{kecewa}💔

1.5K 106 0
                                    

"R-RYAN! "

Ryan mempererat genggamannya pada daun pintu, harus apa ia sekarang?

"L-lo...."

"Ini darah lo? "

Ryan terkejut, ternyata ia meninggalkan jejak. Oh, ayolah apa tak ada yang bisa dia lakukan?

"B-bukan! G-gue gak t-tau.... "

Aldi memicingkan matanya, "lo gak bohong, kan? "

Ryan tersentak, dia mundur selangkah. "G-gak, apaansih lo? "

Dia berjalan melewati mereka berdua, mereka menatap ryan dengan tatapan mengintimidasi.

Keduanya menyipitkan mata, "mencurigakan." ucap mereka serentak.

Keduanya melangkahkan kaki menuju kearah ryan, lagi-lagi bersamaan. Hingga aldi berhenti, otomatis rendi juga berhenti.

"Why? "

"Lo ngikutin gue ya? "

"Gue? Ngikutin lo? Kurang kerjaan banget." ia mengalihkan pandangannya.

"Terus ngapain ikut-ikut gue? "

"Ya tuhan, tuan aldi alvito yang terhormat saya sedari tadi mencoba untuk mengejar saudara ryan abimana putra. Bukan mengikuti anda."

Aldi mendengus, "bodo."

Beberapa saat mereka terdiam, hingga keduanya saling menoleh dan membulatkan mata secara bersamaan.

"RYAN?! "

Keduanya langsung berlari mencari sosok ryan, namun nihil. Pemuda itu terlalu cepat menghilang.

•°•°•°•°•

"Ta, kamu gak papa kan? "

"Gak kok." jawabnya singkat.

"Terus seragam kamu kenapa ada darahnya? "

"Mungkin punya orang lain kak, tadi leta habis nabrak orang.... " ia memelankan suaranya diakhir kalimat.

"Siapa?"

Leta tak menjawab, ia menutup lokernya lalu menguncinya. Beruntung ia selalu menyimpan seragam cadangan. Ia termenung, apa benar darah ini adalah darah milik ryan?

"Ta."

Dego mengibaskan tangannya di depan wajah leta.

"I-iya kak? "

"Gak mau ganti sekarang? Bel masuk 10 menit lagi."

Leta mengangguk, ia langsung berlari meninggalkan dego yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Entah kenapa, ia merasa khawatir. Jujur saja, ia belum menyadari bahwa perlahan rasa itu tumbuh dengan sendirinya.

Drrrrtttt....

Ia merogoh saku celananya, lalu mengambil ponselnya dari sana.

Abi....

"Hallo."

"Gimana? "

"Baik."

"Cih! Gue serius bego! "

"Mau lo apa?! "

"Oh, berani jawab lo sekarang? Gimana sama gadis manis itu? Gue rasa dia terlalu cantik buat gue jadiin temen seranjang."

"Shit! Jangan lo berani apa-apain dia! "

"Santai dego arfilian jaya, asal lo nurut aja. Gue gak bakal sakitin dia."

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now