BAB 38 - I Don't Wanna Go

402K 25.8K 6.1K
                                    

Halooo guys! Yass bisa update lagi.

Sesuai kataku kemarin, and.. hari ini aku update lagi. Ngejar banget sebelum penelitian. Baru pulang kampus langsung cuss liat wattpad 😂😂

Follow ig : @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘

🍬🍬🍬

Selama liburan sekolah, Bara kembali bekerja di bengkel. Dengan begitu waktunya tidak terbuang sia-sia. Gita juga lebih sering di bengkel daripada di rumahnya. Itu hasil dari paksaan Bara dan yang lainnya. Gita butuh suasana yang ramai. Hidup harus terus berjalan, sakit bukan berarti kehidupan berhenti.

Bara mengecek motor yang menjadi bagiannya. Matanya serius menatap mesin yang sedang dia kerjakan. Dia berusaha untuk fokus tapi susah. Sialan, kenapa nama Caramel terus yang ada di otaknya. Belum lagi waktu perbagian raport, cewek itu menyapanya tanpa beban. Ditambah gosip-gosip sekolah tentang Caramel dan Bayu yang kembali pacaran.

"Shit!" keluh Bara.

Defan tertawa geli mendengar makian Bara. Dia tahu sohibnya itu sedang tidak fokus bekerja. "Samperin lah kalo kangen. Gengsi amat."

Bara melirik kesal dan melempar lap pada muka Defan. Kalau saja Caramel tidak bicara begitu tentang Gita, sudah pasti dia menghampiri cewek itu tanpa disuruh. Tapi, kalau menghampiri Caramel itu berarti dia setuju untuk menjauhi Gita, maaf-maaf saja. Dia tidak bisa.

"Ken!! Muka ganteng gue ternodai!" teriak Defan.

"Defan bener, lo harusnya samperin Kara. Dia selalu ngalah buat lo, inget kan?" tanya Gita.

"Tapi dia keterlaluan," jawab Bara.

Gita mengalihkan pandangannya. "Dia bener, harusnya lo nggak usah deket-deket gue."

"Git, kita udah bahas berkali-kali," jawab Bara. "Udahlah, gue sama dia baik-baik aja. Biar dia tenang dulu."

"Serius amat! Pada ngomongin gue yaa?" tanya Arkan yang baru saja datang. Cowok itu membawa bunga mawar untuk Gita.

"Apaan tuh?" tanya Defan.

"Kulkas," jawab Arkan asal. "Mata lo rabun sampe ini nggak keliatan?" tanyanya dengan sengit. "Nih buat lo Git, tapi maaf bunganya nggak cantik. Lo sih ngambil kecantikannya."

Defan memperagakan gaya muntah. "Gue nggak begitu yaa kalo ngerayu, begitu sih gue juga merinding! Apalagi Gita?"

Gita tertawa mendengar ocehan teman-temannya itu. Dia menggelengkan kepala dan menerima bunga dari Arkan. "Thanks, tapi besok nggak usah bawa lagi."

Arkan memang sering kemari. Dia menemani Gita selama yang lain bekerja. Tidak tahu membicarakan apa sampai Gita bisa tertawa terbahak-bahak. Seperti sebelum semua hal rumit ini datang. Semua senang, karena mereka memang berharap Gita bisa kembali seperti biasa.

Siang ini pelanggan makin banyak, setelah ajang balapan itu, bengkel ini makin menjadi tempat favorit untuk memodifikasi mesin. Karena kewalahan bang Rio sampai menambah pekerjanya. Bara juga tidak bisa leluasa bekerja karena perempuan-perempuan yang sengaja mendekatinya.

Bara istirahat sebentar, dia duduk di kap mobil sambil meminum air yang baru saja diambil dari lemari es. Rasanya segar apalagi untuk siang yang terik ini. Dia menghela nafas lega dan bersandar pada kaca mobil jeep itu.

"Weh denger-denger gengnya si Remond ngajakin balapan lagi," kata Roni.

Bara berdecak kesal karena minggu kemarin dia sudah menolak. Dia sedang malas untuk ikut balapan-balapan itu. Apapun taruhannya. "Cuekin aja, gue males."

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now