[2] His Words

18.8K 1K 0
                                    

Setelah pertemuannya dengan dua pria brengsek, hari itu Anna benar-benar tidak mood.

Dan untuk kesekian kalinya, Revan menanyakan hal yang sama kembali.

"Apa kau yakin kau baik-baik saja?"

"Yeah. I'm okay."

"Oh, Anna. Kau berbohong padaku. Sudahlah, lupakan tentang pria bodoh itu, okay?"

"Kau tahu sendiri bahwa aku tak punya rencana untuk meracuninya! Kita bahkan tak kenal satu sama lain! Dia gila apa?!" Akhirnya Anna memuntahkan segala emosinya.

"Yeah, I know. Pria itu memang brengsek. It's okay, Anna. Everything will be alright." Revan menepuk bahu Anna pelan dan tersenyum pada wanita itu.

Anna membalas senyuman Revan.

"Thanks, karena selalu ada untukku."

"Your welcome, beautiful." Revan mengedipkan satu matanya dan berjalan keluar dari ruangan itu.

***

Anna pulang dengan membawa beberapa barang belanjaan. 30 menit yang lalu, Rebecca mengirim pesan padanya untuk membeli bahan makanan untuk besok. Tentu saja Anna tak lupa membeli snack untuk menemani begadangnya pada saat menulis nantinya.

Anna memasukkan passcode rumahnya dan membuka pintu.

"Becca!" Anna berseru, dan beberapa saat kemudian Rebecca keluar dari kamar tidurnya.

"Hey, Anna. Sudah membeli pesananku?"

"Of course. Kuletakkan di meja."

"Okay. Thanks."

"No problem." Anna melangkahkan kakinya menuju ke kamar. Setibanya di kamar, Anna langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.

'Hari yang benar-benar melelahkan.'

Saat memejamkan mata, tiba-tiba perkataan pria idiot itu terngiang di kepalanya.

'Lihatlah saja apa yang bisa kulakukan padamu.' Anna mengerang dan memukul kepalanya saat kembali mengingat ucapan pria itu.

'Seperti kau akan berjumpa dengannya lagi, Anna. Just forget about it.' Anna mencari posisi ternyaman, dan setelah beberapa saat, dirinya terlelap.

***

"Wake up, Sis." Anna bisa merasakan ranjangnya bergetar, terpaksa membuatnya membuka mata.

Anna bisa melihat Glenn yang sedang asyik melompat-lompat di atas ranjangnya, memang sengaja menggodanya.

"Stupid. Turun!" Anna menendang kaki Glenn, membuat adiknya itu terguling dari ranjangnya.

"Sakit, bodoh!" Glenn menghampiri Anna dan ingin memukulnya.

"Kau berani menyentuhku, kau mati!" Anna berteriak. Glenn yang mendapat ancaman tersebut otomatis langsung terdiam.

"Kau seperti nenek sihir saat bangun tidur." Glenn memutar bola matanya.

"Entahlah. Intinya, cepatlah bangun dan turun! Semua sudah menunggumu." Dalam sekejap, Glenn sudah tidak berada dalam kamar Anna.

***

"Hey, ada apa dengan wajahmu? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Setelah kejadian ancaman pria itu, Anna baru saja bertemu dengan pamannya saat ini, jadi Christian memang belum melihat keadaannya sejak kemarin.

"I'm okay, thanks."

"What happened?" Christian menatap mata Anna, meminta kejujuran dari keponakannya.

"Tidak ada, Uncle. Hanya mendapat ancaman bodoh dari salah satu pelangganku." Anna memutar bola matanya.

Christian menatap istrinya, yang hanya ditanggapi dengan gelengan dari Rebecca, menandakan bahwa Rebecca tak tahu mengenai apa yang terjadi pada Anna kemarin.

"Ingatlah, Anna. Jika ada masalah, kau bisa membicarakannya denganku atau Becca. Kau paham?"

"Yeah, Uncle. Thanks." Anna kembali memfokuskan pandangannya ke makanan yang baru saja dihidangkan.

Bukannya sedih, Anna hanya tidak mood. Dan alasan dia tidak mood adalah pria bodoh itu!

***

"Hey, Anna. Ayo pergi ke club Sabtu malam!" Baru saja mengangkat telepon dari Pamela, dia sudah mendengar suara bersemangat dari sahabatnya itu.

"Hey, Pam. Dengan siapa saja? Aku tak menjamin bisa."

"Berdua mungkin? Aku belum mengajak siapapun selain kau. Kau harus bisa! Ayolah, Anna. Jangan membosankan."

"I'm busy, Pam. Masih banyak yang harus..."

"Sabtu adalah hari liburmu, okay? Sudahlah. Kau juga butuh inspirasi untuk menulis novelmu, bukan? Siapa tahu kau bisa menemukan inspirasi waktu kau keluar dari rumah untuk bersenang-senang."

Anna sangat tahu bahwa perkataan Pamela tidak ada benarnya sama sekali. Setiap pergi ke club, Anna akan mabuk sehingga tak mungkin dia bisa mencari inspirasi disana. Pamela hanya membujuknya agar dia ingin hangout bersama wanita itu.

"Fine. I'll go with you. Tapi jangan terlalu lama. Aku tidak ingin sakit karena kelelahan. Akhir-akhir ini tubuhku tidak terlalu fit."

"Okay, Anna. Yay, I'm so happy. Kau memang benar-benar sahabatku. Sudah dulu, Anna. Bye. I love you." Sambungan langsung terputus secara sepihak.

Anna hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu meletakkan smartphonenya di atas meja.

Anna kembali membaringkan tubuhnya dan memilih untuk segera tidur. Dua hari lagi, tinggal dua hari dan dia akan mabuk dan melupakan perkataan pria itu yang masih saja terngiang-ngiang di kepalanya.

Next update: Rabu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang