[8] Pregnant?!

16.8K 963 3
                                    

"Anna. Aku ingin berbicara dengan anakku. Kau tidak keberatan, bukan?" Alex, ayah Danzell, bertanya pada Anna.

"Sure, Alex. Berbicaralah dengan Danzell. Aku bisa menunggu." Anna memasang senyum termanis di wajahnya.

Danzell penasaran dengan apa yang ingin ayahnya sampaikan. Jangan bilang ayahnya sadar bahwa dirinya dan Anna hanya berakting.

Setelah dua pria itu berjalan ke ruangan yang lebih sepi, Alex mulai membuka suara.

"You love her?"

"Yeah. Of course, Dad." Danzell memasang wajah yang benar-benar serius agar semua kebohongannya tidak terbongkar.

"Apa dia tahu tentang itu?"

"Nope. Dia belum tahu."

"Kapan kau akan mengatakan hal itu padanya? Ingat, Danzell. Cinta dibangun dari sebuah kejujuran. Kau tidak bisa selamanya membohongi Anna."

Danzell menghela napas. Dalam hati dia berpikir bahwa sebenarnya tak ada cinta sama sekali di antara dirinya dan Anna, dan tidak akan pernah ada kata 'cinta' dalam hidupnya!

Banyak hal yang harus dia lakukan sampai-sampai cinta bukanlah hal terpenting dalam hidupnya.

"Aku akan memberi tahu semuanya pada Anna jika waktunya sudah tepat, Dad." Alex mengangguk, lalu menepuk bahu anaknya.

"Lebih baik kau menemaninya sekarang. Dia terlihat awkward seorang diri." Alex menunjuk ke arah dimana Anna berada.

Danzell memperhatikan Anna yang berdiri sambil menoleh ke kanan kiri. Entahlah, mungkin dia mencari dirinya atau orang yang bisa diajak mengobrol.

Danzell segera berjalan menuju ke tempat dimana Anna berada, lalu tersenyum padanya.

"Hey. Are you okay?"

"Yeah, sure." Anna mendekatkan tubuhnya ke arah Danzell, membuat Danzell mengerutkan dahinya bingung.

Sebenarnya apa yang ingin dilakukan wanita di depannya ini?

Anna semakin mendekatkan wajahnya ke arah Danzell, lalu membisikkan sesuatu.

"Kapan kita bisa pulang?"

"Kenapa? Kau lelah?"

"Aku bosan, idiot. Cepatlah pamit pada orang tuamu, dan kita pergi dari sini."

"Oh, ayolah. Acara baru saja dimulai."

"Baru saja dimulai? Sudah 1 jam sejak acara dimulai, bodoh. Sekarang aku ingin pulang." Anna melangkahkan kakinya keluar dari bangunan megah itu.

Danzell hanya bisa berdecak kesal dan berlari masuk ke ruangan, berpamit pada ayah dan ibunya.

"Mom, Dad. Kurasa aku harus pulang sekarang. Anna tidak enak badan."

"Oh, God. Apa Anna baik-baik saja?" Danzell bisa melihat kekhawatiran di wajah ibunya. Dia rasa ibunya sudah mulai menyukai Anna. Andai saja mereka tahu bahwa ini hanyalah skenario yang dia buat demi kabur dari ancaman orang tuanya untuk segera mencari kekasih dan menikahinya.

"Tunggu. Jangan bilang jika Anna hamil? Kau sudah tidur dengannya?!" Inilah ibunya. Danzell berdecak. Danzell mengawasi sekitarnya dan melihat beberapa orang sudah menolehkan kepala ke arah mereka sambil berbisik-bisik.

"Mom! Anna hanya tidak enak badan. Dia tidak hamil, okay?"

Belinda memasang wajah sedihnya, lalu berkata.

"Ah, andaikan saja Anna hamil. Mom sangat rindu menimang bayi lagi, Danzell."

"Aku pergi dulu, Mom. Kasihan Anna, menunggu diluar. Bye." Danzell menyempatkan diri untuk memeluk ibunya singkat dan mengangguk pada ayahnya.

Bercanda apa?! Anna hamil? Hamil anaknya? Tidak akan terjadi!

Danzell berlari-lari kecil menuju ke depan pintu dan melihat Anna yang sudah berdiri dengan posisi melipat tangan dan menekuk salah satu kakinya.

"Lama sekali." Anna memutar bola matanya.

"Mom agak cerewet tadi. Dia mengkhawatirkanmu. Aku berkata padanya bahwa kau sakit."

Pembicaraan mereka disela saat mobil tiba di depan mereka.

"Thank you." Danzell memberi tips pada petugas valet, lalu menyetir mobilnya menjauhi bangunan megah itu.

***

"Anna. Wake up." Danzell menggoyang-goyangkan lengan Anna pelan. Anna yang lelah hanya mengeluarkan kata-kata tak jelas.

"I'm tired. Just go." Danzell berdecak kesal, lalu menarik Anna agar turun dari mobilnya.

Karena ditarik secara paksa, Anna terpaksa terbangun dari tidurnya.

"Apa-apaan?!"

"Sudah sampai, Anna! Kalau mau tidur, lanjutkan di kamar saja!" Danzell meluapkan emosinya saat ini. Dia sudah cukup lelah menghadapi Anna.

Anna yang emosi mendorong dada Danzell agar menyingkir dari hadapannya.

Danzell menghela napas. Saat ini dia menyenderkan tubuhnya di mobil, dan hanya bisa mendengarkan suara ketukan heels Anna.

Dia memang harus benar-benar bersabar dalam menghadapi Anna.

Next update: Senin

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz