[19] Have Fun

12.5K 822 6
                                    

Anna mengetuk pintu kamar pamannya, tetapi tak kunjung dibuka. Karena sudah tak sabaran, Anna membuka pintu itu perlahan dan melihat pamannya itu sedang berciuman dengan istrinya.

"Oh, come on, guys." Pamannya langsung berdiri dan mendatangi Anna. Lain halnya dengan Rebecca yang memilih untuk menutupi wajahnya dengan selimut, malu.

"Ada apa, Anna? Apa dia berbuat macam-macam padamu?"

"No, Uncle! Danny... Maksudku, Danzell... Dia ingin berbicara dengan Uncle."

"Ada apa? Dia menggangguku saja."

"Oh, ayolah, Uncle. Becca bisa menunggu. Benar, bukan?" Anna meminta persetujuan dari Rebecca, yang hanya menjawab 'iya' dari balik selimut.

Christian ditemani Anna turun dan menghadap Danzell.

"What do you want?"

"Saya ingin meminta ijin untuk..."

"Tidak." Christian langsung menyela perkataan Danzell yang belum terselesaikan. Pria itu ingin mengajak keponakannya pergi? Tidak akan pernah dia ijinkan!

"Uncle Chris." Anna memegang lengan pamannya itu, memohon agar Christian mau mendengarkan Danzell.

"Saya ingin mengajak Anna pergi besok. Saya berjanji akan menjaga Anna, Mr. Spencer."

"Aku tidak bisa mempercayaimu." Christian menatap Danzell dengan serius, begitu juga sebaliknya.

"Please, Mr. Spencer. Saya berjanji Anna akan baik-baik saja." Seumur-umur, Danzell tak pernah memohon pada siapapun. Dan saat ini? Apa yang dia lakukan?!

"Uncle, please. Selama ini Danzell selalu bisa menjagaku. Please." Anna memberikan wajah memelasnya pada pamannya, memohon agar diijinkan pergi oleh Danzell.

"Okay. Tapi ingat, ini hanya demi Anna. Dan jaga keponakanku baik-baik. Jika sampai terjadi sesuatu padanya, kau akan berhadapan denganku."

"Aku berjanji tidak akan menghadapmu, Mr. Spencer. Thank you so much."

"Yay. Thank you, Uncle. I love you." Anna mengecup pipi pamannya, yang dibalas pelukan oleh Christian.

Christian mendekatkan bibirnya ke telinga Anna dan membisikkan sesuatu.

"Jangan menggangguku lagi untuk malam ini, okay? Aku ada urusan dengan Rebecca." Ucapan pamannya membuat Anna tertawa, lalu wanita itu langsung menganggukkan kepalanya.

Saat ini tinggal Anna dan Danzell di ruang tengah.

"Kau tidak ingin pulang, Danny?"

"Kau mengusirku, Anna? Setelah aku berhasil memohon dan membujuk pamanmu?"

"No... Aku tidak bermaksud mengusirmu."

"Yeah. I know it." Danzell tertawa.

"Nope... Aku tak akan pulang sekarang, darling. Aku masih ingin melihatmu." Perkataan Danzell membuat pipi Anna memerah.

"La... Lalu apa yang ingin kau lakukan?"

"Entahlah... Mungkin kau ingin memelukku, Anna? Aku kedinginan." Danzell berpura-pura kedinginan, menggosok-gosokkan kedua tangannya.

"Jangan modus, Danny." Hening beberapa saat, lalu Anna berkata-kata.

"Oh... Kurasa aku tahu apa yang bisa kita lakukan."

Anna tertawa kecil, lalu berjalan meninggalkan Danzell.

***

Kini mereka berempat duduk di ruang tengah, asyik bermain kartu.

Tetapi di dalam hati, Danzell terus mengomel. Anna pasti bercanda. Di saat-saat dia bisa menghabiskan waktu BERDUA dengan wanita itu,Anna malah memilih untuk memanggil kedua adiknya untuk bermain bersama dengan mereka. Tidak kurang luar biasa bagaimana lagi wanita yang disukainya itu?

"Kau kalah, Danzell." Glenn tertawa senang, lalu kini tinggal Anna, Glenn, dan Gabriel yang masih ada dalam permainan.

Sebenarnya Danzell tak pernah peduli jika dia kalah dalam permainan.

Danzell memilih untuk memperhatikan Anna. Wanita itu sangat ekspresif. Saat dirinya hampir menang, Anna akan tertawa sambil bertepuk tangan. Saat dirinya terancam kalah, dia akan mengerucutkan bibirnya.

Danzell sudah puas hanya dengan memperhatikan Anna.

Setelah beberapa saat bermain, akhirnya terlihatlah siapa pemenangnya.

"Aku menang!" Anna meletakkan kartu terakhirnya di depan wajah kedua adiknya, lalu tertawa keras.

Glenn mengeluh, sedangkan Gabriel memutar bola matanya.

Saat itu, Anna menguap sambil mengucek matanya, menandakan bahwa dia mengantuk.

"Tidurlah jika kau mengantuk, Anna." Danzell mengacak pelan rambut Anna, sekali lagi membuat Anna tersipu malu.

"Oh, come on. Kalian menjijikkan." Glenn memutar bola matanya dan berdiri, tidak tertarik melihat adegan romantis apapun yang ditunjukkan di depan matanya.

"Kau akan pulang sekarang?" Anna bertanya pada Danzell dalam keadaan setengah sadar.

"Mmm. Kau tidurlah. Aku akan pulang setelah kau naik."

"Baiklah." Anna melambaikan tangannya, lalu naik ke kamarnya. Dia terlalu lelah saat ini.

Sedangkan Danzell mengamati Anna sampai wanita itu hilang dari pandangannya.

"Kau jatuh cinta pada kakakku."

"Mmm... I think so."

"Kurasa kau pria yang baik." Gabriel menatap Danzell dengan serius.

"Kuharap kau bisa menjaga Anna. Mungkin kau akan sering melihat kekeraskepalaannya. Tetapi di balik itu semua, dia adalah wanita yang rapuh." Danzell mengangguk, lalu menepuk bahu Gabriel.

"Aku berjanji akan menjaganya, Gabriel. Untukmu, untuknya, dan untuk diriku sendiri."

"Okay. Aku percaya padamu."

"Saatnya aku pulang. Aku pamit dulu, Gabriel. Sampaikan salamku pada orang tuamu."

"Okay."

Danzell berjalan keluar dari rumah Anna dan masuk ke mobilnya, lalu tersenyum.

Hari ini dirinya cukup senang. Bisa menemui Anna adalah hal yang membuat dirinya gembira, belum lagi paman wanita itu mengijinkan dirinya untuk pergi bersama dengan Anna esok hari. Dan dia baru teringat perkataan Anna pada saat itu, bahwa dia harus berkenalan dengan kedua adiknya.

Mungkin karena itu Anna lebih memilih menghabiskan waktu mereka bersama dengan Glenn dan Gabriel.

Danzell menyalakan mesin mobilnya. Sebelum menyetir mobilnya menjauh dari rumah Anna, Danzell menyempatkan waktu untuk melihat ke atas, yang kemungkinan adalah kamar Anna, lalu tersenyum kecil membayangkan bagaimana wajah konyol Anna saat tertidur.

***

"Glenn... Bisakah kau mengatakan pada Mom dan Dad bahwa Danzell baru saja pulang?"

"Kau saja..."

"Oh, ayolah. Aku lupa menyampaikannya tadi. Lagipula, kau juga mau mengambil minum, bukan?"

Glenn menggerutu, lalu akhirnya setuju akan permintaan kembarannya.

Glenn mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih, lalu berjalan ke kamar orang tuanya dan membukanya.

"Mom, Dad. Danzell..."

"What the hell, Glenn. Tutup pintunya!"

Glenn langsung menutup pintu tanpa perlu diingatkan lagi. Glenn menggerutu selama perjalanan kembalinya menuju ke kamar.

Awas saja Gabriel!

Maaf ya kemarin aku ga update 😭 Aku kecapekan kemarin hehehe.. Terima kasih atas pengertiannya 💜💜

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ