part3

38.6K 2.3K 43
                                    

Seorang laki - laki tampan itu tampak sedang mengerjakan tugas kantornya yang semakin menumpuk, terpaksa Darren membawa pekerjaan ke rumahnya. Dengan menggunakan kaca mata Darren terus menekuri laptop yang ada di hadapannya dengan sangat serius. Ah, mengingat dia memang pekerja keras yang tangguh.

Sudah tampan pekerja keras siapa yang tidak akan tergila - gila melihat seorang Darren Archard, gahar di kancah bisnis dengan perawakan dingin yang membuat siapapun akan terkesiap dengan wajah penuh kewibaannya. Siapa pun akan ngeri, dan jangan coba - coba untuk membuat seorang Darren Archard marah!

Darren menaikan alisnya, yang melihat dokumen di sampingnya dia membuka dan membaca isi dokumen tersebut. Sialan! sekali pria tua itu mencoba bermain - main dengan seorang Archard! memang Darren tidak akan miskin jika pria tua itu tidak membayar, namun ini tidak bisa di biarkan bagaimana pun dia harus tetap propesional kerja. Dan kasus seperti ini tidak bisa di diamkan terlalu lama. Darren sangat geram butuh berapa lagi dia harus menunggu untuk Charlotte melunasi hutang piutang pada perusahaannya.

Sedangkan perusahaan sudah mengabulkan permintaan Charlotte untuk merenovasi penginapan dengan uang yang tidak sedikit, dimana otaknya jika harus menunggu lagi!

Darren mengambil handphone di atas nakas dan menghubungi seseorang.

"Siapkan semuanya, aku akan menemuinya sendiri!" ucap Darren dengan menggertakkan giginya, dia sudah cukup kesal dengan Charlotte. Charlotte sudah bermain dengannya, Darren melempar handphone ke arah sofa dengan sambungan telfon yang sudah di tutup oleh Darren.

"Daddy..." cicit Liam yang memegang bola sepak dengan lugunya dia memasuki ruangan Darren tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.

Darren menarik napasnya, jika saja bukan Liam yang ada di situ mungkin akan berakhir petaka bagi si pengganggu yang memasuki ruangan tanpa mengetuk.

"Ya Liam, ada apa?" kata Darren yang menghampiri Liam, mengangkat tubuh mungil milik Liam yang terlihat sangat enteng bagi Darren.

Liam sangat senang jika Daddynya menggendong dan memberikan senyuman padanya.

"Apa Daddy ingin bermain bola bersama ku?" tanya Liam yang memamerkan bola sepak pada Darren.

"Daddy sedang sibuk Liam, bagaimana jika bermain bersama Diana saja,"

"Diana wanita dan sudah tua, dia pasti tidak bisa bermain bola Daddy..." Liam memutar bola matanya malas pada Daddynya.

Darren terkekeh geli bagaimana bisa dia lupa jika Diana sudah tua dan tidak bisa bermain bola.

"Daddy lupa jika dia wanita dan tua," Darren tertawa.

Darren tertawa? huh?! hanya di depan Liam selebihnya dia akan kaku dan dingin...

"Ah, bagaimana jika main bersama Paul? Paul kan laki - laki dia pasti bisa bermain bola sepak?" Darren lagi.

Dan Paul adalah seorang laki - laki kepercayaan Darren dari dia masih kecil hingga sekarang pun Darren sangat mempercayai Paul sebagai tangan kanannya.

Paul sudah di anggap sebagai ayah ke duanya yang selalu ada dan selalu membantunya walaupun begitu Paul tetap gagah dengan umur yang tak lagi muda.

"Katanya dia akan pergi bersama Daddy..."

Liam sedikit mengerucutkan bibirnya sebelum Liam menghampiri Darren dia sudah berlari menemui Paul dan ternyata Paul tidak bisa bermain bersamanya karena dia akan pergi bersama Daddynya.

Sebenarnya bisa saja Liam bermain dengan seorang penjaga yang ada di sudut - sudut rumahnya namun dia tidak bisa menganggu seseorang yang sedang mengerjakan pekerjaannya.

I Meet You (SUDAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now