{pertengkaran}❌

1.4K 97 0
                                    

Leta kembali ke apartemen dengan perasaan kacau. Ia mengobrak-abrik isi kamar apartemennya, melampiaskan segala kekesalannya.

"Arrrggggghhhh!! "

Ia duduk bersimpuh diatas lantai, menangis disana. Hingga pintu kamar terbuka dengan paksa.

Brakkk....

"Leta! "

Mama tena langsung memeluknya, disusul papa rio, nia, dan abi dibelakangnya.

"Tenang sayang.... "

Leta memberontak, ia melepas pelukan mama tena dan melangkah mundur menjauhinya.

"Ta.... "

Mama tena dan nia menangis, mereka tak sanggup melihat kepedihan leta.

"Mau apa kalian kesini?! " mereka terkejut, sikap leta berubah.

"Sayang.... "

"Jangan panggil leta dengan sebutan itu! "

Lagi-lagi mereka terkejut dibuatnya, papa rio melangkah mendekat.

"Jangan coba-coba deketin leta! "

"Ta.... "

"Leta bilang jangan deket-deket leta!! " gertaknya.

"Leta! " pekik nia.

"Mereka orang tua lo! "

Leta berdecih, "orang tua mana yang tega liat anaknya menderita?! "

Hening.

"Gak ada yang bisa jawab kan?! Itu udah ngebuktiin kalo emang kalian gak sayang sama leta!! "

"Leta! "

Leta terdiam, pekikan papa rio membekukan dirinya.

"Sejak kapan kamu kaya gini ta? Berani ngelawan orang tua."

Masih terdiam.

"Kita gak bilang semuanya ke kamu bukan berarti kita gak sayang ta! Kita lakuin itu karena gak mau kamu terlanjur sakit hati! Iyan sakit ta! Buka mata kamu!"

"Papa! Udah.... "

Mama tena segera menarik lengan papa rio. Kini, dia memang kehilangan kesabaran. Tingkah putrinya sudah terlewat batas, kini seseorang tengah berjuang kembali dalam ambang kematian karenanya.

Leta terisak, "leta cape pa.... Cukup! Leta gak mau dipermainin lagi..... Hiks.... "

Perlahan, tubuh leta kembali meluruh. Ia menangkup wajahnya sendiri, kemudian kembali meraung disana.

"Udah, sayang.... "

Mama tena melangkah mendekat, kembali merengkuh putrinya. Kali ini, leta tak memberontak. Ia lelah, tak hanya fisik melainkan batin.

•°•°•°•°•

Seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan justru tengah bermain dalam dunia fantasinya. Mungkin, tuhan tak ingin jika dia merasakan sakit lebih dari ini. Tubuh rapuhnya terlalu banyak mendapat tekanan, kini saatnya tubuh itu beristirahat.

Namun, seolah menentang akan takdir. Jiwanya memberontak, beside monitor itu bergerak tak beraturan. Bulir-bulir keringat membasahi wajahnya, entah apa yang sedang ia rasakan.

Ryan tak tau kini ia berada dimana, hamparan padang rumput terbentang luas didepannya. Sejenak, ia terdiam menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now