[21] Marry Me?

12.8K 783 4
                                    

Danzell dan Anna duduk bersebelahan dalam mobil. Kini mereka menempuh perjalanan menuju ke rumah Anna.

Tadi siang mereka habiskan untuk makan siang bersama di restoran ternama. Awalnya Anna mengomel karena Danzell memaksa untuk membayarkan makanan wanita itu. Tetapi siapa yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Danzell?

Setelah tiba tepat di depan rumah Anna, Danzell mencegah Anna untuk turun dari mobil.

"Anna."

"Mmm?"

"Maukah kau menikah denganku?"

"A... Apa?" Anna merasakan jantungnya berdebar-debar saat ini. Apa pria itu baru saja melamarnya?

"Kau tahu... Mom sangat ingin agar aku cepat menikah. Akan..."

"Oh." Entah kenapa hati Anna diliputi kesedihan saat ini.

Kini dia sadar bahwa apa yang dikatakan pria itu, mengenai Danzell yang mencintai dirinya, semuanya hanyalah khayalan.

Pria itu benar-benar mempermainkannya. Bisa-bisanya dia melamarnya karena ingin memenuhi permintaan ibunya? Bukan atas dasar cinta.

Anna sangat kecewa dan kesal pada Danzell saat ini.

"Entahlah, Danzell. Aku lelah saat ini." Anna melepas sabuk pengamannya, bersiap-siap turun.

"Anna? Kau kenapa?" Danzell merasa bingung dengan perubahan sikap Anna. Wanita itu memanggilnya 'Danzell'? Dia selalu memanggil dirinya 'Danny'.

"I'm okay. Sudah dulu. Bye." Anna tersenyum kecil, lalu melambaikan tangannya.

Anna masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh ke belakang sama sekali.

***

Perlakuan Danzell padanya selama beberapa minggu terakhir ini terlihat romantis. Pria itu terus menerus mengiriminya bunga mawar di tengah kesibukan pria itu, yang entah melakukan apa.

Tetapi perkataan Danzell beberapa waktu yang lalu sudah cukup membuat Anna sakit hati.

Anna masih emosi pada pria itu dan tak menganggap Danzell yang meneleponnya. Sesekali Anna tak sengaja membaca pesan yang dikirim pria itu.

Danzell bertanya apa dirinya baik-baik saja, lalu kenapa dia tak pernah menjawab telepon dari pria itu. Tetapi lihatlah pria itu, sampai sekarang dia tak pernah mengunjunginya! Pria itu tak pernah berjuang untuknya dan dia melamarnya?! Dasar pria idiot!

"Anna, turunlah. Ada tamu untukmu." Anna memutar bola matanya, merasa terganggu karena sekarang dia sedang menulis.

Anna melangkahkan kakinya keluar kamar dan turun. Anna terkejut saat melihat Revan ada di ruang tengah bersama dengan Rebecca.

"Revan? What are you doing in here?" Revan mengangkat jaketnya tinggi-tinggi, sambil menunjukkan sederet gigi putihnya.

"Kau lupa membawa pulang ini."

"Oh My God. Thank you, Revan. Tapi sebenarnya kau tak perlu melakukan ini." Anna menyengir.

"It's okay. Lagipula aku ingin mampir ke tempat dekat rumahmu setelah ini."

"Oh. Okay."

Selama beberapa menit mereka mengobrol, Revan pamit pulang.

Saat Anna mengantar Revan sampai ke depan pintu, tiba-tiba matanya teralihkan ke mobil yang familiar di matanya, tetapi Anna berusaha untuk tak memikirkannya.

Setelah Revan pergi, Anna baru saja akan masuk ke rumahnya, tetapi dicegah oleh suara Danzell.

"Anna." Anna menoleh sekilas ke arah Danzell dan memutar bola matanya. Saat ini dia malas melihat pria itu. Malas. Sangat malas!

Anna hampir saja menutup pintunya, tetapi terhalang karena pria itu menyelipkan kaki kanannya di pintu, membuat Anna tak bisa menutupnya.

"Apa yang kau inginkan, Danzell?"

"Jangan panggil aku itu, Anna." Danzell menghela napas. Dia sangat ingin mendengar Anna memanggilnya 'Danny'.

"Lalu kau ingin aku memanggilmu 'idiot'? Cepat katakan apa yang ingin kau katakan."

"Apa yang pria itu lakukan di rumahmu?"

"Dia hanya ingin mengantar jaketku yang ketinggalan, bodoh. Hanya itu yang ingin kau tanyakan?" Anna memutar bola matanya.

"Kau marah padaku?"

"Nope. Apa kau sudah selesai berbicara?"

"Kau berbohong padaku." Danzell berusaha menatap mata Anna, tetapi wanita itu terus menghindari tatapan matanya.

"Katakan apa yang kau inginkan, lalu pergi dari sini!" Mata Anna sudah mulai berkaca-kaca.

"Kau tidak mau menikah..."

"Menikah? Itu yang kau inginkan, Danzell? Fine. Ayo kita menikah. Bahkan jika sekarang..."

"Anna. Kau kenapa?" Kini Danzell melembutkan suaranya, berusaha mengontrol dirinya yang kini sudah emosi karena melihat ada pria lain keluar dari rumah wanita itu.

"Aku tidak apa-apa, Danzell. Ayo. Kapan kita menikah?" Anna mengatakan itu sambil tersenyum, tetapi bukan dengan senyum yang biasa wanita itu tunjukkan padanya. Anna tersenyum dengan terpaksa.

"I'm sorry, okay? Apapun kesalahanku, tolong maafkan aku." Danzell menghela napas, lalu mengacak-acak rambutnya.

Setelah 2 minggu tidak bertemu Anna, sekarang di saat mereka bisa bertemu, Anna justru marah padanya.

"Aku akan pulang jika kau tidak mau berbicara denganku. Aku akan memberimu waktu, Anna. Tapi jika kau sudah siap berbicara padaku, telepon aku." Danzell tersenyum, menatap Anna dengan seksama, berusaha mengingat wajah wanita itu dengan jelas.

Danzell membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari rumah Anna.

Next update: Kamis

(Besok author ujian nih 😭 Doain sukses ya 💜💜 Love you all!!)

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now