18

5.1K 357 6
                                    

21 + Allert


"Ooh sayang sayang, cantiknya bunda. Jangan nangis dong. Sedihnya..."

Hana merengek-rengek kecil dengan suaranya yang merdu seperti kata suster di rumah sakit, bergerak gelisah di gendongan ibunya. Pagi menjelang siang ini, Hana sudah cantik dan berbau minyak telon. Tapi entah kenapa moodnya sedang turun. Sehingga membuat Jasmine kepayahan. Padahal sudah kenyang dan wangi.

Dinyalakannya televisi dengan chanel kartun untuk anak-anak. Walaupun seusia Hana masih belum mengerti menonton tv, setidaknya bisa membuat Hana tertarik melihat layar warna-warni dengan musik yang ceria. Tapi tetap saja Hana masih menangis.

Jasmine sedang mengusap-usap kepala anaknya ketika Vano keluar dari kamar sempoyongan. Memakai kaus putih dan boxer, rambut acak-acakan, jejak bantal di pipi, kesiangan, dan tersenyum begitu lebar dengan mata menyipit masih ngantuk. Dia menghampiri Jasmine yang terduduk di sofa, dan wanita itu mengulum senyum malu karena Vano terlihat tampan walaupun berantakan. Bagaimana tidak, subuh tadi mereka sudah melakukan olahraga ranjang beronde-ronde seperti pengantin baru. Makanya Jasmine bangun kesiangan dan Hana sempat marah-marah karena tidak ada yang memperhatikannya. Sedangkan Jasmine membiarkan Vano yang kelewat nyenyak tidur sampai siang karena ini hari Sabtu.

"Pagi." Vano duduk di samping Jasmine dan tanpa minta izin, mencium lama dan penuh cinta di pelipis Jasmine membuat wanita itu terpekur dengan jantung kebat-kebit. Jasmine memejamkan mata menikmati sentuhan kasih sayang Vano. Suaminya itu tersenyum lebar duduk sangat dekat dengannya. Rasanya, Jasmine menyesal. Kenapa dia tidak melakukan ini dari dulu?

"Hana kenapa?"

Jasmine menepuk-nepuk pantat Hana sejenak dan menyorongkan tubuh mungil itu kepada Vano. Lelaki itu otomatis menerimanya dengan sigap.

"Ngantuk lagi kayanya. Ayah gendong dulu ya. Bunda mau bikinin kopi buat ayah." kata Jasmine yang membuat Vano di mabuk kepayang setelah dipanggil ayah. Rasanya sejuk di hati mendengar kini Vano telah resmi bergelar ayah dengan gendongannya adalah bayi cantik bersuara indah meskipun dipakai untuk jejeritan minta susu. Lalu tak ketinggalan, seorang istri yang ia cintai dari dulu. Jasmine-nya.

Vano menimang Hana, dan beberapa menit kemudian si kecil itu mulai tertidur. Sampai membuat Jasmine cemberut total datang membawa segelas kopi untuk suaminya.

"Emang anak bapaknya. Dari tadi aku gendong nggak mau merem. Kena ketek ayah langsung pules." ambek Jasmine disambut kekeh Vano.

"Ketek ayah kan wangi, bun. Makanya bunda klo nggak bisa tidur, sini ndusel di ketek ayah aja ya." goda Vano dan dibalas dengan cubitan Jasmine. Jelas saja wanita itu merona, apalagi teringat bagaimana mereka berdua berperang di ranjang. Yang akhirnya semua rahasia tubuh mereka diketahui satu sama lain. Aih, Jasmine jadi panas dingin.

"Apaan sih ayah ih, bauk. Belum mandi juga. Sana mandi dulu!" sentak Jasmine dan membawa Hana yang tidur untuk di baringkan ke dalam boks. Meninggalkan Vano dengan kopinya yang masih ketawa jenaka.

"Weekend, bun. Nanti ajalah."

Jasmine kembali untuk duduk di samping Vano dan mulai menghabiskan sereal madunya. Saat Vano mendekatkan wajah ke Jasmine, wanita itu mengerti dan menyuapkan satu sendok sereal ke bibir Vano yang kelaparan.

"Mandi dulu, baru aku bikinin makan."

"Hm. Masak apa?"

"Mau goreng lele terus dipenyet dikasih lalapan. Suka kan?" Jasmine menyuapi Vano lagi dan mengernyit saat Vano nampak mendengus.

"Nggak ada yang lain?"

"Ayah emang mau apa?"

Pertanyaan Jasmine tidak dijawab, saat tangan kekar Vano yang bebas bertengger cepat di pinggang ramping Jasmine seolah tak seperti wanita yang habis melahirkan. Jasmine terkejut dan tak jadi melahap sereal. Tubuhnya meleleh ketika sorot mata tajam penuh maksud suaminya itu menusuk bola matanya hingga menembus jantungnya.

ETERNAL LOVEWhere stories live. Discover now