Doa dan Dia

833 52 1
                                    

Dan malam ini adalah penutup.
Mari kembali ke beberapa jam yang lalu, saat dimana kopi ini belum bercampur
dengan asam lambung.

Percakapan diantara kita selalu dibuka dengan pertanyaan
pertanyaan berat; seperti-- 'apa yang membuatmu takut belakangan ini?'

Raut wajahnya serius, dibalik kantung matanya yang terukir jelas,
ada tatapan mata menyelidik; alis tebalnya berkerut; serta tanya yang
mengudara.

'Waktu, mungkin' ujarku.
Di semestanya, barangkali aku adalah makhluk paling sok-filosofis yang ia tahu. Senyumnya terukir lebar, matanya
menyipit.

Sedetik kemudian ia mengacak rambutku, hal yang selalu ia lakukan tiap tiga puluh lima menit sekali ketika kita bertukar kata.
Sedikit menjengkelkan, namun selalu kumaklumi.

'Aku doakan yang terbaik untukmu' Jawabnya.

Tapi aku tahu, doa tak pernah mengubah apa-apa.
la serupa harapan.
Semacam peristiwa iseng-iseng berhadiah, jika kena syukurlah, jika tidak sudahlah.


Ekwa.

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now