Aksara

920 40 0
                                    

Akan tiba masa ketika kamu merasa menjadi lebih dewasa. Kamu, disuatu sore, mulai melihat bahwa tak segala sesuatu mampu kau raih. Bukan menyerah, bukan pula pasrah. Perasaan semacam ini setidaknya dialami oleh setiap orang--setidaknya sekali seumur hidup. Antara kau sudah mengalami, atau kau sedang mengalami--namun tak menyadari?

Aku punya semacam kebiasaan menulis paragraf panjang di lembar-lembar buku tua, kadangkala tulisan itu bercampur bersama balutan kafein dalam darah. Membuatku senantiasa terjaga. Sampai pada akhirnya kusadari bahwa waktu terasa begitu cepat, namun lambat pada saat yang sama. Paragraf-paragraf yang kutulis kadangkala menjelma menjadi sebuah peristiwa, mengajak diriku untuk membacanya kembali. Seperti sebuah teguran dari masa lalu, kemudian masa depan.

Di waktu waktu tertentu, orang-orang akan menatap semburat langit dengan tatapan melamun, menghirup oksigen lebih dalam, berharap jantung dan jiwanya stabil. Orang-orang itu sebetulnya sedang menahan diri, dari rasa getir yang ia terima. Dari rasa pahit yang ia cicip.

Arsiran setiap kata yang terangkai ini untuk siapa saja. Sebab, aku tak ingin lagi menulis untuk satu manusia. Bagi kamu yang sejak dahulu kala membaca tulisanku, kamu sedikit banyak akan memahami sudut pandangku, atau bisa saja itu malah membuatmu bingung dan bertanya. Apapun itu, kuucap terimakasih. Aku berharap kita bisa sama-sama melalui perjalanan ini dengan baik.

Aku menitip pesan agar kamu senantiasa melaju. Orang datang dan pergi itu sementara. Sakit itu sementara. Bahagia itu sementara. Sebagaimana malam dan pagi yang senantiasa silih berganti. Berlayarlah. Tersenyum manislah. Dan ingatlah selalu bahwa aku pernah ada, aku pernah merangkai kalimat untukmu, dan untuk yang lain, serta aku ada dan nyata, sebagaimana aksara.

---

Ekwa

HUJAN: Sebait Kenangan KusamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora