BAB 37 - No One Understands

362K 23.6K 3K
                                    

Halohaaa??? Minggu ini update berapa kali yak wkwk kemarin aku libur jadi nulis dua part, mudah-mudahan part selanjutnya bisa di update besok.

Udah Bab 37 yaa? hemmm, oke berarti mendekati part-part perpisahan sama Kenneth & Caramel 😄

Follow ig : @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter😘😘😘

🍬🍬🍬

Gita berhasil sampai di tempatnya dengan susah payah. Tidak ada yang membuka suara. Bahkan Caramel juga memilih diam karena tadi Bara menyuruhnya. Biar nanti dia tanya pada Bara apa alasan dari sikap Gita tadi.

"Gue obatin luka dulu," kata Gita sambil bergegas masuk ke kamarnya.

Semua menunggu di ruang tamu. Di tempat ini cuma ada Defan dan Bara. Caramel pikir semua juga sedang berkumpul tapi ternyata ucapan Bara kemarin jujur. Yah setidaknya bukan cuma Bara yang ada di sini.

"Kenapa sih Kak Gita nggak mau dibantu?" tanya Caramel penasaran.

Bara kelihatan ragu untuk menceritaman semuanya. "Lo harus tenang."

"Ck iya-iya," jawab Caramel.

"Gita sakit HIV," jawab Bara pelan. Sepertinya Caramel memang harus tahu, agar sikapnya tidak keterlaluan lagi pada Gita.

Hening sebentar, sebelum Caramel sadar ucapan Bara. "Apa?!!!" tanyanya heboh.

Oke harusnya Bara tidak percaya kalau Caramel bisa tenang. Cewek itu selalu heboh, apapun situasinya. Bara langsung menarik tangan Caramel agar duduk di sampingnya. "Tenang Ra, duduk."

Caramel melepaskan tangannya, dia masih kaget dengan ucapan Bara tadi. Mana bisa tenang. Gila. HIV adalah penyakit yang sering dibahas pada saat penyuluhan tentang bahayanya narkoba. Dia sedikit tahu tentang penyakit menyeramkan itu. Dia juga tahu bahwa penyakit itu tidak bisa disembuhkan. "Bara, itu penyakit menular kan?"

Bara menganggukan kepalanya. "Tapi nggak sembarangan nular."

Dia tidak peduli. Intinya itu penyakit bahaya dan menular. "Jauhin Kak Gita!" jawab Caramel.

"Apa?" tanya Bara.

"Jauhin Kak Gita!" ulang Caramel lagi.

Bukan hanya Bara yang kaget, Defan juga kelihatan kaget mendengar ucapan Caramel tadi. Defan tahu itu tidak mungkin untuk Bara. Apalagi Gita adalah teman yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri. Apa mungkin, Bara mau untuk disuruh meninggalkan saudaranya.

Bara menggelengkan kepala dengan wajah kaget. "Gila," gumamnya. Dia berdiri dari tempat duduknya. "Mending lo pulang sekarang, tenangin diri, pikirin semua yang lo bilang tadi."

"Lo yang harusnya mikir!" jawab Caramel dengan wajah kesal.

Gita keluar dari kamarnya. Dia menatap ketegangan di ruang tamu rumah kecilnya ini. "Ada apa?"

Bara langsung menarik Caramel keluar dari rumah Gita. Dia membawa cewek itu ke tempatnya. Mereka duduk di depan televisi. "La gue tau lo lagi marah sekarang-"

"Bukan masalah marah Bara! ini masalah penyakit Kak Gita," kata Caramel.

"Terus kenapa kalau Gita sakit?" tanya Bara dengan emosi tertahan.

Caramel menghela nafas panjang. "Bara, Kak Gita bukan sakit biasa," ucapnya sedikit melunak agar cowok ini mau mendengarkannya. Toh yang dia ucapkan juga untuk Bara sendiri.

"Gue tau, terus kenapa? La lo mau gue jadi orang sepicik itu?" tanya Bara dengan sorot mata tajam.

Caramel menggelengkan kepala. "Bukan picik, tapi realistis. Beda! gue rasa Kak Gita bakal ngerti kalau lo ngejauhin dia sekarang."

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now