{cerita Leta}👧

2.1K 179 0
                                    

Seusai mengganti bajunya, ryan turun kebawah sesuai permintaan ayahnya. Disana sudah ada ayah vito, bunda eva, dan ezra tengah menunggunya.

"Duduk! " kata ayah vito tegas.

Ryan mengangguk, ia duduk disamping bunda eva. Sedangkan ezra, ia duduk bersebrangan dengan ryan.

"Tadi kenapa gak langsung pulang? "

"T-tadi ryan p-pengin ke taman dulu p-pah.... " jawab ryan gugup.

"Kenapa harus langsung ke taman? Habis pulang sekolah kan bisa."

Ryan meneguk salivanya kasar, ini dia kelemahannya. Menghadapi kemarahan ayahnya lebih menakutkan ketimbang mendapat amarah dari polisi. Ia bahkan pernah satu hari tidak keluar kamar ketika ia mendapat amarah dari ayahnya, terlebih daat beliau sedang mengamuk.

"A-anu yah.... "

"Apa? Yan, apa ayah salah kalau ayah minta kamu ngertiin kita? Kita cuma mau yang terbaik buat kamu! Penyakit kamu gak main-main! Kita semua khawatir sama keadaan kamu! Terlebih bunda! Dia bahkan rela nunggu kamu berjam-jam karena khawatir! Kamu bisa ngertiin kan yan?!"

Semua yang ada diruangan itu tertegun, ini pertama kalinya ayah vito meluapkan amarahnya didepan ryan. Dulu pernah, tapi tidak sampai seperti ini.

"M-maaf yah.... " ucap ryan pelan, terdengar dari suaranya yang bergetar.

Ayah vito menghela napas pelan, menstabilkan emosinya.

"Kali ini ayah maafin, tapi kalau ayah lihat sekali lagi kamu kaya gini. Ayah gak segan-segan bawa kamu ke Amerika! "

Mata ryan terbelalak lebar, "jangan yah! Iya ryan gak nglakuin itu lagi! "

Bunda eva tersenyum tipis, ia kagum terhadap suaminya. Ayah vito memang pandai mengendalikan emosi, itu sebabnya ia menikah dengan ayah vito.

"Adek makan dulu ya, kan belum makan.... " ryan mengangguk pelan.

Ezra tersenyum menatap perhatian orang tuanya. Jujur, terkadang ia merasa iri terhadap ryan. Ryan mendapat perhatian lebih dari kedua orang tuanya, tapi ia juga memaklumi akan hal itu. Ryan memang membutuhkannya, dan itu untuk kebahagiaan mereka.

•°•°•°•°•

Tika dan mela mengajak leta ke cafe hari ini, mereka sengaja melakukannya untuk mengusir rasa canggung leta terhadap mereka. Kebetulan, rumah mereka satu komplek. Jadi, lebih leluasa untuk mereka bermain atau jalan bersama.

"Eh, ta tadi lo bilang bonyok lo tinggal di amerika. Terus, dirumah lo sama siapa? " tanya tika.

"Gue tinggal sama kakak gue, gue sengaja pindah kesini buat nemenin dia."

Tika mengangguk, sejenak ia memperhatikan leta.

"Ta, lo emang dari kecil suka cokelat ya?"

Leta mendongak seusai menyeruput hot chocolate pesanannya.

"Iya, sejak kecil gue emang suka sama cokelat."

Keduanya terdiam.

Leta menghela napas pelan, "jadi gini, dulu waktu gue kecil gue suka main sama sahabat-sahabat gue. Salah satu diantara mereka deket sama gue. Dia yang sering minta gue buat makan permen cokelatnya, akhirnya karena terbiasa gue suka sama cokelat. "

Sejenak leta terdiam, "tapi gue pindah ke amerika dan ninggalin mereka semua. Terutama iyan, jujur gue sayang banget sama dia"

Deg

Tika dan mela terdiam membeku, iyan? Itu nama kecil ryan. Apa dia itu leta kecil?

•°•°•°•°•

Ryan menatap lurus pemandangan dihadapannya, ia merenungi nasib hidupnya. Ingin ia menyerah, tapi ia masih mengingat keluarga dan sahabatnya. Ingin ia berjuang, tapi ia sudah tak mampu lagi untuk menahan semuanya.

Ia menghela napas pelan, "sampe kapan gue kaya gini terus? "

Perlahan tapi pasti, suara langkah kaki mendekat terdengar ditelinganya. Sedetik kemudian sosok rendi dan aldi muncul dibelakangnya.

"Ngelamun aja lo! " rendi menepuk bahu ryan pelan.

Mereka duduk disamping ryan, mengamati langit biru dihadapan mereka. Kamar ryan berada dilantai dua.

"Ren, al. Gimana kalo nanti gue pergi? " lirih ryan.

Rendi dan aldi sontak menatap ryan, tatapannya sendu. Rendi merangkul ryan, diikuti aldi.

"Lo pasti sembuh yan." ucap aldi pelan.

"Kita disini buat lo, kita selalu ada buat lo." timpal rendi.

"Bukan itu.... Gue cape ngelawan rasa sakit itu, gue nyerah. Walaupun gue masih pengin disini sama kalian, tapi gue gak gak bisa.... " kalimat terakhir ryan ucapkan dengan suara sumbang.

"Yan, jalan hidup manusia tuhan yang nentuin. Kalau tuhan udah bilang seseorang bakal mati, itu pasti terjadi. Tapi, tuhan gak akan cabut nyawa seseorang kecuali orang itu masih mau berjuang."

"Ren, apa tuhan masih mau memperpanjang umur gue ya? "

"Pasti, asalkan lo jangan nyerah buat lawan penyakit lo."

"Tuhan punya rencana buat kita, bisa aja suatu hari ini ada donor jantung buat lo. Kita selalu berdoa buat hal itu." sambung aldi.

Ryan tersenyum, "thank's ya, gue beruntung punya kalian berdua."

Ketiganya saling berpelukan, tanpa mereka sadari seseorang menatap mereka dari ambang pintu. Orang itu menatap mereka dengan tatapan teduh.

"Berjuang dek, jangan nyerah. Buat kita.... " gumamnya melangkah pergi.

~°~°~°~°~

Hai!!!

Thank's banget buat yang udah baca....

Walaupun masih sedikit, tapi karena aku pemula jadi itu udah buat aku seneng....

Baca terus ya guys, bye....

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now