30

7.5K 471 39
                                    

Pernahkah kamu merasa dingin meskipun selimut dan cuaca tengah menghangatkan seluruh pelosok dunia? Atau merasa kesepian walaupun ada banyak orang yang menemanimu? Itulah yang dirasakan Vano. Ditatapnya dinding putih kusam kamarnya dengan sorot putus asa yang menyedihkan. Dalam dua puluh enam tahun hidupnya, dia tak pernah merasa serendah ini.

Ia merasa, bahwa Jasmine akan cukup dengan perhatian dan kasih sayang yang berlebih yang pernah diberikan Vano selama ini. Tapi saat masa lalu kembali, telah menampar akal sehat Vano. Bahwa yang dicintai Jasmine tetaplah sosok bernama Ian. Ketika Vano berpikir kalau dirinya dan Jasmine dan Hana akan menjadi keluarga seutuhnya, nyatanya tak bisa. Vano merasa kecil ketika tahu kalau Jasmine mungkin hanya pura-pura membalas cintanya. Bersandiwara bahwa selama ini Ian sudah tak akan ada dihatinya. Harapan Vano yang membumbung tinggi langsung terhempas ke dasar samudera.

Bunyi alarm dari jam beker berbunyi menyentak lamunan Vano. Meskipun bunyinya cukup nyaring, tapi ia tak berniat mematikan. Kasur sisi belakang Vano bergerak. Nampaknya Jasmine terbangun dan segera mematikan alarm itu sebelum alarm lain juga memekik. Tangisan Hana jauh lebih kencang ketimbang bunyi jam beker.

Vano tetap diam dan memutuskan untuk memejamkan mata walaupun ia sudah tak bisa tidur sejak sejam lalu. Jasmine menguap dan segera bangun. Memeriksa Hana apa ikut bangun, atau mungkin popoknya basah. Ternyata Hana masih tenang di boxnya. Dibuatkannya satu botol susu kecil dan disorongkannya ujung dot ke mulut Hana, gadis itu langsung menyecap dibalik alam tidurnya.

Deritan pintu kamar pun terdengar menandakan Jasmine sudah keluar untuk mandi, dan mulai melakukan aktivitas rumah tangga. Biasanya Vano akan menyusul, mengambil koran pagi sembari menikmati kopi buatan sang istri. Tapi kali ini tidak. Karena Vano malas melakukan apapun. Sejak tidur bersama Jasmine saling memunggungi.

Tidak ada lagi pelukan sayang, atau sekedar ciuman kecil. Sejak mereka bertengkar beberapa hari lalu. Yakin kalau Jasmine sudah keluar, Vano membalikkan tubuhnya dan menghela nafas sedih. Hari ini tepat tanggal ulang tahunnya. Yang ke dua puluh tujuh. Hadiahnya adalah sepi dan tercampakkan.

Setahun yang lalu begitu manis. Dia ingat pertama kali saat ia bangun di pagi hari. Wajah Jasmine yang cantik dan tersenyum lebar adalah pandangan pertama yang ia lihat. Lalu Jasmine membisikkan sesuatu.

“Selamat ulang tahun, ayah.” dan menyusul puluhan ciuman manis yang memabukkan Vano detik itu juga. Kemudian siangnya menyusul Hana yang bertepuk tangan riang melihat balon-balon dan kue yang sudah disiapkan Jasmine sendiri. Mereka merayakan ulang tahun Vano bertiga. Hanya di rumah kontrakan mereka yang kecil, dengan hidangan ala kadarnya, namun syarat akan kebahagiaan. Lalu malamnya, Jasmine menarik Vano untuk bercinta lebih dari dua kali. Bersamaan dengan Jasmine mengalungkan dasi baru yang sekarang menjadi dasi favorit Vano, karena saat itu hubungan keduanya tengah membara dan penuh cinta.

Vano mengingat semua itu dan masih sangat membekas dihatinya. Betapa setahun itu mampu merubah keadaan begitu cepat. Dan betapa setahun itu dapat terjadi apapun. Termasuk kembalinya Ian yang mulai masuk diantara hubungannya dengan Jasmine.
Jika suatu saat Jasmine benar-benar akan meninggalkannya, Vano berjanji tak akan pernah menghapus ingatan indah itu selamanya. Bahkan juga cintanya kepada Jasmine.

***

Hari ini dilewati Vano dengan ogah-ogahan. Pekerjaan yang menumpuk pun juga membuat Vano semakin stress. Lelaki itu melonggarkan dasinya asal dan segera bernafas lega. Meminum air putih sembari mengecek ponselnya yang sejak tadi tidak ia hiraukan. Berpuluh-puluh pesan selamat ulang tahun masuk diponselnya. Dari orang tuanya, kak Sinta, teman-teman, tapi tak satupun dari Jasmine-istrinya.

Sebastian Oktario : Happy birthday, pal. Doa yang terbait buat elo

Vano tersenyum kecut membaca pesan Ian. Doa yang terbaik? Boleh tidak kalau Vano meminta doa supaya Ian menjauh dari keluarganya? Tapi hati Vano yang terbiasa mengalah itu menolaknya keras. Hanya karena Jasmine mencintai Ian, dia tak boleh harus menjadi jahat. Untung apa dia? Dan Vano lebih memilih mengenang persahabatan antara dirinya dengan Ian semenjak zaman sekolah. Mereka tertawa dan sedih bersama.

ETERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang