[17] Broken Heart

13.3K 822 3
                                    

Anna kembali ke kehidupan semulanya. Hanya ditambah dengan patah hati.

Entahlah, mungkin dia harus mengakuinya sekarang. Dia mulai mencintai... Danzell.

Setiap malamnya, Anna selalu mengingat kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Danzell padanya.

"Aku hanya ingin kau aman, Anna. Aku berjanji akan menemuimu lagi."

'Kau tidak pernah muncul lagi, Danzell. I miss you.'

"Anna?" Revan melambaikan tangan kanannya di depan Anna. Akhir-akhir ini, wanita itu sering melamun. Sebenarnya apa yang terjadi pada Anna?

"I... Iya?"

"Are you okay?" Anna yang ditanyai seperti itu hanya memilih untuk tersenyum.

"Sedang patah hati?" Revan tertawa kecil. Awalnya dia hanya bermaksud untuk bercanda, tetapi kelihatannya ucapannya tepat mengenai sasaran.

"Hey. What happened? Kau bisa bercerita padaku." Anna menghela napas, lalu matanya mulai berkaca-kaca.

Dia memilih untuk menceritakan semuanya pada Revan.

"Hey. Kau tahu, Anna? Dari apa yang kau ceritakan padaku, kurasa pria itu menyayangimu. Aku yakin dia akan menepati janjinya." Revan tersenyum, walaupun dalam hatinya, dia merasakan sakit.

Tetapi dia tahu bahwa hatinya akan terasa lebih sakit jika Anna sedih.

"Terima kasih, Revan. Kau pria yang baik." Revan tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Anna.

"Lebih baik kau kembalikan moodmu lagi. Kau tidak ingin salah memasukkan bahan makanan lagi, bukan? Bisa-bisa kali ini kau benar-benar membunuh seseorang." Perkataan Revan membuat Anna terhibur. Walaupun hanya sedikit.

Anna pun berdiri dari kursi yang didudukinya dan kembali memulai pekerjaannya.

***

"Come on, bro. Kau serius hanya ingin duduk diam tanpa melakukan apa-apa?"

"Lalu kau berharap aku melakukan apa, bodoh?"

"Setidaknya kejarlah dia jika kau memang menyayanginya."

Danzell menghela napas, lalu mengacak-acak rambutnya.

"Aku selalu gagal dalam menghindarkannya dari bahaya, Ben. Aku tidak pantas mendapatkannya."

"Kau selalu gagal? Lalu kenapa sampai sekarang wanita itu masih hidup?" Ben berusaha menyemangati sahabatnya yang sedang putus cinta itu.

"Jangan menyesal jika dia melupakanmu, Dan. Karena kau tak pernah berusaha untuk mendapatkannya kembali."

Danzell membuka smartphonenya, lalu melihat foto Anna disana. Pernah sekali dia mengambil secara diam-diam foto Anna, dan itu dia jadikan sebagai homescreen wallpaper di smartphonenya.

Danzell sedikit tersenyum saat melihat foto Anna disana, lalu memikirkan perkataan Ben.

Mungkin memang benar dia harus kembali mengejar Anna. Bukan hanya untuk memenuhi keinginan ibunya, tetapi juga demi dirinya dan Anna.

***

Danzell tiba di rumah Anna agak malam karena dia harus membantu ayahnya menyelesaikan beberapa pekerjaannya di kantor.

Danzell mengetuk pintu rumah wanita itu, dan beberapa saat kemudian dibuka oleh seorang pemuda berwajah tampan. Danzell membatin.

'Christian Spencer versi muda.'

"Kau orang yang membahayakan Anna, bukan?"

"Bisakah aku masuk?"

"Nope. You can't." Pintu langsung ditutup dari dalam. Danzell hanya menghela napas dan mengacak-acak rambutnya.

Di sisi lain, di dalam rumah...

"Hey. Siapa itu?" Gabriel bertanya pada kembarannya.

"Orang gila." Glenn melewati Gabriel dan masuk ke dalam kamar.

Gabriel yang penasaran siapa yang baru saja menekan bel rumah mereka, mengintip lewat jendela yang ada di samping pintu.

Melihat ada Danzell disana, Gabriel langsung membuka pintu.

"Hey."

"Kau... Kenapa kau kembali membukakan pintu?" Danzell bingung. Bukannya tadi anak ini menolaknya untuk masuk? Lalu kenapa sekarang dia bertindak seperti anak yang baik dan sopan?

"Hey... Aku tersinggung. Tadi yang membukakan pintu itu Glenn. Aku Gabriel."

"Oh... I'm sorry." Danzell sempat lupa bahwa adik Anna kembar.

"Perkenalkan. Namaku Danzell."

"Yeah. Aku sudah tahu. Asal kau tahu saja, namamu sangat terkenal di rumah ini. Dad terus saja menyuruh Anna untuk menjauhimu." Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Gabriel membuat hatinya sedikit terlukai.

Sebenci itukah paman Anna padanya?

"Tapi masuklah. Aku tahu bahwa Anna menderita karena tak bisa berjumpa denganmu. Dan kau juga terlihat menderita, dude." Gabriel membuka pintu lebih lebar, membiarkan Danzell masuk.

"Kau sangat baik, Gabriel."

"Yeah. Of course. Kau ingin minum apa?"

"Air putih saja. Thanks."

Salah satu pintu terbuka dan menunjukkan wajah yang mirip persis dengan Gabriel.

'Oh, ini pasti kembarannya yang menyebalkan tadi.' Batin Danzell.

"What the... Gabriel! Kenapa kau membiarkannya masuk?"

"Supaya Anna bisa bertemu dengannya?"

"You stupid. Kau tahu sendiri bagaimana Dad membenci pria ini karena telah melukai Anna!"

"Please, Glenn. Anna menderita dan terluka karena tidak bisa bertemu dengan pria ini!"

"Kau..."

Pertengkaran antara Glenn dan Gabriel terhenti karena suara Christian mulai terdengar di ruang tengah.

"Apa yang kalian..."

Perkataan Christian terhenti saat dia melihat Danzell berada di ruangan ini.

Tahu bahwa situasi sedang serius, Glenn dan Gabriel masuk ke dalam kamar mereka tanpa mengucapkan satu kata pun.

Christian berusaha menelan segala emosinya dan duduk di depan Danzell.

"Apa yang kau inginkan?"

"Pertama-tama. Saya ingin meminta maaf atas ulah..."

"Benar, bukan? Kau terus menerus meminta maaf, Mr. Linwood."

"Ini semua salah Saya. Anna berada dalam bahaya karena Saya."

"Baguslah jika kau menyadari kesalahanmu."

"Aku menyukai keponakanmu, Sir. Tidak... Mungkin lebih dari..."

Christian sudah melayangkan tinjuannya ke wajah Danzell. Tentu saja Danzell hanya terdiam dan tak membalasnya.

"Jangan berani-berani kau menyentuh Anna. Kau tidak..."

"Uncle Chris? Apa yang kau lakukan?"

Next update: Minggu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang