2

8.1K 478 11
                                    

Jasmine kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Jika ditelaah lagi, seharusnya ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suaminya di malam pertama. Tapi situasi ini berbeda. Mereka menikah bukan suka sama suka. Vano bersedia menerimanya, dan beruntung bagi Jasmine karena ada seorang lelaki yang mau mencover dirinya dari gunjingan orang.

"Kamu tidur dikasur aja." kata Vano seraya membereskan ranjang.

"Kamu?"

Memang ada dua kamar. Tapi satu kamar lain cukup kotor dan dijadikan gudang barang oleh Vano mengingat rumah mereka kecil. Lelaki itu masih menampilkan senyum hangatnya.

"Dibawah. Biar klo kamu mimpi buruk, aku langsung tau."

"Aku nggak pernah mimpi buruk." gerutu Jasmine malu tidak terima membuat Vano terkekeh.

"Yang penting aku ada disamping kamu. Takut ada apa-apa, muntah, atau butuh minum. Ayo tidur."

Jasmine melihat karpet merah datar yang dimaksud Vano disamping ranjang. Dalam hati merasa dicubit. Mungkin Vano peka kalau dirinya akan enggan tidur seranjang dengan suaminya itu. Mengingat mereka tak pernah menjalin hubungan cinta. Pernikahan hanya sekedar tanggung jawab semata. Jasmine sangsi kalau Vano adalah pria yang mencari untung. Kalau benar, mengapa ia memilih Jasmine? Si gadis bunting yang ditinggal kekasihnya kabur. Padahal ruang lingkup kerja Vano cukup banyak wanita muda nan cantik.

Jasmine hanya mengiyakan saja sebagai tanda bahwa ia menghargai apa perintah Vano. Ketika ia sudah berbaring nyaman dikasur apron lawas tapi lumayan meredakan nyeri punggungnya, dia melirik Vano. Suaminya itu mencari posisi enak diatas karpet. Lalu menghembuskan nafas memejamkan mata.

Dia melihat raut muka lelah Vano, kemudian tersenyum sedih. Vano-nya. Sahabatnya. Yang selalu ada untuknya. Yang rela sakit dihajar ayahnya, dimaki ibunya. Berbohong demi kebaikannya. Lagi-lagi Jasmine menahan tangis.

"Vano..."

"Hm?" Vano mengintip sedikit pada Jasmine. Wanita itu merebah menyamping menghadap Vano.

"Terima kasih." hanya itu yang mampu diucap Jasmine dengan lirih. Vano menarik bibirnya manis.

"Buat apa, Jasmine?"

Untuk ada disampingku.

"Semuanya. Aku...janji bakal jadi istri yang baik. Sampai..." Jasmine memilin ujung selimutnya berusaha menyampaikan sesuatu.

"...suatu hari kamu jatuh cinta sama gadis lain. Buat kebahagiaan kamu, aku ikhlas."

Bagai sembilu kasat mata menembus jantung Vano. Dia tak kaget, tapi berubah kaku. Wajahnya yang manis surut menjadi tak berekspresi. Melihat bola mata coklat madu milik Jasmine yang ia dambakan menatapnya sungguh-sungguh. Mungkin matanya melihat Vano, tapi hatinya tidak. Dan Vano tahu, selama ini dia tak pernah terngiang di benak Jasmine.

"Hm. Aku ngantuk, Jasmine. Selamat malam." pamitnya memaksa menutup percakapan malam mereka dan mengubah posisi memunggungi Jasmine. Ia hampir ingin menangis tapi tak bisa. Jadi yang dilakukan Vano hanya memejamkan mata sembari mengenyahkan sendiri sakit hatinya supaya tidak terbawa lebih dalam.

Jasmine membisu. Berharap ia tak salah bicara membuat Vano memilih tidur ketimbang menanggapi ucapannya. Ia memilih mematikan lampu dan kembali merebah.

"Selamat malam, Vano."

***

Jasmine sedang memilih kemeja apa yang akan dipakai Vano untuk hari ini ketika pintu kamar menjeblak terbuka dengan Vano yang lari terbirit-birit dengan hanya memakai kaos oblong putih, celana monyet abu-abu dan handuk menyelempang di lehernya. Rambut hitam tebalnya basah.

"Baju aku?" tanyanya cepat. Jasmine ikut panik. Segera ia memutuskan memberi Vano kemeja putih berlengan pendek, dan celana pantalon hitam beserta kaus kaki. Vano memakainya kilat.

"Sarapan dulu ya? Tapi aku cuman sempet goreng nugget. Belum belanja."

Vano menatap Jasmine horor dan melirik jam dinding. Pukul tujuh lebih tiga puluh menit.

"Besok-besok jangan goreng nugget. Nggak sehat buat bayi. Konsumsi sayur sama buah,Jas. Nanti aku temenin belanja deh. Ayo sarapan." jawab Vano sekaligus mendorong tubuh Jasmine untuk ke ruang makan.

Jasmine melihat Vano melahap cepat makanannya. Akhirnya dia juga melakukan hal yang sama sembari diselingi air putih. Jasmine merasa bersalah kepada Vano. Sudah hampir lima hari semenjak mereka kembali kerja dari cuti. Vano masih tidur di karpet yang tidak enak bagi punggungnya. Jadi setiap subuh, Jasmine akan bangun dan menyuruh Vano untuk pindah ke ranjang untuk melanjutkan tidur sementara Jasmine mandi dan beres-beres rumah. Akibatnya, Vano selalu kesiangan.

"Ada kelas pagi ya?" tanya Jasmine.

"Nggak. Ada rapat audit sama fakultas." kata Vano singkat menyelesaikan sarapannya. Lalu memilih kembali ke kamar untuk membereskan peralatan kerjanya sambil menunggu Jasmine selesai makan.

Setelah selesai, mereka berjalan terburu-buru masuk ke mobil sedan lawas warna biru angkatan laut punya Vano. Lelaki itu mendelik melihat sepatu Jasmine yang haknya cukup tinggi dan runcing. Dan wanita itu ikut berlari seperti dirinya.

"Jangan lari-lari, Jasmine!" pekik Vano.

"Udah telat ini." balas Jasmine dan menutup pintu mobil.

"Tapi nggak boleh lari. Kasian bayinya kekocok diperut kamu! Ada nuggetnya lagi!"

Jasmine hampir tertawa ngakak mendengar penurutan Vano. Lari dan nugget apa hubungannya?

"Kamu lebay. Udah ah ayo jalan!"

"Orang khawatir dibilang lebay. Mana sepatu kamu lancip banget kaya pensilnya mahasiswaku habis diserut" cibir Vano dan masih membuat Jasmine terkekeh.

"Tuntutan ini, Rivano. Dikantorku yang cewek harus pake heels tujuh centi."

"Nggak ada pengecualian buat orang hamil emang?"

Jasmine tersentak mendengar pertanyaan itu. Bukan karena Vano selalu mengingatkan dirinya kalau ia sedang mengandung, tapi lebih kepada benang merah kandungannya dengan kantor.

"Jas?" tanya Vano lagi ketika Jasmine mendadak diam.

"Aku..eum..belum bilang klo hamil..." bisiknya datar dan membuang pandangannya ke luar.

Vano meringis kecut. Kenapa dia bisa lupa? Jelas saja Jasmine tak bilang pada orang kantornya kalau dia isi duluan. Mau jadi apa? Tetangga komplek rumah orang tua Jasmine saja sudah gempar dengan gosipnya. Rasanya Vano ingin meninju mukanya sendiri.


***

ETERNAL LOVEWhere stories live. Discover now