BAB 30 - Good Moment

383K 26.2K 3.3K
                                    

Malem mingguan sama Kenneth & Caramel lagi😁😁😁

Terima kasih yang udah buat cover ini. Hehe jadi nanti yang udah kirim bakal aku pakai selama satu minggu bergantian yaa 😉😉😉

Jangan lupa follow ig : @indahmuladiatin

Happy reading guys! hope you like this chapter 😘😘😘

🍬🍬🍬

Selama Bara dirawat di rumah sakit, Caramel rutin datang setelah pulang sekolah. Biasanya kalau tidak dengan kedua abangnya, dia akan datang dengan Bella. Sohib yang setia meskipun sering jadi obat nyamuk pasif.  Karena beberapa tulang rusuk Bara patah, jadi cowok itu dirawat lebih dari satu minggu.

Pagi ini hari minggu, hari yang sangat cerah. Dengan polusi udara yang masih tebal seperti biasa. Ya, kapan Kota Jakarta bebas dari polusi. Dulu mungkin, kalau sekarang, jangan harap. Kalau ingin tempat yang bebas dari polusi, pindah saja ke pulau-pulau yang belum dijamah oleh manusia-manusia serakah.

Kaki Caramel melangkah ringan menelusuri koridor panjang rumah sakit. Dia bersenandung kecil sambil memasang wajah senang. Maklum, tadi pagi-pagi sekali dia sudah mendapatkan rezeki nomplok dari Raka, abangnya tersayang. Ditangannya ada kotak makanan lucu, titipan dari bunda untuk Bara. Kata bunda, kotak ini sudah dimantrai, kalau ada yang membuka selain Bara,  orang itu akan sakit perut.

Bunda pasti tahu kalau Caramel mau berniat curang. Iyaa curang, sebelum sampai ke tangan Bara pasti Caramel sudah membukanya duluan dan mengambil sebagian. Cuma ngerasain buat mastiin ini makanan aman, katanya.

Caramel membuka pintu ruang rawat Bara. Dia mengerutkan kening, melihat dua orang polisi ada di ruangan ini. Polisi itu tadinya sedang bicara dengan Bara, tapi sekarang berhenti karena dia membuka pintu.

"Kalau begitu kami permisi," kata salah satu pria dengan seragam cokelat gagahnya itu.

Bara menganggukan kepala dengan wajah santai, cowok itu bahkan sempat-sempatnya memeluk toples biskuit bikinan bunda. Tidak ada takut-takutnya. Padahal biasanya kalau sudah berurusan dengan polisi, nyali akan ciut.

"Mereka ngapain?" tanya Caramel penasaran.

Bara mengunyah biskuit cokelat itu. Remahannya berserakan di tempat tidurnya. "Nanya-nanya biasa."

"Nanya apa?" tanya Caramel lagi.

Bara menghela nafas kesal. Perasaan ada saja yang mengganggu waktu makannya. Tadi dia tidak bisa makan karena polisi itu terus bertanya. Sekarang Caramel yang terus bertanya. "Dia nanya gue udah makan belom, bisa tidur nggak, gimana kabar gue."

"Masa sih? perhatian amat," kata Caramel dengan kening berkerut.

Bara cuma memutar bola matanya. Kalau dijawab lagi, pasti tidak akan ada habisnya. Capek sendiri.

Caramel tertawa geli dan menyerahkan kotak itu ke Bara. "Dari Bunda, belom gue sentuh sama sekali."

Bara menatap Caramel dengan curiga. Biasanya cewek ini kan suka sekali mengambil makanannya. "Yakin?"

Caramel mengangkat dua jarinya. "Suer!!"

"Oke," jawab Bara sambil membuka kotak itu. Dia tersenyum melihat isinya. Ini makanan favoritnya. Bunda pasti tahu dari Lyza. Sekarang dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya memiliki ibu. "Kapan Bunda ke sini?"

"Nanti siang katanya," jawab Caramel. Dia merapikan nakas yang berantakan karena semalam, teman-teman di bengkel datang kemari. "Oh iya nanti gue mau kumpul sama temen-temen SD."

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now