[18] Uncle Chris

12.7K 822 3
                                    

"Uncle Chris? Apa yang kau lakukan?" Awalnya Anna bermaksud untuk turun dan mengambil minuman, tapi terhenti ketika melihat pamannya memukul wajah seseorang.

Anna tidak bisa tahu siapa yang pamannya tinju, karena orang itu membelakanginya.

Anna berjalan mendekat dan melihat Danzell yang wajahnya sudah babak belur.

"Danny?"

"Uncle. Apa yang Uncle lakukan?" Anna berusaha menyingkirkan pamannya dari Danzell.

Anna melihat luka di wajah Danzell dan merabanya, membuat pria itu meringis.

"Jangan larang aku untuk mengobatinya, Uncle! Uncle yang membuatnya jadi seperti ini." Anna berjalan ke lemari, tempat dimana kotak P3K berada. Sedangkan Christian terus memperhatikan Danzell.

"Uncle... Masuklah ke kamar. Danzell tidak akan berbuat jahat padaku."

"Nope. Uncle akan menemanimu disini. Uncle tidak mau pria brengsek ini membawamu pergi lagi."

"Aku berjanji akan tetap disini." Anna menatap pamannya dengan berani.

"Sekarang bisa tinggalkan aku dan Danzell sendiri?" Christian berdecak kesal, lalu masuk ke dalam kamarnya.

Kini Anna menyuruh Danzell untuk duduk di sofa.

Anna mengeluarkan obat dan mengoleskannya pada luka Danzell.

"Kenapa kau datang kesini lagi? Kau seperti cari mati, asal kau tahu saja."

"Aku sudah berjanji akan menemuimu lagi, bukan begitu, Anna?" Danzell menatap mata indah milik Anna.

"Thanks... Sudah menepati janjimu."

"Anna... Maafkan aku karena membuatmu takut padaku."

"Mmm... It's okay."

"Tapi aku ingin bertanya sesuatu padamu... Apa ini rahasia yang kau bicarakan saat itu? Membunuh orang adalah rahasiamu?"

"Bukan itu, Anna... Dengarkan, mungkin ini terdengar tidak masuk akal bagimu, tapi inilah yang sebenarnya. Aku adalah seorang mafia, Anna."

"Apa?! Kau... Kau berbohong. Kau berkata bahwa kau adalah seorang CEO..."

"CEO hanya untuk menutupi bahwa aku seorang mafia, Anna. Aku hanya sedikit membantu ayahku disana, tetapi sepenuhnya... Aku adalah seorang mafia."

"No way..." Anna menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Oleh karena itu, semuanya terlihat masuk akal, bukan? Bagaimana beberapa kali kau mendengar tembakan di saat kau bersama denganku? Karena akulah incaran mereka, Anna."

"Lalu kenapa kau harus melindungiku? Bukannya mereka..."

"Mereka tahu bahwa menangkapku bukanlah hal yang mudah, Anna. Melukai orang yang kusayang adalah salah satu ide mereka, karena mereka tahu bahwa orang terdekatku sangatlah berharga untukku."

Jantung Anna berdebar semakin kencang. Bukankah ini berarti, secara tidak langsung Danzell berkata bahwa dirinya adalah orang yang pria itu sayang?

Anna berusaha menghilangkan pikiran tidak masuk akalnya itu, dan mengontrol kerja jantungnya.

"La... Lalu kenapa mereka tidak menyerang orang tuamu saja?"

"Kau tidak tahu bahwa rumah orang tuaku selalu dijaga ketat oleh bodyguard? Mereka aman, Anna. Tapi kau... Aku bisa-bisa dibunuh oleh pamanmu jika berusaha melindungimu, karena selama ini aku selalu saja menempatkanmu dalam bahaya." Danzell meringis sedih.

"No, Danny. Kau selalu menjagaku. Dan kau berhasil... Buktinya aku masih ada disini sampai sekarang."

"Tapi aku membuatmu..."

Bunyi smartphone Danzell membuat percakapan mereka terhenti.

Danzell melihat ibunya yang meneleponnya. Danzell langsung mengangkatnya.

"Halo, Mom? Are you okay?"

"I'm okay, Danzell. Bagaimana? Apa ada kabar baik untuk Mom? Kapan kau membawa Anna untuk berkunjung kesini? Mom sudah merindukannya."

"Sebenarnya aku sedang bersama dengan Anna saat ini, Mom. Bisakah Mom..."

"Tentu. Mom akan memutus sambungan telepon sekarang. Nikmati waktumu dengannya, Danzell. Sampaikan salam untuk Anna. Jangan lupa mengajak Anna berkunjung ke rumah Mom besok. Bye-bye." Saat itu juga, sambungan telepon diputus secara sepihak.

Danzell hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat betapa gembiranya ibunya saat mengetahui bahwa dirinya menghabiskan waktu bersama dengan Anna.

"Anna."

"Mmm?"

"Bisakah kau besok datang bersamaku ke rumah Mom? Dia merindukanmu."

"I... I don't know, Danny. Uncle Chris belum tentu mengijinkanku."

"Biar aku yang berbicara dengannya, Anna. Tapi kau mau, bukan?"

"Ten... Tentu saja."

"Baiklah. Bisa tolong panggilkan pamanmu, Anna?"

"Sure." Anna tertawa kecil saat melihat wajah Danzell berubah tegang.

Oh, God. Apa pamannya semenakutkan itu? Lalu bagaimana dia bisa memiliki pria jika mempunyai paman yang sangat protektif seperti seorang Christian Spencer?

Next update: Senin

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang