BAB 33 - New Idol

399K 25.7K 2.4K
                                    

Malam semua 😍😘

Aku kembali untuk update. Hehe jadwal sesuai dengan biasanya yaa malem minggu.

Follow ig @indahmuladiatin dan untuk pemesanan novel NADW bisa langsung ke ig atau line ku.

Untuk yang mau masuk grup line TBWAFS juga bisa tinggal add oa linenya. Kita bisa saling share pengalaman di sana. Mau share tentang nulis juga boleh.

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘😘

🍬🍬🍬

Makan malam hari ini terasa ramai karena semua berkumpul. Caramel makan dengan lahap. Meski ada banyak pikiran di kepalanya, tapi dia masih berusaha kelihatan santai. Tentu agar ayah dan Raka tidak curiga. Mengingat tingkat kepekaan dua orang ini kadang menyeramkan.

"Sekarang dia ini seleb, bahkan pulangpun masih dikerumuni wartawan," kata Lyza.

Bunda tersenyum dan mengacak rambut Bara yang duduk di sampingnya. Harusnya itu tempat Caramel, tapi cewek itu mengalah dan memilih duduk di seberang bunda. Disampingnya ada daddy yang ikut tertawa mendengar ucapan Lyza.

"Harus sabar Ra," kekeh Chika.

Caramel mengangkat bahunya. "Sebelum ini juga penggemarnya dia banyak. Udah biasa Kak."

"Yah mau bagaimana lagi, ketampananku memang menurun padanya," kata daddy bangga.

Lyza menatap ngeri daddy. "Daddy please. Itu mengerikan."

Jangan tanya ekspresi ayah saat mendengar ucapan daddy tadi. Ayah seperti langsung ingin memuntahkan makanannya. Caramel sampai tertawa karena sebenarnya ayah dan daddy kalau sedang berkumpul itu seperti anak kecil. Ada sisi manusiawi saat ayah tidak seperfect biasanya.

Setelah makan malam, Caramel memilih untuk memisahkan diri. Dia duduk di balkon sambil menatap langit. Sepertinya malam ini agak mendung. Bintang ditutupi kabut hitam. Cahaya bulan juga kelihatan remang-remang.

Caramel menghembuskan nafas panjang. Udaranya lumayan sejuk. Pendingin alam lebih nikmat daripada pendingin ruangan.

"Kenapa di sini?" tanya Arkan.

Caramel menoleh, dia tersenyum melihat abangnya yang duduk di sampingnya sekarang. "Gimana Kak Gita?"

"Kaya biasa, nggak mau keluar," jawab Arkan santai.

"Bang," panggil Caramel.

Arkan menoleh dengan alis terangkat. "Apa?"

Caramel menggelengkan kepala sambil meringis. "Manggil doang, kangen."

"Geli," jawab Arkan dengan senyum tertahan.

Mereka sama-sama menatap langit malam. Di bawah, yang lain sedang sibuk di taman belakang. Bi Peni sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan. Mumpum sedang berkumpul katanya. Nanti juga tante Rain dan om Fatar akan datang dengan anak-anaknya.

"Gue udah denger dari Rafan," kata Arkan.

Caramel diam, ini juga yang masih mengusiknya. "Kita deket sama orang yang udah bunuh Tante Kinan. Menurut Abang, Tante Kinan bakal marah nggak sama kita?"

"Tanya aja langsung ke Tante Kinan," kata Arkan asal.

Caramel melotot kesal dan langsung merangkul tangan Arkan. "Bang! ihh ngomong sembarangan!"

"Ini apaan nempel-nempel?" tanya Arkan sambil mendorong Caramel menjauh.

Caramel menggelengkan kepalanya. Dia makin mengeratkan rangkulannya di tangan Arkan. Salah sendiri abangnya tadi bilang begitu. "Gue takut."

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now