{jadian?(2)}👫

1.1K 123 7
                                    

Leta terdiam, ia benar-benar bimbang. Ia mengedarkan pandangannya, kini mereka berdua menjadi pusat perhatian pengunjung. Leta beralih menatap dego yang menatapnya dengan penuh berharap.

Ia meremas dress bawahnya, ia berkeringat dingin.

"Ta, will you be my girlfriend?" ulang dego sekali lagi.

Ia terpojok. Ia memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan kekuatan. Beberapa saat kemudian, ia membuka mata seraya menghembuskan nafas perlahan.

"Yes, I will...."

•°•°•°•°•

Ryan menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur. Entah mengapa dadanya terasa sesak, padahal setelah makan malam tadi ia sudah meminum obatnya.

Ia memiringkan tubuhnya menghadap jendela. Sesak itu semakin menjadi-jadi, kini disertai rasa nyeri.

"Shhhh...." ringisnya pelan, ia tak tau apa yang ia rasa sekarang. Namun, fikirannya tertuju pada seseorang.

"Leta...."

•°•°•°•°•

Dego memeluk leta erat, ia tak menyangka bahwa leta akan menerimanya. Tepuk tangan menghiasi suasana.

"Thanks ta...." bisiknya.

Leta tak membalas ucapan dego. Kini, dadanya terasa sesak. Mungkinkah ia merasa bersalah telah menerima dego? Dan membuang waktu untuk menunggu ryan?

Pada akhirnya ia membalas pelukan dego. Ia sadar, ia harus belajar melupakan. Entah itu tentang ryan, maupun para sahabatnya.

'Maaf....'

Hanya kata itulah yang terucap dihatinya. Ia terlalu lelah untuk menunggu.

•°•°•°•°•

Pemuda ini menyeringai lebar. Dua mangsa telah berada pada genggamannya. Kini, tinggal memancing keduanya untuk pergi ke tempat terakhir.

"Sebentar lagi za...." gumamnya.

Dilain sisi,

Nia merenungkan kejadian yang barus saja ia lihat. Dego? Pemuda itu yang bahkan awalnya sama sekali tak dekat dengan leta kini berani mengajak adiknya berkencan.

"Kak...."

Ia tersentak kaget, itu papa rio.

"Eh, papa...."

"Kok ngelamun? Mikirin apa?"

Nia menggeleng, "gak kok pa...."

Papa rio tersenyum tipis, "papa tau, tentang dego kan?"

Nia lagi-lagi tersentak kaget. Gimana papa bisa tau? Itulah sekiranya hal yang ia pikirkan.

"Kak, ada banyak rahasia yang masih tersembunyi disini. Dan itu semua karena ulah satu orang."

Kening nia berkerut, "siapa?"

Lagi-lagi papa rio tersenyum tipis, "dia itu kaya batu. Berlumut buat nutupin jati dirinya saat hujan, dan nampakkin dirinya saat kemarau datang."

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now