{sendiri}🍁

1.3K 87 0
                                    

Ruangan itu kini senyap, hanya ada suara isakkan yang terdengar. Leta masih tetap dalam rengkuhan mama tena, sedangkan papa rio pergi ke rumah sakit. Seseorang membutuhkannya sekarang.

"Tenang sayang.... "

Leta masih terisak, beberapa saat kemudian tangisannya mereda. Ia meregangkan pelukan mamanya, lalu tertunduk.

"Sayang? "

"Kasih leta waktu ma.... "

Hening.

"Leta juga butuh waktu buat terima semua ini, give me time...."

Ia bangkit, lalu membereskan beberapa baju yang kemarin abi bawakan untuknya.

"Kamu mau kemana? " tanya mama tena panik.

Leta tak menjawab, ia masih fokus pada kegiatannya. Seusai membereskan semuanya, ia meraih kunci mobil dan berjalan mendekati mama tena.

"Leta gak tau sampai kapan, leta pergi ma.... "

Mama tena menggeleng dengan air mata kembali membasahi pipinya, "gak sayang, jangan!"

Leta terdiam menikmati lelehan air matanya, ia menatap kearah nia. Gadis itu tengah menatapnya dengan sirat mata penuh penyesalan, air mata tak henti-hentinya turun membasahi pipinya.

Leta memeluknya, "sorry kak, leta belum bisa terima semua ini. Jaga mama kak, buat leta.... "

Nia hanya terdiam, tak lama setelah itu leta melepaskan pelukannya. Ia beralih menatap lurus abi, entah mengapa rasa kesalnya menyeruak.

"Leta pergi.... "

Tepat saat langkahnya berada disamping abi, dia berhenti.

"Thanks kak, and sorry.... " bisiknya.

Ia meninggalkan mereka, mama tena dan nia berpelukan satu sama lain. Menyalurkan kekuatan yang mereka punya, sementara seseorang yang sedari tadi diam dan memperhatikan mereka mengukir senyuman sinis.

Ia keluar dari kamar, lalu berjalan menuju pintu keluar. Alih-alih ia membukanya, justru dia mangeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Dia udah pergi, sekarang lo ikuti dia.... "

Dia menutup sambungan teleponnya, kemudian kembali memasukannya kedalam saku celana.

•°•°•°•°•

Leta mengendarai mobilnya dengan perasaan kacau, matanya sembab dengan bibir memucat. Ia tak tau harus pergi kemana, sementara hari menjelang malam. Perutnya terasa sakit, ia ingat bahwa sejak pagi tadi tak ada makanan yang ia konsumsi.

"Shhhh.... "

Ia menekan pelan perutnya, ia lupa ia punya riwayat penyakit magh. Ia menepikan mobilnya dekat halte bus, ia merogoh tasnya. Namun, sialnya dompet yang biasa ia bawa tak ia bawa sekarang.

"Shit! " umpatnya.

Ia hanya bisa bersandar pada jok mobil, menunggu sukarelawan menolongnya. Entah sadar atau tidak, perlahan matanya terlelap. Ia tertidur, dalam keadaaan sakit baik fisik maupun batin.

•°•°•°•°•

"Y-yo.... "

Semua orang tercengang melihat dr. Rio hadir dihadapan mereka. Pasalnya, leta sedang ada masalah namun mengapa ia justru datang kemari?

"R-ryan? "

Mendengar satu nama itu, bunda eva langsung menangis.

"V-va.... Ryan gak papa, kan? "

Bunda eva terisak, tatapan dr. Rio beralih pada dr. Ardi. Ia mendekati dr. Rio.

"Yo, ryan butuh pendonor.... Sekarang.... "

Tubuh dr. Rio meluruh, ia sudah berusaha semampunya. Menelfon kesana-kesini hanya untuk menggali info tentang pendonor jantung untuk ryan. Namun, hasilnya nihil.

"Kita harus operasi sekarang yo, sebelum ryan-"

"Gak! Ryan gak bakalan pergi! Ryan harus tetep bertahan di! "

Air mata dr. Rio menetes dari ujung matanya, ia menggeleng pelan.

"Kita harus selamatin dia! "

Semakin lama tetesan itu semakin deras, seiring dengan tubuh dr. Rio yang menempel pada lantai. Ia terisak. Gelar dr. Profesional yang ia pandang tak bisa melakukan lebih, ia hanya bisa mencegah tanpa menyembuhkan.

"Sabar, yo...."

Perlahan, ayah vito mendekat kemudian menepuk bahu dr. Rio.

"Lakukanlah.... "

Dr. Rio mendongak, tatapannya bertanya.

"Operasi sekarang, kami rela.... "

Kini, tatapan dr. Rio beralih pada dr. Ardi.

"Yo, ada cara lain tapi ini cukup beresiko. Keadaan ryan lemah, tapi ia butuh pendonor sekarang. Kita lakuin cara lain, operasi katup jantung"

Dr. Rio terkejut, "t-tapi di-"

"Ini cara satu-satunya yo, ryan gak bisa bertahan lama. Cuma ini cara yang setidaknya bisa menopang tubuhnya untuk bertahan lebih lama.... "

Dr. Rio menunduk. Apakah ini salahnya? Atau, takdir tuhan semata? Ia tak rela jika seseorang yang selama ini ia perjuangkan, berakhir dengan sia-sia.

Ia bangkit, "lakukan sekarang.... "

~°~°~°~°~

Holaa!!

Ryan balik lagi!!

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang