21

5.9K 399 11
                                    

Suara ketukan halus nan ragu-ragu terdengar dari pintu utama. Jasmine mengusap kepalanya yang sedikit pening karena siapapun tamu itu, benar-benar menganggu Jasmine. Untung saja anaknya tidak terbangun. Bisa rewel nanti.

Sebelum beranjak menerima gerangan si tamu, Jasmine membenarkan posisi bantal untuk membuat barikade supaya anaknya tidak berguling jatuh ke bawah ranjang. Siapa yang bertamu di siang bolong begini?

Karena efek pusing dan ngantuk, Jasmine segera membuka pintu tanpa mengintip terlebih dahulu. Dan mendapati dirinya sendiri membeku. Saraf kerja otaknya lama-lama menegang dan darah berpacu deras di dalam tubuhnya. Kantuk Jasmine sirna, memunculkan sengatan petir hebat melanda jantungnya, mengetahui siapa yang kini berdiri tepat di kedua matanya. Persis di depan pintu rumahnya dimana hawa kebahagiaan mulai pudar.

"Jasmine..."

Bastian, Ian. kembali dengan wajah penuh dosa.

***

Seumur hidupnya, Jasmine tak pernah membayangkan sesuatu yang hilang dari genggamannya akan kembali lagi padanya. Menyesal sudah pasti dan itu manusiawi, tapi Jasmine selalu berusaha ikhlas. Bagaimanapun kondisinya. Lalu jika Jasmine menemukan pengganti dari suatu yang hilang itu, betapa bersyukurnya Jasmine masih diberkahi oleh Yang Maha Kuasa.

Sama kasusnya akan sosok Ian. Dia pernah mencintai lelaki itu, menganggung-agungkan Ian sampai ke luar batas akalnya. Tapi ketika pangeran dongengnya kabur setelah memberi janin tak berdosa pada Jasmine, dia jatuh. Jasmine hancur. Baiknya, Tuhan menyiapkan Vano untuk menjadi guardian angelnya. Jasmine dicintai Vano, dan Jasmine seribu kali lipat berterima kasih pada Vano. Membalas cinta suaminya dengan cinta yang sama besar.

Tapi Jasmine sama sekali tidak mengharapkan masa lalunya kembali. Mengetuk pintu rumahnya sengaja.

"Jasmine..." ucap Ian bernada rindu dan miris menatap gadisnya dulu kini semakin terlihat sangat baik, terakhir kali yang dilihat Ian sebelum pergi. Sedetik kemudian, Ian terkejut saat pintu tua itu hendak terbanting. Dengan cepat, Ian menahannya. Mencari celah diantara Jasmine yang mulai beringas. Ian tahu dia bersalah, dan Jasmine murka melihat wajahnya.

"Jas...please..."

"PERGI!!! PERGI KAMU!!" bentak Jasmine membabi buta mendorong pintunya. Tapi tenaga Ian jauh lebih kuat, hingga terjadi saling mendorong pintu.

"Dengerin aku dulu. Tolong, Jas! Aku perlu bicara sebentar..."

"PERGI!!! AKU NGGAK MAU LIAT KAMU! KAMU BAJINGAN!! PERGI!!"

Jasmine berteriak sambil menangis. Ian yang lengah karena mendengar isakan kekasihnya itu, dimanfaatkan Jasmine untuk menutup cepat pintu dan menguncinya. Ian terus mengetuk pintu sembari melolong berucap maaf.Tubuh Jasmine bergetar hebat. Dia berlari ke kamar dan merosot di pinggir ranjang. Dimana Hana sudah menelungkup dan terbangun ikut menangis gara-gara suara berisik yang mengagetkan tidur siangnya.

Jasmine menangis hebat. Efek Ian sangatlah besar mempengaruhi psikologinya sekarang. Dia masih mendengar Ian memohon untuk dibukakan pintu rumah dan pintu maaf. Dengan masih menangis, dia meraih Hana. Dipeluknya anak tersayangnya tersebut untuk ditenangkan. Tapi gagal. Karena dia sendiri tak bisa menenangkan dirinya sendiri. Jasmine merasakan lukanya yang sudah ditutup kembali menganga menatap wajah tampan Ian yang sudah lama tak muncul dalam benaknya.

Karena Ian begitu besar melubangi hatinya sampai terluka parah. Dahsyatnya pengaruh Ian di masa depannya kini. Sebab, Ian pernah meminta Jasmine untuk membunuh janinnya, dimana janin itu sekarang merengek sedih tepat di pelukannya.

***

"Selamat ya, pak Rivano."

"Makasih banyak, pak." Vano membalas jabat tangan Pak Irfan rekan sesama dosennya. Tak hanya pak Irfan saja, semua dosen jurusan arsitektur kini menyelamati Vano karena lelaki itu terpilih menjadi ketua jurusan. Vano berjanji akan menjadi Kajur yang bijaksana dan telaten menggantikan Kajur sebelumnya.

ETERNAL LOVEWhere stories live. Discover now