part28

27.5K 1.4K 16
                                    

Hari ini adalah hari ter sibuk bagi Ovilia, bagaimana tidak? sudah hampir lima jam berlalu dia masih ada di dalam Mall besar di kota metropolitan ini. Mila sangat bahagia sekali membawa Ovilia berbelanja, bahkan Ovilia kerap menolak pada Mila jika Mila membelikan dia sepatu dan baju, tas mahal lainnya, lagi - lagi Ovilia menggeleng tak percaya, bahwa calon mertuanya begitu pemaksa dan sangat begitu royal padanya. Ovilia tidak bisa menghitung berapa banyak dollar yang di keluarkan calon mertuanya ini untuk membelikan barang - barang mahal untuknya.

Mila seakan tidak ada lelahnya untuk memilih - milih gaun untuk Ovilia, sekiranya cocok dan pas di pakai Ovilia, Mila langsung membelinya dan parahnya lagi gaun-gaun itu sangat pas dan cocok untuk tubuh Ovilia sehingga wanita itu melongo tak percaya calon mertuanya mampu membeli semuanya.

Sekarang Ovilia bergidik ngeri, karena kekayaan yang di miliki keluarga Darren. Kekayaan yang mungkin tak akan habis walaupun sepuluh keturunan sekalipun.

Siapapun yang ada di posisi Ovilia pasti akan senang dan bahagia. Dia pun begitu, tak pernah terbayangkan olehnya jika dia akan memiliki calon mertua yang sangat baik hati. Seperti Mom Mila dan Dad Lucas. Walaupun awalnya Ovilia sangat khawatir jika Lucas tidak akan suka padanya. Namun, Lucas bahkan menerima Ovilia dengan senang hati.

"Apa kau lelah sayang?" tanya Mila dengan dahi yang mengkerut pada Ovilia yang baginya terlihat pucat.

Ovilia menggeleng keras dan tersenyum,"Tidak Mom, aku senang jika kau terlihat begitu antusias," balas Ovilia. Walaupun dia memang lelah, entahlah akhir - akhir ini dia sering sekali lelah dan pusing, tapi dia sangat tidak tega untuk berkata sebenarnya kepada calon mertuanya ini.

Mila sangatlah beruntung mempunyai calon menantu yang sangat baik dan perhatian, bahkan dia sama sekali tidak mengeluh pada Mila yang begitu sangat antusias sekali untuk membelikan barang - barang wanita untuk Ovilia.

"Benarkah sayang? Ah, maafkan Mom jika membelikan banyak sekali barang - barang untukmu, akhirnya Mom bisa merasakan mendandani anak perempuan seumuran mu. Mom ingin sekali mempunyai anak perempuan dulu. Namun, dokter mengatakan Mom mempunyai kista dan sudah menyebar ke rahim. Mau tidak mau rahim Mom harus di angkat saat itu Darren masih berumur 5 tahun..."

Ovilia memeluk Mila yang meneteskan air matanya, Ovilia begitu perihatin atas apa yang di ceritakan calon mertuanya ini. "Maaf kan Mom sayang..." ujarnya dengan memaksakan senyuman. Dia merasa sangat berat mengingat bahwa dia mempunyai beban yang berat kala itu.

"Tidak apa Mom, aku mengerti perasaan mu. Sekarang sudah ada aku, Mom tidak perlu sedih lagi..." ucap Ovilia membuat Mila mengangguk dan menghapus air matanya.

"Ah, aku bahagia sekali, semenjak aku tahu Darren menyimpan anak perempuan di mansionnya seketika aku mendapatkan kekuatan lagi dan aku sangat senang. Aku pasti begitu akan kehilanganmu Ovilia saat kau sudah menikah dan pergi dari Toronto setelah pernikahan kalian," ujar Mila.

"Mom, bisa menemuiku kapanpun. Dan, aku akan membujuk Darren agar sering mengunjungimu.." ucap Ovilia membuat Mila nyaman.

"Kau wanita yang sangat baik sayang. Darren memang tidak salah memilihmu, oh... aku ingin cucu yang banyak," ucap Mila dengan mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Hampir saja Ovilia tersedak, saat Mila berkata seperti itu. Ovilia hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Liam butuh adik yang banyak..." ujar Mila lagi tak hentinya menggoda Ovilia yang mulai memerah.

'Ibu dan anak sepertinya sama saja, sama - sama suka menggodaku huh,' batin Ovilia tak percaya.

Ovilia permisi untuk ke toilet sebentar karena merasa perutnya yang sangat mual, dia berjalan dengan gusar dan tidak sengaja Ovilia menabrak seseorang.

Bruk!!!

Paper bag yang di bawa wanita cantik itu terjatuh.

Ovilia mencoba untuk mengambil paper bag itu dan memberikannya pada wanita di hadapannya itu.

"Maaf, aku tidak sengaja." ujar Ovilia dengan nada bersalah.

Wanita itu menerima paper bagnya, dia tersenyum. "Aku yang harusnya minta maaf karena aku terus menekuri ponsel ku dari pada jalan," katanya.

"Tidak apa - apa, lain kali berhati - hatilah," katanya lagi

Wanita cantik dengan rambut pirang sebahu, berkaki jenjang dengan kulit putih mulus dan lihatlah wajahnya yang sangat mulus tanpa ada bintik - bintik yang membandel, bahkan debu pun akan merosot jika mengenai wajahnya itu.

Wanita itu tersenyum pada Ovilia, wanita dewasa dengan penampilannya yang sangat fashionable dengan menggunakan pakaian minim namun sangat pas di pakainya.

"Terima kasih lain kali aku akan lebih hati - hati," ujar Ovilia bersikap ramah pada wanita itu.

Wanita dengan rambut pirang itu mengangguk dan tanpa di sadari dia menjulurkan tangannya.

"Kenalkan namaku Arlissa," ujarnya memperkenalkan diri.

Ovilia dengan senang hati menyambut uluran tangan itu

"Ovilia..."

"Senang bertemu dengan mu, Ovilia." ujar Arlissa. Baru saja Ovilia akan menjawab namun Arlissa terlebih dulu menyahut lagi.

"Dan maaf aku harus cepat pergi," wanita itu berlenggang pergi seperti terburu - buru saat melihat ponselnya.

------------------------

Darren mendudukan bokongnya ke sofa empuk di ruang tengah sayap kiri mansion, dia sangat lelah sekali setelah mengikuti keinginan Liam yang ingin bermain basket bersamanya.

Darren yang sehabis pulang kerja pun mengikuti keinginan anaknya itu. Liam bahkan begitu bersemangat dan tidak mengeluh kecapean walaupun badannya kini di banjiri keringat.

"Dad tidak kuat Liam, sepertinya kita sudahi saja permainan basketnya." kata Darren yang kelelahan.

Liam mengangguk dan meminum oranye juice yang ada di meja hingga tandas,"Mommy dan Nenek mengapa lama sekali?" tanya Liam pada Darren.

"Sebentar lagi mereka pulang Liam, Dad sudah menelfon Mommy agar cepat pulang,"

"Kalau begitu aku mau mandi dulu ya Dad," ujar Liam yang langsung berlari ke kamar dan mandi.

Darren masih di sofa dengan tangan yang menutup mukanya. Sudah beberapa hari ini dia sangat pening dengan pekerjaannya. Di tambah bayangan akan masa lalunya selalu menghantuinya, seakan kenangan itu tidak pernah pergi.

James selalu menemuinya dan menanyakan apakah dia bisa ikut ke reonian sekolahnya dulu. Darren masih tidak memberi jawaban, bukannya dia tidak ingin. Hanya saja dia takut melihat wanita itu, dia takut bahwa sebenarnya dia tidak sepenuhnya melupakan-Nya.

"Mengapa aku tidak bisa melupakannya! Shit! " batin Darren berkecambuk!

--------------------------

10/02/2018

I Meet You (SUDAH DITERBITKAN)Where stories live. Discover now