{kesedihan}😢

2.5K 169 2
                                    

Jujur saja, sebenarnya leta ingin menjenguk ryan dirumah sakit. Tempat dimana ia dirawat, tapi keadaan memaksanya untuk mengundur rencana itu.

"Ish, emang gak bisa diundur apa kak? Gue ada urusan"

Sedari tadi leta terus menggerutu sebal dimobil kakaknya, ketika ia pulang tiba-tiba saja nia menjemput dan memaksanya untuk pulang.

"Gak, acaranya nanti malem leta"

"Tapi kan masih ada banyak waktu, lagian leta juga gak bakal pulang sore kok"

"Tetep gak bisa"

Leta menghela napas kesal, entah kenapa ada suatu tarikan untuknya mendekat kearah ryan. Rasa penasaran ketika mela dan aldi menyebut nama 'iyan', rasa penasaran ketika mereka semua memandang ryan khawatir saat ia bertubrukan dengan ryan. Namun, itu semua harus ia kubur.

To: mela

Mel, sorry ya gue gk bisa ikut. Kak nia ada acara sama kak abi

Lama menunggu balasan, akhirnya mela menjawab pesannya.

From: mela

Iya gk papa, oh ya ryan titip salam buat lo. Katanya kangen nih anak buat ngejahilin lo.

Leta mendengus kasar, bisa-bisanya ryan berkata seperti itu terlebih keadaannya sedang sakit seperti sekarang.

To: mela

Vc sekarang la! Gue mau liat muka tuh anak! 😬

Tak lama setelah itu ponselnya bergetar. Ketika ia menekan tombol hijau disana, wajah pucat ryan lebih dulu menyapanya.

"Kenapa? Kangen ya? "

"Idih pd bet sih lo! Siapa juga yang kangen sama cowo nyebelin kaya lo! "

"Eh, gini-gini gue juga ganteng ya. Asal lo tau aja setiap hari pasti ada cewe yang nembak gue"

"Hellooo, ada gitu ya orang kaya lo"

"Ya adalah, terlebih gue makhluk allah yang sempurna. Terbukti dalam 3 hari aja lo udah takluk sama gue"

"Apa?! Enak aja! Gak sudi gue sama cowo nyebelin kaya lo"

"Hhhhh, emang ya lo itu cewe rese"

"Ish, daripada lo! Cowo nyebelin!"

"Rese"

"Nyebelin"

"Rese"

"Nyebelin"

"Re- uhuk.... Uhuk.... "

"....."

"U-dah dulu ya ta, bye"

Tut.... Tut....

Rasa khawatir mulai menghampiri leta, entah kenapa sejak pagi tadi ia merasa khawatir pada ryan. Apa mungkin ini tanda ia mulai jatuh cinta?

•°•°•°•°•

Seusai memutuskan sambungan telepon tadi, ryan terus terbatuk tanpa henti. Hal itu membuat sahabat-sahabatnya khawatir, terutama kedua orang tua serta abangnya.

"Ryan gak papa.... " ryan menahan batuknya yang tak kunjung mereda

"Ayah panggil dokter ya? "

Ryan menggeleng pelan, wajahnya merah padam. Hingga ia merasa dadanya dihantam keras oleh ribuan beton, sakit. Itu yang ia rasakan.

"Arghhhhh"

Ia mencengkram erat dada kirinya, tangan kanannya ia gunakan untuk meremas lengan rendi yang sedari tadi disampingnya.

"RYAN! "

Kalap, ayah vito langsung memencet tombol darurat disamping ranjang ryan. Tak lama kemudian dokter serta beberapa perawat memasuki ruangan itu dengan wajah panik mereka.

Mereka digiring untuk keluar, berharap cemas ketika ruang rawat ryan tertutup. Rasa cemas, khawatir, takut bercampur menjadi satu. Setengah jam kemudian dr. Ardi, dokter pribadi ryan keluar dengan wajah penuh keringatnya.

"Gimana ar? " tanya bunda eva panik

"Ada yang perlu kita omongin"

"Disini aja" jawab ayah vito cepat

Dr. Ardi menghela napas pelan, "sel-sel saraf jantung ryan semakin banyak yang mengalami kelumpuhan. Kita harus secepatnya melakukan transplatasi jantung, makin kesini kondisinya makin memburuk"

Bagaikan ada petir yang menyambar, mereka semua tertunduk dalam. Rasa takut kini mendominasi hati mereka, sungguh ini baru permulaan tapi mengapa waktu ingin cepat mengakhirinya?

Tangis bunda eva pecah, tubuhnya luruh kelantai beruntung ayah vito dengan sigap menahannya. Sedangkan mela dan tika? Mereka sibuk menyembunyikan tangis masing-masing dipelukan aldi dan rendi. Bagi mereka ryan itu adalah cahaya, bagaimana mungkin cahaya itu redup.

"Om bisa sembuhin adek kan? "
Tanya ezra dengan suara bergetar menahan tangis

"Pasti"

Mereka berpelukan, jujur saja dr. ardi menganggap ryan seperti anaknya sendiri. Ia merawat ryan sejak kecil, mana mungkin ia sanggup ditinggalkan oleh ryan begitu saja. Ia berharap kepada tuhan agar dapat memberikan ryan uluran waktu untuk bersama mereka.

•°•°•°•°•

Rendi termenung menatap hamparan rumput kosong didepannya. Ia berada disalah satu tempat dimana ia, ryan, aldi, mela, dan tika bermain dulu. Kini, mereka hanya ber-4 tak ada sosok ryan yang ceria disamping mereka.

"Andai tuhan ngasih gue dua nyawa, pasti akan gue kasih satu nyawa itu buat ryan" ucap rendi pelan, membuat semua kepala menoleh kearahnya

"Maksud lo? "

"Nyawa gue bisa jadi cadangan buat ryan, misalnya nanti dia pe-"

"DIA GAK AKAN PERGI! " potong aldi cepat

"Tap-"

"BERHENTI NGOMONG SEOLAH-OLAH RYAN AKAN MATI! "

Mela mencoba menenangkan aldi yang tersult emosi, dilain sisi aldi adalah sosok yang emosional. Ia memang mudah terusik, terlebih jika itu menyangkut hal tentang ryan.

"Dia gak bakal pergi dari kita! "

Rendi menghela napas pelan, "gue tau, tapi gue cuma takut. Gue gak mau kehilangan dia.... "

Tes

Pertahanan rendi runtuh, kenyataan yang ia terima tadi siang benar-benar membuat perasaannya terkoyak. Tika memeluk rendi, menyalurkan kehangatan yang dimilikinya.

"Tuhan pasti ngasih yang terbaik buat kita"

Mela mengangguk, "gue yakin ryan itu kuat, kita juga harus kaya dia"

~°~°~°~°~

Hai!!!

Langsung up 7 part!!

Jangan bosen buat baca ya guys....

Because, my happy is you went reading my story....

Bye....

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang