- Adalah Aku

2.7K 131 31
                                    

Anak itu menatap langit-langit gelap, berhias reranting pohon yang mengelupas.
Coklat nan samar, senja membalutnya dengan warna keemasan.

Daun-daunnya berjatuhan dengan anggun di atas kepala, menimpa butiran air mata yang sejak tadi mengalir tanpa permisi.

Bersama bangku taman yang menghadap ke laut lepas,
Ombak-ombak nan jauh disana memutar kembali kisah-kisah lama,
Bak sepotong kaset rusak, kenangan itu timbul tenggelam.

Anak itu mencoba mencerna segalanya.
Tentang hidupnya yang tak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya.
Tentang dirinya yang harus menghadapi kenyataan pahit, bahwa Ia telah ditinggal. Pergi. Jauh. Dan tak akan kembali.

Tentang kebahagiaannya yang sirna sebagaimana senja yang perlahan menghilang, digantikan langit malam.

Bulir-bulir air jatuh dengan anggun satu per satu,
Dari atas sana, bintang-bintang terlihat murung, menghilang dibalik awan kelabu.
Bulan sepertinya terlihat enggan menemani anak yang menyedihkan itu, bulan sudah tak mengenal anak itu lagi.

Mencoba menahan air mata yang tak henti-hentinya mengalir,
Anak itu melukiskan rasa sakitnya pada sajak-sajak puisi yang terabadikan diatas kertas yang telah lapuk bersama hujan dan rasa sakit.

Hujan mengguyur tubuh anak itu dengan ganas, seluruh badannya basah-- tapi hatinya tandus.
Diantara deru hujan,
Anak itu memaki :
"Kau bisa pergi sejauh yang kau mau, Tapi biarkan aku menunggu. Disini."
Ratapnya.

Tatapan matanya kosong.
Bersama tanah-tanah yang basah dan deburan ombak yang menggeliat meneriakkan rasa kasihan--Jiwa anak itu telah mati. Yang ada hanya sebatas tubuh. Merintih. Letih.

Anak itu

adalah aku.

----
Ekwa

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now