[12] Protect

14.7K 893 3
                                    

"Danzell! Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!" Anna sudah tak sabaran lagi. Sedari tadi pria itu hanya masuk keluar ruangan kerjanya dan sama sekali tak menganggapnya ada disini.

"Listen. Bisakah kau diam sebentar saja, Anna?" Danzell berhenti tepat di depan Anna, menatap mata Anna.

"Oh, yeah. Great. Kau membawaku kesini tanpa sebab, lalu kau menyuruhku diam? Apa kau gila?!"

"Tanpa sebab?! Tentu saja ada sebabnya, Anna! Kau lihat sendiri ada yang berusaha membunuhmu tadi!"

"What?"

"Kau pikir orang menembak kaca jendelamu karena mereka tidak sengaja dan mereka akan berkata 'Maaf, kami tidak bermaksud melakukan itu.' Apa itu yang kau pikirkan?!" Anna menatap Danzell tanpa berkedip.

"Anna. I'm so sorry, okay? Ini semua kesalahanku." Danzell memegang bahu Anna dan menatap wanita itu dengan serius.

"Mana dia?!" Christian menoleh ke kanan kiri, dan saat dia bertatapan dengan Danzell, Christian langsung menghampirinya.

Tanpa berkata apapun, dia langsung menonjok wajah Danzell, membuat Danzell terjatuh.

"Uncle Chris!" Anna langsung menghampiri Danzell dan membantunya berdiri.

"Ini kedua kalinya! Kedua kalinya kau membahayakan Anna! Apa yang sebenarnya kau mau?!"

"Jawab aku, bodoh!" Rebecca sudah berdiri di samping suaminya, berusaha menenangkannya.

"I'm sorry, Sir."

"Hanya itu?! Meminta maaf?! Lalu bagaimana jika terjadi sesuatu pada Anna?! Kau akan meminta maaf lagi?"

"Uncle! Please, stop." Perkataan Anna membuat emosi Christian berkurang.

"Uncle. Ini bukan salah Danzell. Danzell datang ke rumah karena dia tahu bahwa ada orang yang ingin membunuhku. Dia melindungiku."

"Dan beri aku alasan kenapa bisa ada orang yang ingin membunuhmu, Anna! Ini semua gara-gara pria..."

"Uncle, please."

"Fine. Sekarang kita pulang. Kau... Jangan pernah lagi menemui Anna."

"Uncle! Kau tidak bisa..."

"Kenapa tidak bisa?! Karena kau menyukainya, Anna?" Perkataan pamannya mengena di hati Anna.

"Jangan bilang kau menyukainya, Anna." Christian menunggu jawaban dari Anna. Anna menghela napas, lalu memijat keningnya.

"I... I don't know, okay?" Setelah Anna berkata, suasana menjadi hening.

"Ayo kita pulang." Christian menghampiri Anna dan memeluk bahunya. Christian menatap Danzell dengan menusuk.

"Sis. You okay?" Glenn bertanya, lalu memeluk Anna.

"Yeah."

"Sis... Kenapa semuanya begitu rumit untukmu?" Gabriel memberikan tatapan iba pada Anna.

Beberapa saat kemudian, mansion Danzell dipenuhi keheningan.

Kenapa saat dia ingin melindungi Anna, dia justru membuat wanita itu kecewa?

***

"Anna! Uncle sudah berkata padamu berkali-kali bahwa..."

"Yeah, Uncle. I know. Dan berapa kali aku berkata pada Uncle bahwa Danzell temanku?! Dia tidak bermaksud untuk mencelakaiku!"

"Temanmu?! Uncle tidak melihat kata 'teman' disini, Anna. Tidak setelah melihat bagaimana cara dia menatapmu!"

"Chris. Kau tidak boleh seperti ini. Calm down, okay?" Rebecca berusaha mengontrol suaminya yang sudah sangat emosi saat ini.

Anna terdiam, memilih untuk melihat pemandangan diluar sana.

Oh, yeah. Kenapa sekarang pria jadi brengsek semua?

***

"Kau sudah membereskannya, Ben?"

"Sudah, Dan. Sekarang rumah wanita itu sudah aman. Dia masih bersamamu?"

"Nope. Baru saja dia pulang. Pamannya benar-benar marah padaku."

"Yeah, of course. Kau sudah menculik dan membahayakan nyawa keponakannya."

"Perlu kau catat, kau yang menculiknya, Ben!"

"Yeah, I know. I'm sorry, okay?"

"Whatever."

"Lalu bagaimana kabar orang tuamu? Kau akan berkata apa pada mereka?"

"Mmm?"

"Tentang Anna. Kau tahu sendiri bahwa tak mungkin bagimu untuk bekerja sama dengannya lagi."

Danzell menghela napas. Iya. Masalahnya tidak berhenti sampai disini. Lalu apa yang harus dia katakan pada orang tuanya? Dia tahu ibunya pasti akan sangat kecewa padanya.

"I don't know, Ben. Kututup dulu, bro. Bye."

"Okay, bye." Mendengar suara Danzell yang tidak bersemangat, Ben pun langsung menyetujui agar sahabatnya itu memutus sambungan telepon mereka.

Baru saja selesai telepon dengan sahabatnya, kini smartphonenya berbunyi lagi.

Kali ini dari ayahnya. Ada apa lagi?

Danzell mengangkat telepon itu.

"Hey, Dad. Ada apa?"

"Kau lebih baik cepat kesini, Danzell. Ibumu... Penyakitnya kambuh lagi." Mendengar kabar dari ayahnya, mengatakan bahwa penyakit jantung ibunya kambuh lagi, Danzell langsung panik.

Danzell segera keluar dari ruangan kerjanya dan keluar dari mansionnya, berangkat menuju rumah orang tuanya.

Next update: Kamis

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now