{info}🍂

1.4K 102 2
                                    

Aldi segera menarik mela untuk mengikutinya, ia mendudukkan dirinya di kursi tak jauh dari kedua sosok itu. Bedanya, mereka dalam posisi membelakangi 'mereka'.

"Jadi, gimana kak? "

"Kakak udah dapet info terbaru tentang dia, ternyata dia memang tinggal dirumah itu. Orang yang kamu liat, itu memang iyan."

Mereka terdiam membeku, apa hubungannya sosok yang tengah berbincang dengan leta disana? Ya, memang kedua sosok itu adalah abi dan leta.

Leta tertawa kecil, "hahaha.... Gak mungkin lah kak, ryan itu bukan dia. Mana mungkin ryan itu iyan, meskipun nama mereka hampir sama."

Abi menghela napas pelan, "terserah kamu mau percaya apa enggak ta, tapi inget pesan kakak kali ini. Kalo emang dia itu iyan yang kamu cari, dia pasti gak akan kasih tau kamu. Karena apa? Karena dia tau, kamu akan kecewa."

Abi pergi meninggalkan leta begitu saja, sedangkan leta terdiam membisu. Apa yang dikatakan abi seolah memberi petunjuk padanya. Apakah benar ini semua nyata?

Ia beranjak pergi menyusul jejak abi, sedangkan aldi dan mela menatap kepergian mereka dengan tatapan sulit dipercaya. Mereka tak menyangka, selama ini ada seseorang yang mengintai mereka.

"Emang bener ada yang bocorin semuanya ke leta."

"Tapi dia siapa? Kita gak kenal dia al."

"Kita bicarain ini sama bang ezra, gue yakin ini pasti ada hubungannya sama dia."

"Kok lo bisa yakin al? "

Aldi menghela napas pelan, "la, lo sadar gak sih saat ryan bersikap dingin sama kita leta jadi sering ngedeketin dia? Dia bahkan kemarin tanya ke gue sama rendi tentang abang ezra, parahnya lagi dia tau tentang rumah iyan dan bunda eva. Sekarang kita pikir pake logika, darimana leta tau tentang semua itu kecuali ada pengantarnya? Dan ini mulai terjadi tepat saat bang ezra mulai tunjukin jati dirinya di depan leta."

Mela sesaat termenung, ia baru sadar hal itu.

"Kita balik sekarang! "

•°•°•°•°•

Ezra menatap ngilu pemandangan dihadapannya. Lagi-lagi, adiknya harus berjuang melawan rasa sakit. Setibanya dr. Rio dirumah ryan, beliau dikejutkan oleh kambuhnya penyakit anak itu. Dengan perasaan cemas, ia langsung mengecek keadaannya.

"Gimana yo? "

"Serangan ringan, gak terlalu bermasalah."

Semua orang yang ada disana bernafas lega, namun tidak dengan ayah vito. Beliau menatap dr. Rio seolah meminta penjelasan tentang apa yang mereka bicarakan di telepon tadi.

"Oh ya, ada yang perlu aku bicarakan sama kalian semua. Tapi nggak disini."

"Ke bawah aja."

Dr. Rio mengangguk, mereka keluar dari kamar ryan. Sebelum pergi, ezra memastikan bahwa anak itu benar-benar terlelap dalam posisi yang nyaman. Setelahnya, ia mengikuti keluarganya.

Disisi lain,

Aldi menghentikan mobilnya di halaman rumah rendi. Kebetulan tika ada dirumah rendi, jadilah mereka bisa membahas masalah yang dilihat aldi dan mela di cafe tadi.

"Assalamuallaikum. "

"Walaikumsallam."

Tampak sosok wanita paruh baya keluar dari sana, disampingnya terdapat seorang pria yang diyakini sebagai suaminya.

"Mah, rendinya ada? "

"Ada tuh, lagi berduaan sama tika. Kok tumben mela kesini, jarang main ya sekarang "

Mela terkekeh kecil, "iya mah, mama sama papa suka sibuk. Jadi, jarang main kesini."

"Gak papa lah main sendiri la, papa kamu emang sibuk. Takut dipecat sama vito katanya."

Pria itu terkekeh diakhir kalimatnya. Mama dan papa rendi bernama, Karena amanda dan Amano rama. Sedangkan mama dan papa tika bernama, Ana cantika dan Vero amarda.

"Hahaha, udah yuk masuk."

Mela mengangguk kemudian masuk bersama mama rena dan papa mano. Ada sesuatu yang mereka lupakan, tapi mereka tak menyadari hal itu. Hingga deheman seseorang membuat mereka berbalik.

"Ekhemmm"

"Jadi gitu ya, aldi disini gak dianggep. Sakit tau gak."

Aldi kembali melakukan aksi dramanya, namun itu justru menimbulkan tawa diantara mereka.

"Hahaha, ya ampun mama lupa. Ayo masuk, kasian anak mama."

Mela memutar bola matanya, bisa-bisanya ia bertahan dengan aldi. Padahal, ia berharap aldi akan tumbuh menjadi sosok yang lebih berguna. Ternyata kenyataan justru diluar ekspetasinya.

•°•°•°•°•

"Maaf va, tapi ini emang kenyataan. Aku gak bisa apa-apa lagi selain nerusin pengobatan ini. Aku udah transfer data ke rs pusat, tapi belum ada kabar tentang pendonor jantung buat ryan. Sekali lagi maaf va.... "

"Nggak yo! Nggak! Ryan pasti bisa sembuh hiks.... Iya kan yah?"

Ayah vito menarik bunda eva kedalam pelukannya, sedangkan ezra hanya terdiam menyaksikan apa yang sedang dilihatnya. Ia tak sanggup jika hal itu akan terjadi. Ia tak rela kehilangan ryan.

"D-dok.... Adek masih bisa sembuh kan? "

"Za, yang kita perlu lakuin sekarang adalah berdo'a untuk kesembuhan ryan. Pengobatan yang diberikan dokter gak sepenuhnya bantu kesembuhan ryan, jalam satu-satunya kita harus lakuin transplatasi jantung."

Ezra mati-matian menahan air mata yang sudah siap jatuh dari kedua matanya. Ia memutuskan untuk pergi keluar rumah, ia berjalan dengan langkah gontai menuju taman disamping rumahnya.

Ia mendongakkan kepalanya kelangit, menatap bintang yang bertaburan disana. Ada satu bintang yang paling terang disana, ia menatap dalam bintang itu.

'Putri.... Tolong bilang sama tuhan, jangan ambil ryan sekarang. Aku gak sanggup. Cukup kamu put, jangan dia.... '

Ia meremas kemeja yang dikenakannya, ia memukul dadanya sendiri. Sesak, akan kenyataan yang ia terima. Ia tak sanggup kehilangan seseorang untuk yang ke-2 kalinya.

~°~°~°~°~

Hai!!

Muncul satu sosok baru lagi, ada yang bisa tebak siapa dia? Apa hubungannya dengan bang ezra??

Jawab di kolom komentar ya. 😀😀

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang