BAB 16 - Kenneth Aldebaran

455K 28.9K 5.1K
                                    

Halo.. semangat pagi semuaaaaa...

Update lagi! 😂😂 Alhamdulillah bisa update cepet..

Nah ada sedikit tebak-tebakan dari ig @naulimedia nih tentang novel NADW.. hayo ditebak.. di follow yaa untuk tau perkembangan NADW

Jangan lupa follow aku juga @indahmuladiatin karena ada update baru tentang NADW😘

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘😍

🍬🍬🍬

Sudah beberapa minggu Lyza ikut tinggal di rumah ini dan Caramel semakin kesal. Puncaknya adalah tiga hari yang lalu saat tetangga sebelah ada yang meninggal dunia. Dia penakut. Sangat. Biasanya dia akan tidur di kamar ayah dan bunda atau minta ditemani bunda tapi hari itu bunda malah tidur dengan Lyza. Akhirnya dia tidur di kamar Arkan karena terlalu takut tidur sendirian.

Pagi ini wajah Caramel benar-benar terlihat kesal, dia sarapan sembari mengetuk sendoknya pada piring hingga menimbulkan suara gaduh.

"Kara jangan begitu dong kalau makan!" omel bunda.

Caramel melirik kesal, dia hanya mencibir dan tidak menjawab apapun. Bunda kembali bicara dengan Lyza tapi dia tidak peduli. Dia malas mendengar semua obrolan bunda dan Lyza.

Caramel meletakan sendoknya. "Kara berangkat."

"Berangkat dengan Abang saja," ucap Raka.

"Enggak usah, Bang Rafan nebeng yaa?" pinta Caramel. Penolakan itu membuat kening Raka berkerut, tumben sekali adik kesayangannya ini bersikap begitu.

Rafan mengangguk dia ikut menyudahi sarapannya dan merangkul bahu adiknya ini. Dia sangat mengerti kenapa Caramel bersikap begitu.

Selama di sekolah Caramel hanya uring-uringan tidak jelas. Bella yang duduk di sampingnya saja sampai jengah melihat sikap sahabatnya hari ini.

Caramel bertopang dagu, matanya menatap papan tulis yang bersih dari tulisan. Ini jam istirahat jadi hanya ada segelintir orang yang ada di dalam kelas.

"Lo enggak laper Ra? ini gue udah beli gorengan," ucap Umbrella.

"Enggak gue males," jawab Caramel.

"Ck yaudah deh gue makan semuanya aja, eh tapi kalau liat Kak Bara lo males enggak?" tanya Bella dengan mengangkat alisnya.

Caramel menoleh. "Bara dimana?"

"Cih gitu aja cepet lo! noh di lapangan basket lagi main sama Abang lo," jawab Bella dengan wajah kesal.

Caramel tersenyum dia menarik lengan sahabatnya itu untuk ikut keluar kelas. Mereka menyaksikan permainan basket itu dari lantai tiga gedung. Senyum Caramel mengembang saat melihat Bara tertawa dengan Rafan dan Arkan. Ketiganya seolah menjadi pemandangan indah bagi para siswi sekolah ini.

"Gengster atau apapun itu, gue percaya Bara baik," gumam Caramel.

Bella juga setuju. "Kayanya berita-berita dia itu bohong semua? dari cerita lo aja gue jadi enggak yakin dia pengedar narkoba, ngapain juga dia susah payah kerja di bengkel kalau gaji dari ngedarin aja pasti gede."

Bara berlari ke pinggir lapangan, dia meminum minuman yang diberikan oleh temannya. Baju seragam itu sudah basah oleh keringat, tanpa ragu cowok itu melepas seragamnya hingga terlihatlah tubuh atletis yang tersembunyi itu.

Caramel melebarkan mulutnya, gila, pemandangan macam apa ini. Matanya mengerjap saat melihat tato sayap di punggung Bara. Benar-benar terlihat seperti angel.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang