31

9.1K 452 54
                                    

Vano kembali berlebihan. Super berlebihan. Jasmine menggendong Hana sebentar, Vano sudah meraihnya dan memerintah Jasmine untuk duduk saja. Atau kalau Jasmine sedang menyapu, segera diambil oleh Vano dan disembunyikan supaya Jasmine tidak bisa menyapu lagi.

“Ayah! Rumahnya kotor! Ayah lebay banget deh.” ujar Jasmine uring-uringan. Tapi Vano tetap cuek saja. Kupingnya terasa disumpal oleh kapas.

“Istirahat! Kata dokter, kandunganmu yang ini agak lemah.” Vano menarik lengan Jasmine untuk dibawa ke sofa atau tempat tidur. Dia ini cuman khawatir kondisi Jasmine dan jabang bayi diperut. Baru trimester pertama, Jasmine sering mual dan mudah lemas. Tidak seperti saat mengandung Hana dulu. Padahal kalau dipikir lagi, situasi ketika hamil Hana adalah yang paling mengerikan dan dapat terancam abortus. Mungkin karena Jasmine sudah bahagia, makanya dikasih Tuhan begini. Supaya dia bisa manja-manja dengan suami. Makanya Vano agak ketakutan. Dia menjadi super berlebihan.

“Ya udah kalau gitu kamu aja yang nyapu! Kalau nggak bersih, ayah tidur disofa aja ntar malem.” sentak Jasmine jengkel setengah mati karena dilarang berbuat sesuatu. Vano menggaruk kepalanya kecut. Ya sudahlah, demi istri dan anak dia yang harus bekerja. Vano mengambil gagang sapu dan mulai menyapu.

“Cucu...cucu...” pekik Hana meminta susu. Jasmine sudah mau menggendong Hana yang merentangkan tangan. Tapi ternyata Vano lebih gesit. Sapu tadi ia jatuhkan dan dia yang menerima gendongan Hana. Jasmine tersingkirkan dengan terkejut.

“Dibuatin sama ayah aja ya susunya? Bunda lagi istirahat,sayang.” ujar Vano tersenyum lega dan masuk ke kamar bersama Hana. Jasmine hanya menggeleng-geleng kepala. Tak ayal dia tersenyum juga. Kesal sih, namun sebersit rasa hangat menjalar di sanubarinya. Dulu pertama kali di awal menikah, Vano membantunya dengan sikap sopan santun. Sekarang? Amat lebay. Lucu dan menggemaskan. Ternyata Vano yang gentleman bisa seperti itu.

Jasmine terkekeh sendiri dan mengelus perutnya yang belum buncit. Memberitahu kepada kacang kecilnya lewat hati. Betapa beruntungnya bahwa si kecil ini tumbuh dengan tidak kurang suatu apapun. Dia agak menyesali bahwa Hana pernah hidup di dalam kandungan dengan keadaan Jasmine yang mengenaskan. Jasmine berjanji, akan sangat menyayangi kedua anaknya ini kelak. Tak akan membeda-bedakan meskipun Hana bukan anak kandung Vano. Toh Vano sendiri menyayangi Hana melebihi dia mencintai diri Vano sendiri.

Jasmine tersenyum haru penuh kebahagiaan.

***

Fortuner itu sudah berhenti sejak lima belas menit lalu. Tapi sang empunya belum menandakan bahwa dia akan keluar. Ian masih terpekur memandangi rumah kecil bercat putih kusam di depannya. Sekitar seminggu lebih ini Ian tidak memunculkan batang hidungnya dihadapan keluarga Vano. Dia agak terluka dan mengurung diri setelah dihantam ucapan Jasmine yang benar-benar membuatnya egonya luluh lantak.

Kenyataan yang menyedihkan bahwa selama dua tahun dia menghilang, Vano berhasil memenangkan hati Jasmine. Jelas saja Vano sahabatnya yang otaknya brilian itu mampu merengkuh Jasmine, karena wanita itu sedang terpuruk akan ulahnya. Kalau Ian jadi Vano, pasti dia juga akan bisa.

Ian menghembuskan nafas berat, lantas bersiap untuk keluar saat matanya menangkap bayangan Jasmine dan dia tak jadi keluar mobil. Wanita itu baru saja keluar dari rumah dengan dandanan yang segar. Memakai lipstik merah jambu, dan rambutnya halus terkena angin sepoi-sepoi. Ian terpana. Kekasihnya dimasa lampau hari ini begitu cantik sekali dengan kedewasaan dan cukup bersinar. Seperti ada yang berbeda.

Tak sadar, Ian tersenyum. Dia bermaksud menghampiri Jasmine tetapi langkahnya terhenti ketika Vano menyusul Jasmine di belakang dengan Hana digendongannya. Vano juga tak kalah tampan dengan polo shirt putih santai dan celana jeans. Membawa boneka hidup paling lucu yang pernah Ian lihat. Jasmine menggeretakkan gigi gemas menggoda anaknya karena Hana benar-benar menggemaskan sekali sampai gadis kecil itu terkikik.

ETERNAL LOVEWhere stories live. Discover now