{cerita ezra}👦

1.2K 124 9
                                    

Papa Rio dan mama Tena menatap wajah putri pertama mereka bingung. Pasalnya, belakangan ini gadis itu lebih pendiam. Sesekali tampak melamun, berdiam diri di kamar, bahkan sering melewatkan jam makan.

"Kak...."

Nia menoleh, "mama?"

"Kenapa?"

Nia hanya menggeleng sembari tersenyum tipis. Papa Rio menatapnya sendu.

"Kak, papa tau kamu mikirin Abi."

Nia menunduk, pandangannya tak lepas dari putihnya lantai kamarnya.

"Ada masalah apa? Kalian berantem?" Tanya papa Rio, dia mengusap pelan rambut hitam milik putrinya.

"Gak pa, aku cuma ngerasa Abi agak menjauh."

Papa Rio dan mama Tena saling tatap, sedetik kemudian papa Rio mengukir senyum tipis.

"Kamu udah coba telfon dia?"

"Udah pa, tapi gak pernah diangkat. Dia juga gak pernah ngasih kabar, terakhir kita ketemu juga pas di Cafe kemarin." Nia terlihat frustasi, tatapan matanya kosong.

"Kak, dengerin papa. Apa alasan kamu mau jalin hubungan sama Abi?"

Nia mendongak, "karena Abi baik. Dia selalu bantuin aku waktu aku kesusahan, temenin aku waktu aku sendiri, dan dia selalu coba buat ngehibur aku di waktu aku sedih."

Papa Rio kembali mengukir senyum tipis, "kak denger ini baik-baik, papa pernah bilang gak selamanya apa yang kita anggap baik selalu begitu."

"Maksudnya?"

"Coba kamu lihat Dego, kamu tau kan apa yang terjadi setelah Dego pacaran sama Leta."

"Seberapa jauh kita maksa Leta buat berhenti jalin hubungan sama Dego, dia tetep kekeuh mau terus lanjut. Akhirnya? Dia ikut berubah."

Nia kembali menunduk, "maksud papa, perubahan sikap Abi bawa perubahan buat Nia?"

Papa Rio mengusap pelan bahu Nia, "papa yakin kamu ngerti, yang mau papa sampein ke kamu cuma satu. Hati-hati...."

Papa Rio dan mama Tena meninggalkan Nia sendiri, gadis itu tetap termenung. Peringatan papa Rio berdampak besar bagi hatinya, entah kenapa perasaan ragu mulai menjalar menguasainya.

•°•°•°•°•

Ryan menatap taburan bintang di langit malam ini, ia terus memikirkan dengan siapa ia akan pergi ke acara prom night sekaligus ulang tahun sekolah besok.

"Dek...."

Suara berat itu mengalihkan perhatiannya, ia menoleh ke samping. Tampak Ezra tengah tersenyum lembut kearahnya.

"Kok diluar? Dingin, masuk yuk!"

Ryan menggeleng pelan, "gak ah bang, Ryan pengin disini dulu."

Ezra menghela napas pelan, "tetep aja gak baik buat kesehatan lo, masuk."

"Gak!"

"Masuk!"

"Gak!"

"Masuk!"

"Gak!"


"Lo gak mau? Oke, gue gak ngijinin lo ikut prom night besok!" Final Ezra, ia berbalik hendak pergi meninggalkan Ryan. Tapi, secepat kilat Ryan menahan lengannya.

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now