Semesta

1.2K 61 3
                                    

Aku ingin sekali lagi mengecap bunyi bising kereta api.
Memandangi apa yang tertinggal di belakang, sebuah jejak yang kuharap suatu saat nanti waktu akan berbaik hati menghapus.

Segala ketakutan-ketakutan yang teredam bersama irama hujan yang menetes diantara jendela jendela kereta yang telah lapuk dimakan masa.

Segala tangis yang mengendap di dasar hati, menuntut dikeluarkan, namun urung--karena ragu. Karena tak akan ada yang mengerti.

Menikmati hidup sebagai seorang pengamat. Memandangi banyak ekspresi setiap anak adam yang hendak melarikan diri ;
Yang diantara mereka , semburat senyum terukir lebar, yang diantara mereka--tak pelak ada murung yang menggelayut.

Bersama riuh redam gerbong kereta yang menanggalkan irama yang memekakkan telinga,
Bersama suara masinis dari pengeras suara,
Aku menyadari sesuatu.
Aku suka saat sendiri-- lebih dari apapun.

Tak kuat rasanya memandang nyata terlalu lama. Aku lebih suka berkelana diantara pikiran-pikiranku yang sulit terurai, menikmati segala bentuk aliran rasa, bertanya-tanya apakah apa yang aku rasa bahkan nyata? Atau aku hanyalah partikel kecil yang tak berharga diantara ribuan bintang yang menyebar di seantero jagat raya, yang sekali jentikan jari, segala tentangku akan hilang dari semesta?

Terimakasih kepada masa, yang waktu itu memberikanku kesempatan untuk mencerna segalanya.
Bahwa; tak ada yang tersisa diantara semua; selain diri sendiri.
Terimakasih kepada masa, yang saat itu mengajariku tentang segalanya.

Dan,
Terimakasih kepada apa-apa yang telah membuatku ada diantara detakan detik, jika memang--nyatanya--di luar sana, eksistensi Tuhan hanya sebatas imajinasi manusia.

----
Ekwa

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now