Bicara dan Kata

807 38 1
                                    

untuk X

barangkali tanah Jogja adalah karib yang menunggumu pulang,
Sementara disini, rindu hanya sebatas kata-kata dalam balutan aksara yang kuarsir rapi diatas kertas, selebihnya kita tahu, itu dusta.

Oktober, tanah tandus, dan rerumputan kering
Selayaknya jejak kaki yang habis disapu ombak, kamu dan aku sama-sama berharap;
"Andaikan kita tidak bertemu saja dari awal."

Aku pernah bertanya padamu,
"Apa yang lebih pedih dari mengharapkan perpisahan? Dari awal kamu dan aku sama-sama tau kemana muara ini akan berakhir."

"Menunggu", katamu. Satu kata yang kau amat tidak suka.
Katamu, sah-sah saja orang sepertimu bedoa.
Entah pada Tuhan, atau pada Setan.
Katamu, pada apa saja asal mendengarkan.

Subuh tiba, dan kita masih membalut diri dengan hangat percakapan; dulu.
"Sudah makan?"
Sebuah tanya membosankan yang kau kirim tiap pagi, siang, bahkan saat aku sedang terbuai irama playlist musik.
"Dasar pengganggu. Apa tidak ada pertanyaan lain?" Ujarku, kesal setengah mati.

Aku tau kamu sedang berlindung dibalik apapun yang kau kenakan sekarang.
Aku tau kamu perlahan menjadi kepingan-kepingan yang sulit utuh.

Aku ingin kamu bahagia, ini klise, rumit sekaligus amat sangat sederhana.
Aku mengagumimu, kau perlu tau itu, kurasa.
Aku mengangumi tawa renyahmu,
Aku mengagumi senyum yang dipaksakan itu,
Aku mengagumi caramu mengalah untuk tidak membeli kue keju ketika bahkan; mencium baunya saja aku sudah hilang nafsu makan.
Aku mengagumi diammu.
Lalu caramu mendengarkan musik sambil pelan-pelan terlelap, lantas mengomel karena tidur terlalu lama.

Hal-hal sederhana seperti itu.
Aku ingin kau melihat sosok yang selama ini kamu lupakan: dirimu sendiri.
Untuk kamu yang selalu menunggu dan memaafkan. Dan buat semua pundak yang kamu berikan ketika aku menangis.

Aku hanya ingin memelukmu lagi,
Kali ini dengan lebih erat.
Kemudian kita kembali mengobrol tentang langit dan laut,
Hal-hal yang telah lama tak kita bicarakan.
Kemudian tentang angin dan hujan,
Hal-hal yang tak bisa kita relakan.

---
16 Oktober 2019,
Ekwa.

HUJAN: Sebait Kenangan KusamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang