[20] Teach You

12.5K 803 8
                                    

Bunyi klakson mobil membuat Anna yang sedari tadi memainkan game di smartphonenya, langsung tersenyum dan berjalan ke arah jendela.

Anna melihat Danzell yang sedang melambai-lambaikan tangannya, menunggunya untuk segera turun.

Anna berlari-lari kecil, dan saat dia sedang mengambil flat shoes di rak sepatu, suara Rebecca menginterupsi.

"Date, Anna?"

"Bisa dibilang begitu." Anna tersenyum cerah.

"Oh, my little Anna. Kau sudah dewasa sekarang."

"Becca! Jangan berlebihan." Anna tertawa kecil, lalu datang menghampiri Rebecca dan mencium pipinya singkat.

Anna pamit, lalu berjalan keluar dari rumahnya dan menghampiri Danzell.

"Hey, Danny."

"Hey." Danzell mengamati Anna dari atas sampai bawah. Wanita itu terlihat cantik dengan menggunakan dress santai berwarna putih dan flat shoes hitam. Belum lagi makeup natural yang dikenakan wanita itu membuatnya terlihat sederhana tapi cantik.

"You look beautiful." Danzell menunjukkan deretan gigi putihnya.

"You look handsome too, Danny." Danzell tertawa kecil, lalu menyuruh Anna untuk masuk ke dalam mobil.

Perjalanan kali ini mereka tempuh dengan mengobrol asyik tentang apapun.

Tak terasa, mereka sudah tiba ke tempat tujuan mereka, rumah orang tua Danzell.

***

"Anna, sayang." Belinda langsung menghampiri Anna dan memeluknya erat.

"Sudah lama tak berjumpa denganmu." Anna hanya menanggapi dengan meringis, tak tahu mau menjawab apa.

"Bagaimana? Sudah hamil?" Belinda mengelus perut Anna, membuat suasana jadi awkward.

"Mom!"

"Kapan kalian menikah?" Belinda mengganti topik pembicaraan mereka, tetapi masih dalam lingkup pernikahan.

"Mom, aku sudah meminta Mom untuk memberiku waktu 3 bulan."

"Dan setengah waktu yang kau minta sudah berakhir, Danzell."

Anna yang tak paham apa yang dibicarakan pasangan ibu dan anak itu hanya meringis, pura-pura paham.

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan orang tua Danzell, kini mereka duduk berdua di halaman belakang tempat kolam renang berada.

"Apa yang kau katakan tadi, Danny? 3 bulan? 3 bulan untuk apa?"

"Untuk membuatmu jatuh cinta, Anna." Danzell mengedipkan mata kirinya.

"Jangan bercanda." Anna memukul pelan lengan Danzell. Danzell pun kali ini sedang ingin bermain-main dengan Anna. Dia pura-pura kesakitan dengan pukulan yang baru saja diberikan oleh Anna.

"Ah. Anna, ini sangat sakit."

"Bodoh. Aku tak akan tertipu olehmu." Danzell terus mengeluh, membuat Anna jadi panik sekarang.

"Danzell, please. Jangan bercanda." Kini Anna sudah bangkit dari kursinya dan berdiri tepat di samping Danzell.

Saat itu juga, Danzell menangkap lengan Anna dan membawa wanita itu ke pelukannya.

Anna berada di atas Danzell saat ini, dan mereka sedang bertatapan.

"Danzell. Lepaskan aku."

"Nope."

"Danzell! Aku sedang tidak bercanda, idiot!" Anna meronta-ronta, mencoba melepaskan dirinya dari Danzell, yang pastinya memiliki tenaga lebih kuat.

"Don't call me idiot, Anna. Kau tahu sendiri aku pintar." Danzell tertawa kecil.

"Lepaskan aku, Danny." Anna sudah mulai lelah, lalu sekarang memilih untuk diam dan menatap Danzell.

"Anna. Aku ingin bertanya sesuatu padamu." Mendengar nada serius dari Danzell membuat Anna jadi panik. Jantungnya mulai berdebar tidak normal. Bisa-bisa pria itu merasakan debaran jantungnya yang sangat kencang saat ini.

"A... Apa?"

"Apa kau sudah mulai mencintaiku?" Wajah Anna langsung memucat. Mendengar perkataan Danzell membuatnya semakin tak bisa berpikir dengan normal.

"A... Aku..." Anna meneguk ludahnya. Dia benar-benar tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Danzell yang menyadari kepanikan dari Anna, tidak memaksa wanita itu untuk melanjutkan kata-katanya.

"Kuharap kau mulai mencintaiku, Anna. Karena aku sudah mengalaminya." Danzell mendekatkan wajah mereka, lalu mencium Anna.

Awalnya dia hanya menempelkan bibir mereka. Tetapi tidak menerima penolakan dari Anna, Danzell memperdalam ciuman mereka.

Anna, yang tidak pernah berhubungan intim seperti ini dengan seorang pria, berusaha untuk mengimbangi kemampuan mencium Danzell.

Mereka berhenti berciuman saat sama-sama kehabisan napas.

Karena Anna terlalu malu untuk menatap Danzell saat ini, dia langsung memendam wajahnya di dada pria itu.

"Aku malu." Anna berkata sambil tetap memendam wajahnya.

"It's okay, babe." Danzell tertawa, lalu menegakkan tubuhnya yang tadi berselonjor di kursi kolam renang.

"Mengakulah, Anna."

"Men... Mengaku apa?" Entah kenapa dia jadi tergagap sekarang. Mungkin karena dirinya masih malu?

"Kau tidak pernah berciuman dengan pria?" Bingo!

"Haruskah kita..."

"Kau masih belum berpengalaman dalam berciuman, Anna." Danzell tertawa kecil, sedangkan Anna berusaha untuk memendam rasa malunya.

'Oh, God. Lenyapkan aku dari dunia ini sekarang juga.'

"Tapi tak apa. Aku akan mengajarimu bagaimana cara memberikan ciuman yang benar." Danzell bangkit dari kursinya dan menggandeng tangan Anna, mengajak wanita itu untuk pergi makan siang dengannya.

Next update: Rabu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now