{tak peduli}🐇

1.4K 108 5
                                    

Leta melangkah menuruni anak tangga menuju kelasnya. Sebenarnya bel pulang sekolah telah berdering sekitar 10 menit yang lalu, namun kenyamanan yang ia rasa saat bersama dego membuatnya tak ingin meninggalkan tempat itu.

Saat ia sampai di kelas, hanya tasnya saja yang tersisa. Ia segera mengambilnya dan keluar dari sana. Lorong koridor nampak sepi, hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang untuk mengikuti extrakulikuler.

Setibanya di tempat parkir, ia langsung menuju mobilnya dan keluar dari area. Belum setengah perjalanan, ia dikejutkan oleh seorang pengendara motor didepan mobilnya. Pengendara itu terjatuh, tepat di samping trotoar jalan dengan seorang gadis dibelakangnya.

Brakkkk

Pintu ditutup kencang oleh leta, ia berlari menghampiri pengendara itu. Ia hanya khawatir jika saja mereka terluka.

"Eh, kamu berdua gak papa kan?"

Leta menepuk bahu seorang gadis dibelakang pengendara itu.

"Saya-"

Ucapannya terhenti saat melihat siapa yang menepuk bahunya. Ia kaget, dengan segera ia berdiri lalu membantu seorang pemuda didepannya.

"Leta."

Leta hendak berbalik meninggalkan mereka, pupus sudah niatnya untuk menolong. Ia tak ingin berurusan dengan seseorang yang telah menjadi bagian kerusakan hidupnya.

"Ta! "

Gadis itu mencekal tangan leta, namun segera ditepis kasar oleh empunya.

"Gue bisa jelasin! "

Leta tersenyum miring, "basi! Semuanya selesai! "

Ia berbalik, namun lagi-lagi tangannya dicekal. Mau tak mau ia mendorong gadis itu, beruntung seorang pemuda dibelakangnya tadi membantunya.

"Ta! " gertaknya.

"Apa?! Belum puas lo berdua hancurin hidup gue?! "

"Lo kelewatan ta! Mela cuma mau lo ngerti! "

"Ngerti?! Ngerti apa?! Tentang cara lo berdua nutupin semuanya?! Blushit!! "

Ia berlari menjauh menunggalkan mereka, namun suara mela menghentikannya.

"Iyan koma ta! "

Deg

Jantung leta serasa berhenti berdetak. Ia memang membenci ryan, namun hati kecilnya masih menyimpan rasa sayang kepada ryan. Ia melirik sekilas.

"Gue gak peduli! "

Bohong. Memang, ia membohongi perasaannya dengan menyakiti dirinya sendiri.

"Lo berubah ta! "

Leta bergeming.

"Apa karena kita gak kasih tau semuanya sama lo, lo jadi kaya gini?! "

"Yang munafik kita atau lo ta?! "

Leta terdiam, ucapan mela serasa mencabik hatinya.

"Iyan ngelakuin semua ini buat bikin lo bahagia ta! Dia gak mau liat lo sakit karena tau kalo orang yang lo cari selama ini ada disamping lo! Dia lakuin semua ini bukan karena kemauannya, hatinya nuntut buat bikin lo bahagia ta! Harusnya lo tau disini bukan cuma kesalahan dia!!"

Kedua mata leta berkaca-kaca, apakah yang ia lakukan sudah melewati batas?

"Buka mata lo ta! Gue tau, lo gak bener-bener benci sama dia! Lo cinta sama dia! Jangan biarin benih yang iyan tanam di hati lo itu gak tumbuh ta! "

Entah sadar atau tidak setetes air mata meluncur dari sudut mata leta. Ia terdiam sejenak, kemudian menepis air matanya kasar.

"Gue gak peduli! Sekalipun gue biarin benih itu tumbuh, dia akan tetep mati! Dan itu karena kalian! "

Kini, giliran mela dan aldi yang terdiam.

"Kalian biarin hujan guyur benih itu, buat tanah yang menimbunnya basah karena genangan air. Bukan hanya itu, kalian juga biarin kilat petir menyambar tempat benih itu. Seharusnya kalian tau, sekarang benih itu hangus. Tanpa sisa!"

Leta berlari menuju mobilnya dengan air mata semakin banyak menetes melewati pipi manisnya.

Mela terisak, dengan segera aldi membawanya kedalam pelukannya. Bahkan, mereka tak peduli akan luka yang mereka dapat setelah kecelakaan tadi.

Bagi mereka, luka itu dapat mereka sembuhkan. Namun, luka dihati mereka sulit untuk disembuhkan.

Akankah ini awal sesungguhnya dari penderitaan seorang ryan?

•°•°•°•°•

Hai!!

Btw, chap ini sedikit banget ya??

Sorry.... Wattpad error, sebagian cerita yang aku tulis di chap ini ilang.... 😖😖

So, buat gantinya. Chap selanjutnya bakal aku buat lebih panjang. Ditunggu ya....

Cokelat love story (END) Where stories live. Discover now