz tidur selama dua jam dan selama dua jam itu Nae banyak melakukan aktivitas, diantaranya main hp, membaca novel dan memperhatikan Batz.

Batz membuka matanya dan melihat jam. "Huh.. Masih dua jam-an lagi" keluh Batz dan kembali mencari posisi nyaman.

"Dua jaman? Jaman batu sama jaman milenium?" Guyon Nae mencoba mencairkan suasana.
Batz hanya sekilas menatap Nae lalu kembali menutup wajahnya.
"Kamu mau tidur lagi?" Tanya Nae bingung.
"Hmm" Batz hanya menggumam untuk menanggapi.

Tanpa diduga, dua jam setelah perbincangan singkat tadi, Nae lah yang akhirnya tertidur sedangkan Batz memainkan hp nya dan sesekali memperhatikan Nae yang tertidur.

Akhirnya mereka sampai di Thailand. Batz tetap mendiami Nae dan menjawab singkat setiap pertanyaan Nae.

"Aku mau ke rumah terus jenguk Darin dan Rabel. Kamu?" Tanya Batz menarik kopernya dan koper Nae tanpa menatap Nae.
Sekalipun Batz dingin terhadap Nae, tapi tidak mengurangi perhatian Batz kepada Nae. Seperti saat ini, Batz tidak membiarkan Nae membawa kopernya sendiri. Ia menarik kopernya dan koper Nae di kedua tangannya. Nae tersenyum melihat perhatian Batz.

"Aku ikut kamu" ucap Nae sambil tersenyum manis namun Batz tidak menanggapi dan tetap memandang lurus datar ke depan.

Mereka menaiki taksi dan menuju ke rumah Batz. Sesampainya di rumah Batz, Batz berjalan terlebih dahulu tanpa menghiraukan Nae meski ia masih membawa koper Nae.

"Kamu tidur di kamar biasa, aku disebelah" ucap Batz terdengar seperti perintah.
"Kenapa kita ga satu kamar aja?" Tanya Nae berusaha memperbaiki keadaan. Tak ada jawaban selain Batz menutup pintu kamar sebelah.

Jelas sudah, mereka pisah ranjang.

Usai merapihkan diri, mereka makan siang bersama.
"Kita jenguk Darin dulu?" Tanya Nae dan hanya dibalas anggukan oleh Batz.

Setelah selesai makan, mereka berangkat menuju rumah sakit.

Nae membuka pintu ruangan Darin. Aom, Darin, Newty dan Air langsung melihat ke arah pintu.
"Mpreeeettttt" teriak semuanya senang. Aom dan Newty langsung berhamburan memeluk Batz. Batz tertawa melihat kelakuan para sahabatnya.

Usai berpelukan, Batz menghampiri Air untuk memeluknya lalu beralih ke Darin dan juga memeluknya.

"Darimana aja lo?" Tanya Darin memukul pelan lengan Batz.
"Wih.. Baru sembuh aja udah mukul-mukul" ucap Batz mengusap pucuk kepala Darin.

"Iya, mpret. Lo darimana aja?" Tanya Newty menatap Batz dari sebrang ranjang Darin.
"Nyari spot yang instagram-able" jawab Batz santai.
"Gilak!" Ucap Darin, Aom, Newty, Air bersamaan. Nae hanya tersenyum dan memeluk Aom dari samping yang sedang berdiri di samping Newty.

Aom menatap Nae dan Nae hanya menggeleng sambil mengeratkan pelukannya.

Lalu mereka duduk di sofa dan sedikit berbincang.
"Yang.. Gw mau ngobrol sama Batz berdua sebentar bisa?" Tanya Darin dan menatap semuanya satu-persatu. Mereka saling pandang dan mengangguk bersamaan.

Kini di ruangan hanya tersisa Darin dan Batz.
"Lo pasti udah tau cerita gw dari Nae" ucap Darin memulai perbincangan. Batz hanya mengangguk.
"Kenapa kalian break?" Tanya Darin.
"Gw gatau apa alasan tepatnya Nae. Tapi kalo emang itu buat dia bahagia, gw akan menyederhanakannya. Gw akan selesain" ucap Batz terdengar lemah.
"Jangan gegabah! Denger cerita gw, baru lo bisa ambil kesimpulan. Tapi lo harus ceritain ini ke Rabel juga" ucap Darin.

Batz mengerutkan keningnya mendengar ucapan Darin. Tanpa menghiraukan ekspresi Batz, Darin memulai ceritanya.

Batz menghela napas kasar, tangannya sudah mengepal. Wajahnya sudah memerah menahan amarah.

"Tolong jaga emosi lo. Tau kan penyesalan akibat keputusan yang diambil saat emosi? Jangan gegabah. Kita tetep bersama" ucap Darin menenangkan. Batz menghela napasnya secara kasar.

"Peluklah Nae. Cuma itu peredam amarah lo. Lalu kalian jenguklah Rabel. Sampaikan ucapan gw tadi. Biarkan Air jaga gw" ucap Darin dan menatap Batz. Batz mengangguk lalu memeluk Darin.

"Makasi, nyong. Lekaslah sembuh. Kita harus hadapi ini bersama" ucap Batz dipelukan Darin. Darin mengusap punggung Batz dan mengangguk.

Batz keluar dari ruangan Darin. Nae, Aom, Newty dan Air langsung menoleh menatap Batz.
"Air, tolong jaga Darin. Kami mau menjenguk Darin" ucap Batz menatap Air. Air mengangguk.

Mereka semua memasuki ruangan Darin untuk mengambil tas. Namun Batz menahan pergelangan tangan Nae dan menarik Nae ke dalam pelukannya.

Benar kata Darin, pelukan Nae adalah peredam amarahnya yang sangat mujarab.

Nae membalas pelukan Batz lebih erat. "Ambilah tasmu. Aku tunggu kalian di mobil" ucap Batz kembali dingin, melepas pelukannya dan berjalan meninggalkan Nae yang masih sedikit kaget.

"Apa-apaan dia itu? Seenaknya dingin, meluk orang, dingin lagi. Untung cinta" gumam Nae misuh-misuh dan masuk ke ruangan Darin.

"Kenapa muka lo gitu, nyet?" Tanya Darin. Nae melihat Darin dan tersenyum paksa. Aom dan Newty sudah keluar, Nae menghampiri Darin dan memeluknya.

"Pertahankan hubungan kalian. Jangan gegabah" ucap Darin di sela pelukan mereka. Nae mengangguk.

Lalu Nae keluar dan berjalan bersama Aom dan Newty menuju mobil Batz di parkiran. Sesampainya di parkiran, terlihat Batz sedang memainkan hp nya dengan bersandar pada mobilnya.

Batz membuka pintu untuk Nae di samping kemudi lalu ia masuk ke kursi pengemudi. Sementara Aom, Newty duduk di belakang. Batz melajukan mobilnya menuju kantor polisi. Mereka saling diam dan sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hanya ada lantunan musik mengiringi perjalan mereka.

Locked AwayWhere stories live. Discover now