BAB 3 - Changed

521K 36.1K 8.2K
                                    

Update lagi hehe..

Happy reading guys 😘😍 hope you like this chapter 😉

🍬🍬🍬

Caramel berjalan melewati koridor kelas dengan santai. Rambut panjangnya di kuncir kuda dengan rapi. Dia membalas sapaan orang-orang dengan senyumnya.

Di kelas suasana sudah ramai seperti biasa. Hari ini hari senin, setelah upacara adalah pelajaran matematika jadi semua sibuk menyalin PR minggu kemarin.

Baru saja dia akan duduk di tempatnya. "Ehh gue lupa." Kemarin dia sendiri yang mengatakan akan pindah tempat duduk.

Caramel berjalan ke meja paling belakang tempat anak-anak cowok berkumpul. "Deni.. gue duduk sama lo yaa," pintanya.

Deni yang sibuk menulis langsung menghentikan aktifitasnya. "Hah kenapa Ra?"

"Ck gue duduk di sini, biar si Kevin pindah ke depan," jawab Caramel.

"Ra lo kan tau ini tempatnya cowok, jangan deh. Gue nggak jamin bisa jagain lo dari anak-anak," tolaknya.

Caramel cemberut kesal. Kalau dengan Deni dia sudah pasti aman duduk di belakang. Deni memang tipikal anak nakal, dia satu tongkrongan dengan Arkan dan anak-anak yang suka tauran lainnya tapi Deni sudah lama akrab dengan Caramel.

"Den.. lo kan tau," bujuk Caramel.

Deni menghela nafas sembari menatap pintu kelas, ini pasti berhubungan dengan masalah kemarin. "Yaudah."

"Yess gitu dong." Caramel langsung meletakan tasnya di kursi samping Deni. Dia bertopang dagu menonton wajah-wajah serius di hadapannya.

"Gue nyalin aja masih bingung," gumam Bimo.

"Alah lo nyontek aja gaya-gayaan pake bingung! udah tulis aja!" omel Rahmat yang menulis dengan kecepatam turbo. Tulisannya bahkan terlihat seperti gambar rumput. Hanya zigzag.

Bel berbunyi nyaring menandakan upacara akan dimulai. Mereka mendesah lega karena tugas telah selesai tepat waktu. Guru matematika itu killer, mereka tidak ingin keliling lapangan hanya karena lima soal menyebalkan itu.

"Ehh si Kevin berubah cantik," gumam Rahmat saat mendongak.

Caramel tertawa dan memukul kepala temannya itu. "Kevin berubah gender?"

"Iya nama lo siapa Kevina? Apa Kevisa?" tanya Rahmat.

Deni menggelepak kepala sahabatnya itu. "Udah sono lo keluar! ganggu orang aja!"

Di ambang pintu Bella dan Dera datang bersama. Kening Bella berkerut dalam. "Der, si Kara pindah ke belakang?"

Dera menatap Caramel yang sibuk tertawa dengan anak-anak cowok barisan belakang. Bahunya terangkat dengan wajah sedih.

"Lo sama Kara ada apaan sih?" tanya Bella lagi. Dia curiga karena kemarin saat main ke rumah Dera dia tidak sengaja melihat Dera menangis di depan rumah dan ada Bayu di sana.

Tidak ada jawaban dari Dera. Cewek itu justru berjalan duluan ke mejanya dan meletakan tas. "Ayo Bell ke lapangan sebelum Pak Sarip keliling," ajaknya.

"Loh si Kara nggak diajak?" tanya Bella yang tangannya sudah ditarik Dera.

"Entar dia nyusul," jawabnya singkat.

Caramel melihat itu. Saat ini yang paling bingung pasti Bella tapi lebih baik begitu. Toh dia tidak berniat merusak persahabatan orang lain. Cukup persahabatannya dengan Dera saja yang rusak.

Dengan santai Caramel keluar dari kelas dan berjalan ke lapangan yang sudah ramai dengan anak-anak berpakaian kemeja putih dan celana abu-abu.

Upacara berlangsung lama, ditemani matahari yang bersinar gagah di langit. Hangat suhunya membuat peluh bercucuran. Wajah Caramel bahkan sudah memerah meski sebagian sudah tertutupi oleh topi yang dia pakai.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now