[6] Awkward

17.2K 985 4
                                    

"Good morning, Miss. Spencer." Anna merasa terganggu dengan sinar matahari yang mulai memasuki celah-celah tirai dan suara orang yang menyapanya.

'Tunggu sebentar. Dari mana dia mengetahui namaku?'

Anna membuka matanya yang terasa berat dan melihat Madeline sudah berdiri di samping ranjang yang dia tiduri sambil memasang senyum di wajahnya.

"Good morning. Bagaimana kau mengetahui namaku, Madeline?" Madeline yang diberi pertanyaan oleh Anna hanya menyengir.

"I don't know, Miss. Spencer. Tapi kurasa kemarin atau tadi pagi, Mr. Linwood mencari informasi tentangmu, dan beliau memberi tahu Saya."

"Oh. I see." Anna terpaku. Iya juga. Pria ini adalah orang kaya. Anna rasa tidak sulit bagi pria itu untuk mencari informasi sesuka hatinya.

"Miss. Spencer, Saya ingin..."

"Tunggu sebentar. Jangan memanggilku 'Miss. Spencer', okay? Cukup panggil aku Anna." Anna tersenyum.

"Okay, Anna. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Anda disuruh oleh Mr. Linwood untuk bersiap-siap karena beliau akan mengajak Anda mendatangi sebuah acara."

"Aku tidak pernah setuju dengan ajakannya. Lagipula, dia tak pernah..." Ucapan Anna terpotong dengan pintu yang baru saja dibuka dari luar, menunjukkan wajah Danzell yang segar sehabis mandi.

Jujur saja, Anna sempat terpesona melihat pria itu.

"Madeline. Kau bisa keluar sekarang. Biar aku membujuknya." Madeline mengangguk, tersenyum sekali lagi ke arah Anna, lalu berjalan keluar dari kamar tamu tersebut.

"So... Perkenalkan. Namaku Danzell Linwood. Kau bisa memanggilku Danzell, atau Dan, atau apapun yang membuatmu nyaman."

"Okay. Aku nyaman memanggilmu 'idiot'. Apa itu tidak apa-apa bagimu?" Anna memberikan smirk pada Danzell.

"Yeah. It's okay, darling. Tapi aku tahu bahwa kau tak akan sanggup memanggilku 'idiot' selamanya." Danzell kembali memberikan smirk pada Anna.

"Aku ingin kau untuk bersiap-siap karena nanti sore kita akan pergi ke acara yang diadakan oleh kerabatku."

"Aku tidak pernah setuju!"

"Oh, darling. Kau akan setuju. Kau tidak mau sesuatu terjadi pada Christian Spencer, bukan?" Anna bisa merasakan jantungnya berdetak semakin kencang. Pria ini!

Anna tidak akan pernah membiarkan orang lain membahayakan nyawa keluarganya!

"Kau! Jangan berani-berani..."

"Atau mungkin Rebecca, istri pamanmu? Atau mungkin Glenn dan Gabriel, adik tercintamu? Kau mau mereka..."

"Fine. Aku akan ikut denganmu. Tapi jangan lakukan apapun pada keluargaku!" Anna menatap Danzell dengan penuh kebencian.

"Okay. Mereka aman saat ini, Anna. Oh, iya. Satu hal lagi. Aku ingin kau memperkenalkan dirimu sebagai kekasihku."

"What the hell! No..."

"Anna. Aku sudah memperingatkanmu." Anna mengepalkan tangannya, ingin sekali menonjok wajah tampan pria itu.

"Fine." Anna menghela napas. Danzell memberikan senyuman terakhirnya, bangga karena dia sudah menang dari Anna kali ini. Dalam sekejap, pria itu sudah keluar dari ruangan yang ditempati Anna.

***

"Good afternoon, Miss. Spencer. I'm Stephanie, and today I will do your makeup." Anna tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Baru saja menyegarkan diri, Anna sudah harus duduk di depan meja rias selama beberapa jam untuk dirias.

Ini benar-benar bukan dirinya. Bagi Anna, makeup adalah hal yang tidak terlalu dibutuhkan. Menggunakan makeup bagi dirinya hanya akan membuat Anna tak nyaman karena dia merasa wajahnya jadi semakin berat.

Setelah kurang lebih 2 jam, Anna sudah selesai dirias dan ditata rambutnya. Anna tersenyum saat melihat pantulan wajahnya di cermin.

"You're so beautiful, Miss. Spencer. Hope you will have a good day." Stephanie menepuk bahu Anna pelan, lalu berjalan keluar dari ruangan.

Anna tetap melihat pantulan wajahnya di cermin, sempat terpesona dengan dirinya sendiri. Entah kapan terakhir kali dia menggunakan makeup seheboh ini. Mungkin saat pernikahan salah satu temannya beberapa tahun yang lalu?

"Hey." Anna bisa melihat Danzell yang berdiri di samping pintu dengan posisi tangan dilipat. Pria itu mengeceknya dari atas sampai bawah.

Anna hanya bisa merona, malu karena dilihati.

"You look good. Sudah siap pergi?"

"Yeah. I'm ready." Anna berdiri dari kursinya, dan belum sempat tiba di pintu, Anna tersandung selimut yang agak menjuntai ke bawah. Anna sudah siap terjatuh, yang dia yakin akan merusak mood dan penampilannya, tetapi dirinya tak kunjung jatuh.

Anna membuka matanya kembali untuk menemukan bahwa Danzell telah menyelamatkannya. Kini jarak mereka begitu dekat, dan sekarang mereka saling menatap.

Entah mengapa, Danzell merasa terjebak saat melihat mata indah milik Anna, begitu juga sebaliknya. Anna merasa terpesona dengan ketampanan Danzell.

Anna yang sadar terlebih dahulu, berdeham.

"Thank... Thank you. Sudah menyelamatkanku." Anna menggaruk tengkuknya, dia bisa merasakan keawkwardan di antara mereka berdua.

"Oh. Yeah. Your welcome. Baiklah, ayo kita berangkat sekarang." Suara Danzell menjadi serak, entah kenapa. Apa karena dirinya gugup setelah menatap mata indah milik Anna?

Danzell berjalan keluar dari kamar, tak melihat Anna sekalipun karena dia tahu saat ini situasi menjadi awkward.

Next update: Sabtu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now