BAB 24 - Fake Smile

410K 27.3K 3K
                                    

Halohaaa update lagi.

Wattpad error dan notif nggak muncul. Yaaa kesel sih wkwk padahal udah up tapi ga nongol-nongol.

Jangan lupa follow ig : @indahmuladiatin

Langsung yaa happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘😘

🍬🍬🍬

Caramel menjemur sepatu yang baru saja dia cuci. Ini hari minggu, hari mencuci se anak sekolah. Untung matahari bersinar cerah. Kalau mendung, akan makin suram wajahnya sekarang.

Sekarang sekolah bukan tempat yang menyenangkan untuk didatangi. Lebih-lebih ada Bara yang selalu muncul. Cowok itu yang katanya sekarang sudah punya pacar dari sekolah lain. Sebenarnya Caramel juga pernah melihat cewek itu waktu pulang sekolah. Cantik, sangat pas saat berdiri di samping Bara.

Caramel menghela nafas panjang, dia menendang ember. Otaknya tidak beres kalau masih memikirkan Bara. Cowok itu sudah senang dengan mainan barunya.

"Nendangin ember enggak akan bikin kesel kamu hilang sayang," kekeh bunda sambil merapikan tanaman di dekatnya.

"Biarin aja, daripada nendangin kepala orang?" tanya Caramel cemberut. Dia menghentakan kakinya dan memilih untuk bermain dengan ayam-ayam kesayangannya. Ayam yang tidak jadi dipotong padahal sudah disiapkan nisan.

"Ada aja jawabanmu, kamu itu kesal sama siapa?" tanya bunda.

"Sama kepala Kara Nda," jawab Caramel sambil melepaskan satu persatu ayamnya dari kandang. "Kenapa sih harus mikirin si gorila?"

Bunda mengerutkan keningnya. "Hah gorila?"

"Iyaa Kara mimpi dulu punya gorila, tapi gorilanya ninggalin Kara katanya dia bosen main sama Kara. Kan kurang ajar?" tanya Caramel sambil mengepalkan tangannya.

Bunda tersenyum dan meletakan guntingnya. "Siapa yang bikin anak Bunda kesel?"

Caramel menundukan kepalanya. "Kan Kara bilang itu gorila di mimpi."

"Emangnya kamu kira Bunda anak kecil yang bisa dibohongi begitu?" tanya bunda dengan mata melotot yang lucu.

Caramel meringis kecil dan tertawa. Dia memeluk bunda. "Ndaa, Kara sama Bara udah putus."

"Bunda tau," jawab bunda sambil mengusap kepala Caramel.

Caramel tersenyum. Kepalanya mendongak ke atas, menikmati indahnya awan kebiruan di atasnya. Menantang panasnya matahari dengan sorot matanya. Silau tapi dia ingin tetap menatapnya. "Bara mau Kara benci sama dia."

"Anak itu punya beban yang berat sejak kecil, Bunda tidak heran kalau sifatnya sekarang begitu," jawab bunda.

"Bunda jangan benci dia, meskipun nanti Kara bakal nangis karena dia," kata Caramel dengan senyum sedih. Akan banyak hal yang Bara akan lakukan untuk membuatnya menangis. Dia yakin itu, kalau dia tetap mau bertahan dengan cowok itu. "Kara nggak mau buat Bunda benci sama apa yang Bunda sayang," lanjut Caramel lagi.

Bunda tersenyum dan memeluk Caramel erat. Anaknya ini memang yang paling ceroboh, kekanak-kanakan dan cengeng. Tapi, jika sudah menghadapi sesuatu Caramel bisa sangat dewasa.

"Maaf Nyonya, di depan ada Tuan Gavyn," kata Meri.

Bunda dan Caramel saling menatap dengan pandangan lucu. "Oke ada sang ayah dari pokok bahasan kita," kekeh bunda.

Caramel terkikik geli dan mengangguk. "Kara mau masukin ayam-ayam dulu takut ntar tiba-tiba udah di piringnya Bang Arkan pas makan malem."

"Haha oke, Bunda ke depan," kata bunda sebelum berjalan ke depan dengan Meri.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now