BAB 17 - He's Mine

445K 29.8K 5.5K
                                    

Halohaaaa...

Update lagi. Seperti yang aku bilang kemarin.. aku dalam tahap skripsi 😂 dan sekarang sudah dapat judul.. Otomatis akan jarang update karena harus mengerjakan skripsi.. harap dipahami😊

Oh iya Caramel udah ada ig loh @caramelstarla di follow yaa..

Jangan lupa Follow ig @indahmuladiatin untuk info PO NADW.. PO akan mulai tanggal satu desember yeyyy ayo nabung 😄

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘

🍬🍬🍬

Bara kembali menguap, matanya benar-benar berat sekarang. Setelah dini hari pulang dari tempatnya bekerja. Sekarang sepagi ini dia sudah harus kembali bekerja di bengkel karena ini hari minggu. Hari dimana dia akan lebih sibuk daripada hari lainnya. Kantung mata terlihat jelas di wajah Bara.

Sebenarnya Defan kasihan pada sohibnya itu tapi Bara itu benar-benar susah untuk disuruh istirahat. Ibarat robot begitulah badan Bara. Bahkan robot juga berhenti bergerak agar baterainya tidak cepat habis.

"Udah biar gue yang ngecek," kata Wisnu.

Bara menghela nafas panjang. Dia menyandarkan tubuh tingginya pada dinding belakang. "Siapa yang kemaren ngasih tau Starla kalau gue kerja di bar?"

Semua diam dengan wajah bingung. Kecuali Defan yang memasang wajah bingung tidak alami. Bara menyipitkan matanya. Menunggu pengakuan dari sahabatnya itu.

"Aduh pinggang gue encok," kata Defan sambil meringis kecil. "Ron gantiin gue dulu yaa! gue mau urut."

Bara mendengus geli. Dia menahan kerah belakang pakaian Defan. Wajahnya tersenyum menantang. Dengan alis terangkat. "Mau kemana lo?"

Defan meringis kecil dan menunjuk kursi kayu panjang. "Mau duduk."

"Ngapain lo bilang ke Starla tempat kerjaan gue?" tanya Bara dengan alis terangkat.

Defan langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan Kara yang nanya! gue ngasih tau si Bella sumpah!"

Bara memutar bola matanya. Kadang dia memang harus sabar dengan Defan yang abstrak ini. "Starla sama Bella, apa bedanya? ngeles aja lo!" keluhnya dengan wajah kesal. Untung sahabat.

Bukannya minta maaf Defan justru terkekeh kecil. Dia merangkul bahu sahabatnya itu. "Dia dateng?"

Bara menjawab dengan pandangan matanya. Untung tidak ada yang macam-macam semalam. Kalau sampai Caramel membuat masalah di tempat itu sudah pasti Rafan yang akan mengamuk.

"Ohh hehe dia dateng pasti, keceplosan gue. Si Bella ngorek infonya pake iming-iming," jawab Defan.

Bara berdecak kesal dan mengambil satu kotak merah yang berisi peralatan bengkel. Dia tidak bisa istirahat karena kerjaan pasti akan sangat menumpuk besok pagi. Hari ini yang bertugas hanya empat orang karena Thomas sedang ada acara. Biasanya kalau hari minggu Rafan dan bang Satrio juga ikut membantu, ditambah Arkan yang kadang ikut kemari dengan Rafan.

Semakin siang pengunjung semakin bertambah. Mereka berempat kewalahan. Sedikit kesal karena ada beberapa mobil yang bahkan tidak ada masalah sama sekali tapi si pemilik tetap kekeh kalau ada masalah dengan kendaraannya.

Belum lagi Roni yang kalau bekerja sudah seperti putri jawa yang sangat ayu. Lelet banget. Pedomannya alon-alon asal kelakon. Kalau buru-buru takut ada kesalahan. Andaikan pengunjung hanya satu orang mungkin semua juga tidak masalah dengan pedoman itu.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang