{ryan dan leta}👫

1.4K 91 0
                                    

Hari telah berganti, ryan terbangun dari tidurnya. Ia menerjapkan matanya perlahan, kemudian bangkit dari ranjangnya. Dadanya masih terasa sesak, namun itu sudah biasa untuknya.

Ia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Seusai melaksanakan kegiatannya, ia keluar dari kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.

"Pagi bun, ayah.... "

"Udah enakan dek? Kok bajunya kaya gitu? Mau olahraga pagi emang? "

"Iya bun, lama-lama dirumah bikin ryan bosen."

"Tapi kan-"

"Bunda.... Ryan udah enakan. Janji deh gak kumat lagi."

Bunda eva hanya mendesah pasrah, kenyataan satu lagi yang harus ia terima. Ryan tetap keras kepala. Bukan apa-apa, hanya saja ia khawatir tentang keadaan ryan. Terutama tadi malam dr. Rio membeberkan suatu kenyataan yang menyakiti hatinya.

"Ya udah sarapan dulu gih, terus minum obatnya."

S
K
I
P

Ryan berlari pelan menyusuri jalanan kecil di taman, ia tersenyum ketika beberapa orang menyapanya. Di daerah sini, ia terkenal. Dikarenakan ayahnya pemilik perusahaan terbesar diwilayah ini, penduduk disana banyak yang mengenalnya.

Ia menghentikan larinya dibawah pohon rindang, menikmati semilir angin yang menerpa kulit putih pucatnya. Ia mendudukan dirinya, ia sadar bahwa kondisinya masih lemah.

"Yan! "

Pekikan itu membangunkannya, sedikit terkejut memang tapi tak apa. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan sosok leta tengah berlari kearahnya.

"Lo disini juga? "

"Iya, ini tempat favorit gue." ryan membulatkan mulutnya.

Beberapa saat keadaan hening, hingga leta mengajukan pertanyaannya.

"Eh, yan rumah lo dimana sih? "

Ryan terkejut, pertanyaan itu membuat lidahnya terasa kelu. Ia harus menjawab apa?

"Emmm, i-itu.... G-gak jauh kok dari sini."

Leta mengangguk singkat, ia sudah tau dimana rumah ryan. Tapi rasanya, ia ingin segera membuktika kecurigaannya selama ini.

"Oh ya, kemarin kan papa pernah ke rumah lo dia ngapain?"

Lagi dan lagi, ryan harus apa?

"I-itu, abang gue lagi sakit. Jadi dia dateng ke rumah gue."

Leta kembali mengangguk, tak berhenti sampai situ rasa penasarannya.

"Yan, ntar dulu deh. Kok aldi sama mela pernah manggil lo iyan ya? Apa itu panggilan kesayangan lo di rumah? "

Ryan terdiam membeku, darimana leta tau?

"Eh, b-bukan. Lo salah denger kali, katanya aja yang hampir sama."

Leta mengangguk ragu, "yan, nama bunda lo-"

"Stop ta! Kok lo kepo sih? Oh, jangan-jangan lo penasaran ya sama gue? " selidik ryan.

Leta tersadar, "eh, gak! Siapa juga yang mau ngepoin lo?! Jijik gue sama orang kaya lo! "

"Masa? " ryan menaik turunkan alisnya.

"I-iya"

Ryan mendekatkan wajahnya kearah leta, semakin dekat, semakin dekattt, hingga hidung mancung mereka bersentuhan.

"Gue.... Suka sama lo."

Deg

Leta terdiam membeku, mimpikah dia?

1 detik....

2 detik....

3 detik....

4 detik....

Mereka tetap dalam posisi itu, hingga ryan menjauhkan wajahnya. Bukan karena ia malu, melainkan kehabisan napas. Setelah selesai mengembalikan deru nafasnya. Ia sadar leta, leta menatapnya dengan mulut terbuka.

Ia tersenyum jahil, "sayangnya gue bo'ong."

Leta mengubah ekspresinya, "ryan!!! "

Dia berlari mengejar ryan yang tah jauh didepan sana. Mungkin ia terlalu terkejut, hingga tak sadar bahwa ryan telah berlari darinya.

•°•°•°•°•

Ryan menghabiskan waktunya pagi ini bersama leta, aksi kejar-kejaran yang mereka lakukan tadi membuat ryan lelah. Itu alasan untuknya berada di tempat ini, menikmati setiap lelehan es choco yang melewati tenggorokannya.

Ia melihat leta kemudian terkekeh kecil. Rupanya gadis itu masih terlihat kesal, terbukti dengan cara makannya yang tidak beraturan. Lumeran cokelat bertebaran disekeliling bibir mungilnya.

"Apa lo liat-liat?! "

Ryan menggeleng sembari menahan tawanya, banyak orang yang berlalu-lalang memperhatikan mereka ralat lebih tepatnya leta.

"Ih, anak perempuan kok makannya gitu ya"

"Tau, gak malu apa"

"Untung pacar gue gak kaya dia, syukur deh gue dapetnya normal dikit"

Tawa ryan pecah seketika saat melihat leta menggembungkan pipinya kesal. Ucapan terakhir membuat leta kesal, bagaimana tidak? Siapa juga orang yang mau dikata kurang normal atau lebih parahnya lagi tidak normal.

"Hahaha...."

"Tawa lo! "

Ryan mencoba meredakan tawanya, "haha, lagian lo makan dah kaya kambing kelaperan tau gak."

"Eh, ngatain gue kambing lagi. Dasar kunyuk."

"Lo ya yang bilang, gue kan tadi bilangnya kaya. Berarti itu perumpamaan."

"Sehappy lo aja deh! "

Leta membuang muka, ryan kembali tertawa pelan. Tak lama setelah itu, tangannya terjulur untuk meraih tisue didepannya.

"Ta.... "

Leta menoleh, dan

Deg

Ryan mengusap cokelat diwajahnya! Oh tuhan, leta merasa ada debaran aneh di jantungnya.

"Lain kali, kalo makan pelan-pelan."

Leta tak menjawab, dia diam seribu bahasa. Ryan membuang tisue itu ke tempat sampah, dan kembali menatap leta.

Ia terkekeh kecil, "kenapa? "

Leta menggeleng, kemudan kembali memalingkan wajahnya. Saat ryan melanjutkan acara makannya, ia menyentuh pelan dadanya.

"Gue kenapa? " gumamnya.

~°~°~°~°~

Hai!!!

Hayoloh itu leta kenapa?

Jangan-jangan, penyakitnya ryan nular lagi. 😂😂

(*dikata cacar kali)

Abaikan.

Aku cuma mau menyampaikan, kalo ada cerita baru yang menanti kalian disana.

Tapi, dia belum nunjukkin dirinya. Jadi, sabar aja kapan publishnya. 😂😂

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now