[15] Kiss

13.8K 826 0
                                    

Hubungan Anna dan Danzell semakin dekat, tetapi tanpa sepengetahuan Christian. Anna belum siap mengatakannya pada Christian, karena dia yakin betul bahwa pamannya tidak menyetujui jika dirinya dekat dengan Danzell.

Saat ini, Anna sedang membuatkan bekal untuk Danzell.

"Hey, Anna. What are you doing?" Rebecca masuk ke dalam dapur dan melihat Anna sibuk sendiri.

"Nothing. Hanya membuatkan makanan untuk..."

"Danzell?" Yeah. Rebecca sudah sepakat dengannya bahwa untuk saat ini dia tak akan menceritakan pada pamannya mengenai hubungannya dengan Danzell.

"Kau menyukainya, bukan?" Rebecca mengedipkan satu matanya.

"Oh, shut up, Becca." Pipi Anna memerah.

"Menyukai seseorang adalah hal yang wajar, Anna. Akhirnya, kau menemukan pria di dalam hidupmu. Oh, God. I'm so excited."

"Pria apa?" Suara Christian membuat dua wanita itu berhenti bercakap-cakap.

"Ti... Tidak ada, Uncle. Sudah, Uncle berangkat kerja saja."

"Oh. Itu bekal untukku, Anna?"

"Uncle... Ini..."

"Hey, babe. Itu bukan untukmu. Kau..." Anna benar-benar harus berterima kasih kepada Rebecca, karena saat ini Rebecca berusaha mengalihkan perhatian Christian dari dapur.

Anna segera menutup tepak makannya, dan memasukkannya ke dalam tas.

Baru saja Christian pergi. Rebecca berjalan mendekati Anna.

"Thank you so much, Becca."

"Your welcome, honey." Anna baru saja mau berjalan ke rak sepatu, tetapi berhenti karena Rebecca memanggilnya.

"Anna, kau tahu bahwa tak selamanya kau bisa menyembunyikan ini dari pamanmu, bukan?"

"Yeah, Becca. Aku tahu itu. Dan aku akan menunjukkan pada Uncle suatu saat nanti, bahwa Danzell adalah pria yang baik." Rebecca menganggukkan kepalanya, membiarkan Anna pergi.

Lagipula Rebecca juga mempunyai feeling bahwa Danzell adalah pria yang baik, dan dia rasa pria itu juga mempunyai perasaan terhadap Anna. Rebecca tidak akan menghalangi kisah cinta siapapun, terutama orang yang dia sayangi.

***

Anna mengetuk pintu ruangan Danzell. Anna bisa mendengar suara Danzell yang menyuruhnya masuk.

"Hey, Danny."

"Anna? Apa yang kau lakukan disini?" Anna memang tak sekalipun mengatakan pada Danzell bahwa dia akan mengunjungi pria itu.

"Tentu saja mengunjungimu. Aku membuatkan bekal untukmu, Danny." Danzell tersenyum senang, lalu menghampiri Anna.

"Kau buatkan aku apa?" Danzell membuka tepak makan itu dan melihat spaghetti di dalamnya. Anna juga membuatkan katsu beserta dengan saus mayonaise di atasnya.

"Thank you so much, Anna."

"Your welcome, Danny."

Kini mereka duduk di sofa. Danzell memakan bekal yang dibawakan oleh Anna, sedangkan Anna hanya menghabiskan waktu untuk menatap pria itu.

Apa yang Danzell lakukan membuat Anna terkejut. Pria itu sekarang menyodorkan sendok di depannya, menyuruhnya untuk memakan makanan yang ada di sendok itu.

Anna menatap sendok itu, lalu kembali menatap Danzell.

"Makanlah, Anna. Kau harus coba masakanmu sendiri."

Anna tertawa kecil, lalu memakannya.

'Yeah, baguslah. Tidak buruk.' Anna mengunyah makanan itu, tetapi dia tak sadar bahwa terdapat saus mayonaise yang tersisa di sudut bibir Anna.

Danzell menatap bibir wanita itu.

"Kau melihat apa?" Anna mengangkat salah satu alisnya.

"Oh... Mmm... Ada saus di bibirmu." Danzell menunjuk bibir Anna.

Anna memegang bibirnya dan mengelapnya.

"Mmm... Masih ada, Anna."

Anna kembali mengelap bibirnya dengan ibu jari, tetapi masih tetap meninggalkan noda disana.

Danzell memajukan tubuhnya dan mencium sudut bibir Anna. Dia terlalu kesal dengan wanita itu. Anna seakan-akan sengaja menggodanya.

Anna yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu, langsung membulatkan matanya.

Danzell menjauhkan sedikit wajahnya, tetapi masih dalam jarak yang dekat dengan Anna.

"Kau sengaja, mmm?"

"A... Apa?" Keawkwardan di antara mereka langsung hilang ketika pintu dibuka lebar-lebar dari luar.

Ben berada di depan pintu dan menatap sahabatnya dan Anna berada dalam jarak yang dekat.

"Oops. Maaf mengganggu." Baru saja akan menutup pintu kembali, Danzell memanggil Ben untuk masuk. Danzell tahu bahwa pasti ada sesuatu yang urgent yang ingin dikatakan oleh Ben, karena pria itu biasanya tak pernah lupa untuk mengetuk pintu.

Danzell menghampiri Ben yang berada di depan pintu.

"Dan. Mereka sangat dekat dan kelihatannya akan segera menyerang..."

"Awas." Danzell mendorong tubuh Ben ke samping.

Hampir saja sahabatnya itu terkena tembakan. Tembakan itu membuat kaca di ruang kerja Danzell pecah.

Danzell bisa melihat kegaduhan di luar sana. Pegawainya mulai panik dengan keadaan darurat seperti ini.

"Ben, kau alihkan perhatian mereka. Segera panggil tim kita kesini!"

"Okay." Ben keluar dari ruangan itu dan Danzell segera menutup dan mengunci pintunya.

"Danny, lebih baik kau menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!"

Next update: Jumat

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now